Senin, 16 Agustus 2010

Langkah Baru

Di kehidupan ini, ada kalanya seseorang diperhadapkan pada situasi di mana ia harus berani melangkah untuk memulai lembaran baru dalam kehidupannya. Keputusan untuk membuka lembaran baru dalam kehidupan sangat penting dilakukan agar kehidupan ini tetap bergairah dan jauh dari kesan stagnan dan membosankan. Namun kompleksitas permasalahan hidup sering kali membuat keputusan untuk membuka lembaran baru dalam kehidupan tidak semudah membuka lembaran baru dalam sebuah buku.
Bayang-bayang masa lalu sering menjadi kendala bagi kebanyakan orang untuk membuka lembaran baru dalam kehidupan, tidak perduli apakah bayang-bayang itu menyimpan kenangan baik ataupun memori buruk nan memalukan. Bayang-bayang keberhasilan dan ketenaran di masa lalu dapat membuat seseorang berpuas diri sehingga tidak lagi bersemangat untuk mengembangkan kapasitasnya. Sebaliknya, memori kegagalan ataupun cerita sedih di masa lalu dapat menjadi mimpi buruk dan menghantui kehidupan seseorang seumur hidupnya.
Pada tahun 1986, Mike ”Iron Man” Tyson berhasil menjadi juara dunia tinju termuda sepanjang sejarah. Untuk beberapa tahun lamanya ia terus menebar sensasi dengan gaya bertarungnya yang liar, brutal, dan sekaligus juga sangat fenomenal. Pukulannya yang keras kerap membuat para petinju yang menjadi lawannya sudah terjatuh mencium kanvas di ronde pertama. Namun ketenaran yang melimpah itu lambat laun membawa Tyson ke tepi jurang kehancuran. Ia akrab dengan minuman beralkohol, malas beratih dan kehilangan orientasi hidup sehingga beberapa kali harus berurusan dengan pihak kepolisian karena masalah kriminal. Puncaknya di tahun 1990, ia dikalahkankan oleh petinju tidak terkenal asal Inggris, James ”Buster” Douglas dalam pertarungan yang berlangsung di Tokyo.
Pada saat masih anak-anak, Michael Jackson mengakui sering diperlakukan secara kasar oleh sang ayah, Joe Jackson. Ia juga menuduh sang ayah telah mengeksploitasi dirinya beserta saudara-saudarnya hanya demi uang dan ketenaran belaka. Perlakuan sang ayah tersebut terbukti maembuat kepribadian Jacko menjadi labil dan misterius. Di kemudian hari, meskipun ia dikenal sebagai figur yang mempunyai kepedulian sosial yang tinggi serta memiliki aksi panggung yang luar biasa, namun Michael Jackson didiagnosa mengalami gejala takut tua, introvert, kecanduan obat-obatan, dan terobsesi terhadap anak-anak secara berlebihan. Kematiannya pun sampai sekarang juga masih berselubung misteri dan kontroversi.
Dua penggalan kisah di atas menunjukkan betapa kepuasan diri secara berlebihan dan bayang-bayang masa lalu sangat mempengaruhi derap langkah seseorang. Ketidakmampuan dalam menyikapi masa lalu secara bijak membuat kita sulit membuat langkah baru yang mampu menerobos batasan-batasan yang sudah terbentuk sebelumnya. Akibatnya kita akan menjadi ragu, tidak percaya diri, dan gagal meraih sasaran yang ditentukan.
Salah satu potensi yang harus mengalami peningkatan setiap saat adalah guru. Guru tidak boleh berhenti belajar. Bila guru berhenti belajar, maka keringlah telaga inspirasi, teladan, dan pengetahuan yang menjadi pemuas dahaga para siswa. Bila guru hanya berpangku tangan dan duduk bersila dalam zona nyaman, maka cepat atau lambat kehancuran dan keterbelakangan akan segera menghampiri.
Guru akan sangat berbahagia bila menyaksikan muridnya yang dulunya tidak berkarakter namun sekarang mampu menjiwai karakter terpuji yang dipelajarinya. Seorang guru juga akan sangat bersukacita apabila melihat siswa yang dulunya tidak bisa tapi sekarang menjadi bisa. Di dalam tangan seorang guru terdapat kunci antimateri yang mampu memicu daya ledak kejeniusan dalam diri setiap siswa. Sebesar apapun potensi yang terkandung dalam diri seorang siswa, bila tanpa mendapatkan sentuhan tangan King Midas dari seorang guru, maka potensi itu tidak akan dapat dimaksimalkan.
Bila setiap guru menyadari betapa besarnya peran yang dimilikinya dalam mewarnai setiap generasi yang dipercayakan padanya, ia tidak akan lagi takut dan ragu untuk melangkah dalam menghadapi angin perubahan. Baginya konsep ELEVATE adalah satu hal yang nyata dan harus dihidupi dalam meningkatkan kualitas pengajarannya. Ide-ide segar dan orisinal akan ada bagi mereka yang mau terus membuka cakrawala diri terhadap setiap perkembangan.
Memulai langkah yang baru memang tidak selamanya mudah. Terkadang langkah tersebut mengandung resiko yang tidak terperi: menakutkan, menyulitkan, atau bahkan menjengkelkan. Secara natural, seseorang akan merasa aman apabila tinggal di dalam area kenyamanan. Ia akan enggan untuk melangkah. Namun hal tersebut tidak boleh berlaku bagi kita sebagai salah satu pilar dalam pendidikan. Mengapa kita harus berpuas diri untuk ada dalam kolam pengetrahuan apabila kita sebenarnya bisa mengarungi samudra hikmat yang maha luas dengan bingkai cakrawala pengenalan akan Tuhan Yesus, Allah kita?
So tunggu apa lagi? Mari melangkah............
”Sekalipun aku berjalan (baca: melangkah) dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab Engkau besertaku;”
Mazmur 23:4A

