Senin, 11 Oktober 2010

Pelajaran Besar dari Kekalahan Besar

Kekalahan Timnas dari Uruguay dengan skor mencolok 1 – 7 beberapa hari lalu memang sangat menyesakkan dan memalukan. Kita mungkin beralasan bahwa tim yang dihadapi adalah tim semifinalis Piala Dunia. Kita kalah kelas. Uruguay adalah tim peringkat 7 dunia sedangkan Indonesia nyungsep di urutan 131. Namun kalah tetaplah kalah dan besarnya skor kekalahan tersebut menunjukkan wajah persepakbolaan kita yang sebenarnya.

Saya sepakat bahwa ada banyak pelajaran yang dapat kita petik dari pertandingan timnas contra Uruguay. Salah satunya adalah masalah stamina. Di awal-awal pertandingan boleh saja kita tampil spartan, bahkan mampu unggul lebih dulu via gol Boaz Salossa. Namun setelah itu lagu lama kembali terulang. Stamina pemain langsung drop di babak kedua dan gol demi gol mulai menghajar gawang kita. Problem stamina adalah masalah klasik bagi timnas Indonesia. Dari dulu selalu terulang dan terulang lagi. Huh …!

Kelemahan lain yang nyata adalah masih lemahnya barisan pertahanan kita dalam mengahadang serangan lawan. Barisan defender kita malam itu nampak mudah panik, lemah dalam menghalau bola-bola cross dari sayap, dan sering kehilangan konsentrasi bila berhadapan dengan lawan one on one. Dalam 35 menit awal, memang barisan pertahan timnas mampu tampil solid. Namun setelah itu …………….kalian tahu sendiri kan?

Berikut ini adalah penilaian saya terhadap performa para pemain timnas pada malam itu.

Markus Haris Maulana (7)
Markus bermain sangat baik. Antisipasinya terhadap bola-bola atas patut diacungi 2 jempol. Namun sehebat-hebatnya seorang penjaga gawang tidak akan mampu bertahan bila lini belakangnya keropos jaya. Penyerang-penyerang Uruguay memang mampu membuat Markus menderita pada malam itu.

Nova Arianto (5,5)
Babak pertama tampil lumayan. Namun secara keseluruhan ia gagal total dalam menjaga pergerakan Luiz Suares. Sekali berhasil dikolongi oleh Suarez yang bermuara pada terciptanya gol kedua bagi Uruguay.

Maman Abdurrahman (5)
Salah satu titik terlemah lini pertahanan Indonesia pada malam itu. Berkali-kali kalah dalam duel heading kontra pemain lawan. Visi bermain lemah dan mudah kedodoran bila diajak adu sprint.

Nasuha (5, terburuk sepanjang permainan)
Gagal dalam mencegah pressure dari sisi sebelah kiri. Sering menjadi bulan-bulanan Maxi Pereira. Mudah panik dan passing tidak akurat.

Benny Wahyudi (5,5)
Untuk ukuran penampilan debut….lumayan lah. Berani berduel meskipun postur tubuh kecil. Namun sial….yang dihadapi ini adalah tim kelas dunia. Berkali-kali ia kecolongan oleh pergerakan Edinson Cavani.

M. Ridwan (6)
Punya keberanian dan kecepatan dalam melakukan prenetasi. Namun setelah itu ia sering terlihat kebingungan ketika sudah mencapai area pertahanan lawan.

Tony Sucipto (5)
Tidak jelas apa peranannya. Tauk ah..gelap!

Ahmad Bustomi (5,5)
Kalah berduel melawan lini tengah Uruguay. Tampil lumayan spartan tapi itu tidaklah cukup. Bermain terlalu ke dalam, mungkin memang diistruksikan untuk membantu lini pertahanan.

Firman Utina (5,5)
Bukan lagi seperti Firman Utina pada masa Piala Asia di Jakarta yang lalu. Sesekali mampu melakukan gerakan terobosan, namun passingnya tidak akurat. Sering terburu-buru dalam melepaskan umpan.

Bambang Pamungkas (5,5)
Penampilannya tidak istimewa. Kalah telak melawan Lugano. Namun satu credit point layak disematkan padanya ketika mampu mengirimkan assist untuk terciptanya gol bagi Indonesia.

Boaz Sallosa (7,5)

Ini dia pahlawan Indonesia. Berhasil memberikan terapi kejut berupa ucapan selamat datang bagi Uruguay. Golnya sangat cantik dan tak akan pernah dilupakan oleh publik sepak bola kita. Kecepatan dan instinct membunuh yang tajam tetap menjadi nilai plus tersendiri bagi anak Papua ini.

Selain penampilan starting eleven di atas, saya juga kagum dengan penampilan pemain Okto Maniani. Memulai debut timnasnya sebagai pemain pengganti, Okto berkali-kali merepotkan lini pertahanan lawan. Pemain ini layak mendapatkan kesempatan untuk terus bermain. Ia punya kecepatan dan keberanian, khas anak muda Papua.

Kekalahan atas Uruguay memang sangat menyesakkan dada. Tapi Garudaku…jangan ragu untuk tetap terbang tinggi. Pertandingan lawan Maladewa sore nanti bisa menjadi tolak ukur utama kekuatan kita. Kekuatan Maladewa sebanding dengan kekuatan negara-negara Asia Tenggara yang lain. So….tunggu apa lagi…!



NB: Bravo Timnas……but GO DOWN NURDIN HALID!!!

Rabu, 06 Oktober 2010

Negeri Para Bedebah


Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala

Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah

Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan

Karya: Adhie Massardi