Selasa, 23 Februari 2010

Mendisiplin Anak

Banyak orangtua tidak mengajarkan disiplin pada anaknya karena takut anaknya berpikir orangtuanya keras dan terlalu ketat mengatur anak-anaknya. Lalu siapa yang harus mengajarkan disiplin anak kalau bukan orangtuanya.

Beberapa orangtua tidak mengajarkan disiplin pada si kecil karena tak ingin terlihat tidak adil dan kasar terhadap anak sendiri. Padahal pikiran tersebut menurut pakar salah.

Belajar mendisiplinkan anak adalah bekal untuk hidup anak agar menghargai segala sesuatu kelak dia dewasa. Anak yang mengerti disiplin juga akan tahu hak dan tanggungjawabnya.

Sebuah studi menuturkan satu dari empat orangtua tidak mengajarkan disiplin pada anaknya karena takut anaknya akan merasa kecewa pada mereka.

Meskipun demikian, satu dari tiga orangtua menunjukkan kekhawatirannya bahwa dengan menerapkan pola kurang disiplin, mengakibatkan anaknya mengalami masalah di masa depannya. Sehingga beberapa orangtua berpikir bahwa mereka adalah orangtua yang payah.

"Disiplin adalah salah satu bagian dari pendewasaan dan hal yang sangat penting untuk anak-anak dalam hal mengajarkan perbedaan antara perilaku mana yang salah dan benar," ujar juru bicara Cadet 150, seperti dikutip dari ParentDish, Rabu (24/2/2010).

Orangtua yang tidak terlalu menerapkan disiplin pada anaknya, berpikir tidak ingin menjaga jarak sehingga si kecil merasa nyaman untuk menceritakan berbagai hal dengannya. Selain itu, survei juga memperlihatkan orangtua cenderung menghindari konflik dengan anaknya karena ingin membuat hidupnya menjadi lebih mudah.

Beberapa orangtua terkadang menerapkan pola disiplin yang salah pada anaknya, sehingga membuat anak merasa tak nyaman berada di dekat orangtuanya.

Maka itu pola disiplin yang diterapkan sebaiknya tidak sebatas mengomel jika anak melakukan kesalahan. Tapi cobalah untuk memberitahu anak dengan cara yang baik dan kata-kata yang tepat sehingga anak bisa mudah mengerti.

Dengan menggunakan teknik yang lembut dan tidak menyakiti perasaan anak, maka anak akan lebih cepat mengerti dan tahu kesalahannya serta menghentikan mereka dari sikap nakalnya.

Tapi jika orangtua mencoba menerapkan disiplin dengan cara yang kasar, maka anak akan semakin membangkang dan tentunya membuat hidup orangtuanya menjadi lebih sulit dan tidak berjalan dengan mudah.

Orangtua yang tidak menerapkan disiplin pada anak memang lebih disukai anak dan membuat hidup orangtua lebih mudah. Padahal itu bisa berakibat fatal terhadap perilaku anak nantinya. Anak akan sulit untuk diatur dan tidak dapat membedakan hal apa yang benar dan salah.

Jika orangtua ingin si anak menganggapnya sebagai teman dan anak bisa terbuka menceritakan berbagai hal, tetap saja orangtua harus mengajarkan disiplin pada anaknya agar anak tidak melakukan kesalahan.

Jika bukan dengan orangtua, siapa lagi yang akan mengajarkan anak disiplin.

Kamis, 18 Februari 2010

Dampak Rokok

Tak banyak orang tahu bahwa aspal yang biasa digunakan sebagai bahan pelapis jalan atau pelapis antibocor ternyata terkandung juga dalam rokok. Orang yang mengisap rokok sama saja dengan memasukkan aspal dalam tubuhnya.

Aspal adalah bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Aspal buatan biasanya terdiri dari campuran tar dan aspal minyak. Aspal minyak sendiri sering disebut sebagai asmin atau cut back asphalt. Sementara itu tar diperoleh dari hasil pengolahan batu bara.

Tar ternyata tidak hanya digunakan untuk membuat aspal, tapi juga sebagai bahan dasar dalam pembuatan rokok. Tar dan nikotin adalah dua zat paling berbahaya diantara 4.000 jenis zat kimia lainnya.

"Bahan tar adalah bahan yang digunakan untuk aspal, jadi sebenarnya kita mengonsumsi aspal saat mengisap rokok," kata Prof Farid A Moeloek, mantan menteri kesehatan yang sekarang menjabat sebagai Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau dalam acara Peningkatan Cukai Rokok: Antara Kepentingan Ekonomi dan Kesehatan di Hotel Sahid Jakarta, Rabu (17/2/2010).

Dari sekitar ribuan racun, ada yang biasa dibuat untuk membuat roket pesawat, ada yang dibuat untuk mencuci darah dan sebagainya. Tar sendiri adalah zat yang akan menggumpal di dalam paru-paru dan membentuk cairan yang biasa digunakan untuk membuat aspal.

Tar yang digunakan untuk melapisi jalan sama dengan tar yang terdapat pada rokok dan partikel-partikel tar tersebut bisa menyebabkan tumbuhnya sel kanker. Selain itu tar jua menyebabkan penumpukan zat kapur, nitrosmine, B-naphthylamine, kadmium dan nikel.

Seperti dikutip dari Quitsmoking, Rabu (17/2/2010), tar adalah substansi hidrokarbon aromatik yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Tar ini adalah residu hitam panas yang berasal dari pembakaran, tar mengandung ratusan zat kimia yang beberapa diantaranya bersifat karsinogenik dan beracun.

Dalam bentuk padat, tar berwarna coklat dan merupakan substansi lengket yang berada di belakang bagian filter rokok. Tar menyebabkan gigi coklat dan membuat semua jaringan yang dikenainya menjadi coklat pula. Bayangkan zat yang lengket itu menempel pada paru-paru Anda.

Tar terdapat pada semua jenis rokok dan cenderung meningkat jumlahnya seiring dengan terbakarnya rokok. Hal itu berarti isapan terakhir rokok mengandung tar dua kali lipat dari jumlah isapan pertama.

Tar yang diisap dari rokok akan merusak bulu-bulu getar (cilia) pada paru-paru sehingga meningkatkan risiko penyakit pernafasan seperti emfisema, bronkitis kronik dan kanker tenggorokan