Jumat, 13 Agustus 2010

Pembawa Damai


Setiap manusia selalu mendambakan kedamaian di setiap aspek kehidupannya. Kata orang, kedamaian perlu dipelihara, perlu ditegakkan, dan perlu dibudayakan. Dengan segala upaya, semua orang ingin mencapai kedamaian. Tidak perduli bagaimanapun caranya. Bahkan di belahan bumi yang lain, orang merasa perlu berperang guna meraih kedamaian. Sungguh ironis!
Agama yang seharusnya memainkan peran sebagai agen perdamaian juga telah dipengaruhi oleh distorsi kekerasan. Saya tidak mau mengomentari kekerasan atas nama agama lain. Tanpa bermaksud melakukan generalisasi, marilah kita menengok apa sudah terjadi dalam dunia kekristenan. Fakta menegaskan bahwa Yesus harus mati di tangan orang-orang yang mengaku mengenal Tuhan. Sejarah juga mencatat bahwa gereja pernah melegalkan peperangan atas nama Tuhan dalam bingkai Perang Salib. Ada juga kisah-kisah yang mengonfirmasi bahwa penguasa gereja pernah memobilisasi massa untuk melakukan eksekusi terhadap orang-orang yang dianggap bidat atau pun tukang sihir. Sungguh kenyataan yang tragis, bukan? 
Lalu adakah adakah kedamaian di muka bumi ini saat ini? Bukankah bumi penuh dengan rupa-rupa kejahatan? Untuk menjawabnya, izinkan saya menuliskan sebuah kisah nyata di bawah ini.
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?"
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya profesor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"
"Tentu saja," jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?" "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"
Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"
Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya. Kejahatan juga muncul sebagai akibat dari orang-orang baik yang berdiam diri saja.
Profesor itu terdiam.
Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.
Kasih Tuhan sanggup meniadakan kejahatan. Bila seseorang telah dikuasai oleh kasih karunia-Nya, maka ia akan memiliki kemampuan untuk menghadirkan damai di muka bumi ini. Ia bukan lagi menjadi orang yang pasif, tetapi menjadi figur yang dinamis dalam menciptakan perdamaian.
Maukah kita bertindak.......?
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
Matius 5:9

Rabu, 11 Agustus 2010

Mental Juara


Sir Edmund Hillary adalah manusia pertama yang tercatat mampu menaklukkan Gunung Everest. Atas keberhasilannya itu ia dianugrahi gelar kebangsaan oleh Ratu Inggris. Semua orang berdiri memberikan tepuk tangan dan penghormatan atas keberaniannya menaklukkan gunung tertinggi di dunia tersebut. Ketika semua orang berhenti bertepuk tangan, Hillary berkata kepada para penonton, “Gunung Everest pernah menaklukkan saya sekali dan dapat menaklukkan saya kembali. Tetapi saya kembali dan terus kembali. Dan sekarang saya menjadi pemenang karena gunung itu tidak dapat lebih besar tetapi saya dapat menjadi lebih besar.”

Seringkali yang menentukan kemenangan dalam setiap permasalahan hidup adalah mentalitas kita. Seseorang yang memiliki mentalitas seorang pemenang tidak akan mudah menyerah terhadap pelbagai problematika yang menghadang. Ia berani untuk tetap terus mencoba dan mencoba. Penulis teringat akan seorang Thomas Alva Edison, sang penemu bola lampu yang tercatat pernah mengalami 2000 kali kegagalan sebelum mencapai karya masterpiece-nya. Tidak bisa dibayangkan jika ia berhenti pada kegagalan yang ke-1999? Tentunya mungkin kita sekarang masih meraba-raba dalam kegelapan.
Dalam konteks Alkitab, mentalitas pemenang juga dimiliki oleh Kaleb, salah seorang dari 12 pengintai yang diperintahkan Musa untuk mengintai Tanah Kanaan. Ada kemungkinan bahwa apa yang disampaikan 10 orang pengintai yang lain kepada Musa adalah sebuah kebenaran. Memang benar adanya bila Tanah Kanaan dihuni oleh orang-orang perkasa berpostur tinggi besar bak raksasa. Dengan sedikit lebay, mereka juga mengibaratkan diri mereka seperti belalang di hadapan penduduk Kanaan.

Kaleb berbeda dengan para pengintai yang lain. Ia memiliki mentalitas pemenang dan ia tahu kepada siapa ia percaya. Dengan mata kepalanya sendiri ia pernah menyaksikan segala perbuatan ajaib besar Tuhan di tanah Mesir. Kaleb juga saksi hidup peristiwa spektakuler Laut Teberau. Mentalitas pemenangnya terbentuk melalui peristiwa-peristiwa tersebut sehingga dengan penuh keyakinan ia berkata, “kita akan maju dan menduduki negeri itu dan mengalahkannya!" (Bilangan 13:30)

Kepercayaan kepada Tuhan yang juga dilandasi pada kepercayaan pada kemampuan diri menjadi dasar substansial dari mentalitas pemenang yang dimiliki Kaleb. Mungkin benar bahwa permasalahan yang dihadapi sungguh besar. Namun Allah yang kita miliki jauh lebih BESAR dari semua permasalah itu. Di dalam Dia, kita mampu menanggung segala sesuatu (Fil 4:13).
Bagaimana cara memiliki mentalitas pemenang?

Banyak orang dilahirkan dengan potensi dan talenta yang mengagumkan. Tapi tahukah kita bahwa mentalitas pemenang tidak muncul bersamaan dengan proses kelahiran kita? Mental juara tidak dilahirkan tapi dimunculkan melalui proses kehidupan yang penuh liku-liku.
Seorang olahragawan yang paling berbakat sekalipun tidak akan pernah menjadi juara sejati tanpa melewati proses latihan keras dan keikutsertaan dalam pelbagai pertandingan. Tanpa latihan, ia tidak akan memiliki tehnik olahraga yang baik. Ingat, practice makes perfect! Tanpa pernah bertanding dalam pelbagai turnamen, ia tidak akan mempunyai pengalaman.
Masih ingat dengan Ronaldo? Pemain sepakbola asal Brazil bernama lengkap Ronaldo Luiz Nazario de Lima itu dikenal sebagai salah satu pemain paling berbakat yang pernah dilahirkan di muka bumi ini. Dalam usia yang relatif masih muda, ia telah dinobatkan menjadi pemain terbaik dunia edisi 2006 dan 2007.
Namun prestasinya mencapai titik nadir ketika kerap dilanda cedera tatkala bergabung dengan Inter Milan dalam kompetisi Liga Italia. Ia dipersalahkan karena karena tidak mampu membawa tim yang telah membelinya dengan harga mahal itu ke pentas juara. Banyak orang memberinya label sebagai pemain berbakat tanpa memiliki mental juara (baca: mental pemenang). Puncaknya, ia tidak mampu membawa negaranya, Brazil, sebagai juara dalam Piala Dunia 1998. Ronaldo tidak bermain maksimal dalam pertandingan final melawan Pracis. Pertandingan itu sendiri berakhir dengan skor 0-3 dengan kekalahan memalukan di pihak Brazil.
Pasca kegagalan dalam pertandingan itu, Ronaldo sempat dilanda depresi yang luar biasa. Ia dicerca oleh berbagai pihak dan dicap sebagai figur manja yang hanya besar di media tapi tidak di lapangan Akhirnya dalam suatu pertandingan Ronaldo pun kembali cedera dan harus mengikuti program rehabilitasi selama 20 bulan. What a frustrated moment!
Dengan berbagai kontroversi ia mencoba kembali bangkit dan membela Brazil dalam Piala Dunia 4 tahun kemudian. Banyak pihak, termasuk penulis, meragukan penampilan Ronaldo kali ini. Ia bukan lagi the phenomenon seperti ketika menjadi pemain terbaik dunia dua kali. Orang mulai lupa bahwa ia adalah salah satu pemain berbakat yang pernah ada yang sekarang jauh lebih berpengalaman dan matang secara psikologis.
Piala Dunia 2002 menjadi milik Brazil sepenuhnya. Negara ini tidak terkalahkan selama turnamen dan mampu menjadi juara Dunia untuk kali kelima serta mencatatkan Ronaldo sebagai Top Scorer. Apa yang membedakan Ronaldo di tahun 2002 dengan 4 tahun sebelumnya? Potensi dan bakatnya tidaklah tereduksi sedikitpun. Namun kini ia datang dengan membawa satu hal yang tidak dipunyai sebelumnya: MENTAL SEORANG PEMENANG. Dari mental itu muncul? Mental pemenang itu muncul dari pahit getirnya kegagalan, kerja keras, dan kemauan untuk terus mencoba.
Bagaimana dengan kita sekarang? Apakah saat ini kita sedang menghadapi berbagai macam persoalan dan seolah tidak mampu menghadapinya? Kegagalan demi kegagalan terus mengikuti pekerjaan, rumah tangga, studi atau apapun yang sedang kita kerjakan saat ini, jangan putus asa! Sekalipun kita sering gagal atau ada tantangan berat di depan kita, janganlah menyerah! Percayalah bahwa Allah sanggup merubah yang buruk menjadi baik. Milikilah roh yang besar, yaitu Roh Pemenang! Bersama-Nya kita akan melakukan perkara-perkara besar.

“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; “
Mazmur 23:4a

Senin, 09 Agustus 2010

Tragedi Hari Jumat yang Menampar Wajah Bangsa

Jumat, 6 Agustus 2010, mungkin akan menjadi hari yang sulit dilupakan oleh banyak orang. Bagaimana tidak, aliran listrik Bandara Internasional Soekarno-Hatta tiba-tiba padam. Kita sudah cukup kenyang dan bosan dengan berita-berita pemadaman listrik bergilir di daerah-daerah tertentu di luar Jawa. Tapi jangan salah. Ini Bandara Internasional Soekarno – Hatta, halaman depan Republik ini.
Peristiwa ini sontak membuat banyak orang kalang kabut. Tercatat banyak penerbangan domestik maupun internasional menjadi tertunda. Antara lain Sriwijaya Air (10 penerbangan), Lion Air (10), Batavia Air (9), Citilink (2), dan Express Air (1). Di sektor penerbangan internasional, 22 jadwal keberangkatan Garuda Indonesia tertunda. Begitu pula jadwal Malaysia Airlines, Singapore Airlines, Star Air, dan Royal Brunei (Jawa Pos, Senin 9Agustus 2010).
Yang terjadi di Bandara Internasional Soekarno – Hatta ini tersebut membuat kita selaku warga negara hanya bisa mengelus dada sambil geleng-geleng kepala. Jangankan merealisasikan wacana penyelenggaraan World Cup di Indonesia yang beberapa saat lalu sempat mengemuka, ngurus listrik saja masih byar pet.
Tindakan gentle segera dilakukan oleh Dahlan Iskan selaku Direktur Utama PLN lewat tulisannya di Jawa Pos, Minggu 8 Agustus 2010. Secara terbuka beliau meminta maaf atas kejadian yang sangat memalukan tersebut. Sayangnya untuk beberapa hal Dahlan Iskan serasa berupaya untuk ngeles seraya menjelaskan bahwa kesalahan tidak mutlak di pihak PLN namun terjadi kerusakan pada sistem listrik di bandara internasional tersebut.
Penjelasan yang sifatnya teknis tentulah sangan awam bagi masyarakat kebanyakan. Mereka tahunya cuma listrik pada hari Jumat 6 Agustus 2010 di Bandara Internasional Soekarno – Hatta tiba-tiba padam sehingga menyebabkan aktivitas mereka terganggu. Namur sikap gentle seorang Dahlan Iskan tentunya perlu mendapat apresiasi. Jarang lho ada pejabat republik ini yang mau minta maaf secara terbuka. Namun kejadian ini semakin memperburuk pencitraan bangsa ini. Kita lebih dikenal sebagai bangsa yang tidak becus mengurus segala sesuatu.
Kebanggaan menjadi Indonesia memang tengah diuji.

Minggu, 08 Agustus 2010

Bersyukur

Bersyukur itu gratis. Tidak usah bayar. Tapi banyak orang sulit melakukannya tanpa sadar bahwa sebenarnya ada banyak hal yang membuat mereka layak untuk bersyukur.

Saya BERSYUKUR:
1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instant, karena itu artinya ia bersama saya, bukan dengan orang lain.
2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.
3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan.
4. Untuk RPP yang belum selesai, karena itu artinya kita masih punya kesempatan untuk berpikir kretif.
5. Untuk tagihan pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan digaji tinggi.
6. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman.
7. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan.
8. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras.
9. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang Pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat.
10. Untuk kinerja PSSI yang amburadul, karena itu artinya kita bakal punya Ketua Umum baru yang lebih lebih ngerti gimana ngurus sepak bola.
11. Untuk satu lagi gereja yang digusur, karena itu artinya kita harus tetap tekun berdoa dan bergantung penuh pada Dia.
12. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yang membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup.
13. Untuk …

So…mari BERSYUKUR!

Merayakan Kebaikan Tuhan


“Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya.”
Mazmur 103: 1 – 2
Manusia adalah makhluk yang cenderung lupa terhadap segala sesuatu, tak terkecuali terhadap semua kebaikan Tuhan. Manusia juga cenderung berfokus pada apa yang belum mereka dapatkan dan tidak bersyukur terhadap apa yang Tuhan sudah berikan dalam hidupnya. Ada banyak alasan bagi kita untuk terus menggerutu terhadap kehidupan ini. Tapi sadarkah kita bahwa ada jauh lebih banyak alasan bagi kita untuk tetap mengingat kebaikan-Nya? Untuk itulah kita perlu membiasakan diri dengan sengaja untuk terus mengingat dan bersyukur atas kebaikan Tuhan.
Mengingat kebaikan Tuhan adalah tindakan yang perlu untuk diupayakan. Daud merasa perlu untuk mengatakan kepada dirinya sendiri untuk terus mengingat kebaikan Tuhan. Ia menyadari bahwa dirinya perlu di-setting sedemikian rupa untuk tidak melupakan segala hal yang sudah Tuhan perbuat dalam kehidupannya.
Seringkali kita lebih mengingat segala hal buruk yang terjadi dalam hidup kita ketimbang mengingat kebaikan Tuhan. Kita lebih fokus terhadap harga susu anak yang semakin naik, biaya pendidikan yang semakin mahal, anggsuran rumah yang belum lunas, anak sakit, sampai ketakutan bila pajak yang kita bayar dikemplang orang. Memori yang seperti itu memang lumrah terjadi. Namun fokus yang salah akan mempengaruhi respon kita terhadap semua kebaikan Tuhan yang sebenarnya telah lebih banyak kita rasakan.
Pada saat Bangsa Israel baru saja keluar dari Mesir, mereka dengan segera memberontak di hadapan Tuhan. Hati mereka menjadi tawar ketika mengetahui bahwa di hadapan mereka membentang gurun pasir tanpa adanya sumber air. Mereka lupa terhadap segala perbuatan besar nan ajaib yang sudah Tuhan perbuat di Mesir. Apa yang lebih dahsyat dari 10 tulah itu? Adakah yang lebih spektakuler dan menggetarkan jiwa dari peristiwa menyebrangi Laut Teberau? Namun sayangnya seakan-akan hal-hal dahsyat tersebut seperti angin lalu saja dan tidak berbekas di ingatan Bangsa Israel. Alkitab mencatat bahwa Tuhan sungguh tidak berkenan terhadap sebagaian besar bangsa itu.
Sepuluh tahun penyertaan Tuhan terhadap Sekolah Dasar Masa Depan Cerah memang belum bisa dibandingkan dengan empat puluh tahun penyertaan-Nya terhadap bangsa Israel di padang gurun. Namun dalam rentang waktu tersebut, kita telah menerima lebih banyak kebaikan Tuhan ketimbang segala kemalangan yang pernah terjadi. Bila kita mau menghitung berkat Tuhan satu persatu, kita akan mempunyai banyak alasan untuk merayakan kebaikan-Nya.