Minggu, 22 Mei 2011

HABIS NURDIN TERBITLAH GELAP

Kongres Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) berakhir deadlock atau tanpa keputusan. Ketua Normalisasi (KN) Agum Gumelar, sekaligus ketua kongres menutup acara pemilihan ketua umum PSSI tersebut karena suasana tidak kondusif.

Dari keseluruhan kongres yang disiarkan langsung televisi swasta, kericuhan terjadi berawal dari sejumlah individu yang mengatasnamakan Kelompok 78. Mereka ngotot agar Komisi Banding menjelaskan alasan pencoretan kedua jagoan mereka George Toisutta (GT) dan Arifin Panigoro (AP).

Pertanyaannya apakah hanya George-Arifin yang sanggup memajukan sepakbola Indonesia? Apakah tidak ada anak bangsa lainnya yang benar-benar memiliki kualitas lebih baik dibandingkan George-Arifin? Dua pertanyaan ini pasti tidak bisa dijawab mereka yang mengusung George-Arifin.

Jauh sebelum kongres, Agum pernah memastikan bahwa George-Arifin legowo dengan keputusan Badan Sepakbola Dunia (FIFA). Pernyataan itu diterima Agum setelah bertemu dengan keduanya. Pertanyaan besar pun muncul. George-Arifin sudah legowo dengan keputusan FIFA, tapi mengapa Kelompok 78 begitu ngotot meminta keduanya diloloskan sebagai calon ketua umum?

Para pendukung George-Arifin seharusnya juga menerima dengan lapang dada. Apalagi gugatan yang dilayangkan kelompok ini terhadap FIFA ditolak mentah-mentah oleh Badan Arbitrase Olahraga (CAS).

CAS tidak punya yurisdiksi menangani gugatan kubu Toisutta-Panigoro. Sesuai ketentuan Pasal R-37 Kode Arbitrase Olahraga, proses gugatan dihentikan dan dihapus dari daftar gugatan.

Dalam kongres, Agum juga sudah memngikuti keinginan sebagian besar peserta dengan meminta penjelasan Direktur Pengembangan dan Keanggotaan FIFA Thierry Regennas seputar pencoretan George-Arifin. Kedua anak bangsa ini dicoret oleh FIFA karena dinilai terlibat dalam bergulirnya Liga Premier Indonesia (LPI). Liga ini tidak pernah mendapat pengakuan PSSI. Padahal, tugas Regennas hanya pemantau kongres yang tidak memiliki wewenang berkomentar.

Tapi apa yang terjadi. Kelompok 78 tetap ingin mendengarkan alasan Komite Banding dan artinya kembali ke masa lalu. Apakah ada agenda khusus terkait ngototnya Kelompok 78 dalam kongres.

Bila memiliki hati nurani, Kelompok 78 harusnya malu. Secara langsung mereka juga yang membuat PSSI hancur lebur seperti ini. Mereka yang bersuara lantang agar Ketua Umum PSSI periode lalu, Nurdin Halid meletakkan jabatannya. Aksi ini tentu bernuansa pesanan segelintir orang.

Mereka kembali membuat kegaduhan saat berlangsungnya kongres. Tanpa alasan mendasar mereka tetap Komite Banding menjelaskan secara detil alasan pencoretan Goerge-Arifin. Saat ini, tidak ada agenda untuk meminta Komite Banding memberikan penjelasan. Agenda kongres hanya memiliki pengurus yang baru.

Berbagai langkah yang sudah dilakukan Agum selama kongres ternyata tidak membuat kehendak Kelompok 78 reda. Mereka tetap melayangkan interupsi berbau protes dengan suara keras sekaligus memaki-maki Agum di depan pemantau FIFA dan AFC. Situasi semakin tidak terkontrol dan membuat Agum menghentikan kongres.

Bayangkan kongres sudah berjalan selama tujuh jam. namun tidak ada satu pun agenda yang dijalankan. Publik Indonesia juga melihat bagaimana para aktor Kelompok 78 bertahan dengan kehendaknya. Seharusnya, Kelompok 78 yang mengikuti FIFA, bukan sebaliknya.

Kini bangsa Indonesia tengah menunggu keputusan FIFA terkait kongres yang deadlock. Kabarnya keputusan FIFA terkait hal itu akan diputuskan akhir Mei ini. Satu hal terburuk yang bakal terjadi adalah sanksi larangan bertanding di pentas internasional bagi sepakbola Indonesia.

Bila sanksi ini yang diputuskan FIFA, maka menjadi kehancuran bagi sepakbola Indonesia. Kehancuran bagi pemain, kehancuran bagi pembinaan, kehancuran publik sepakbola Indonesia. Mungkin bukan kehancuran bagi kelompok yang membuat PSSI hancur. Ini tidak akan terjadi bila semua pihak, terutama Kelompok 78 tidak memaksakan kehendaknya.

Bila PSSI dihukum, apakah kelompok itu bersedia menanggung beban hidup ribuan pemain yang hanya mengandalkan mata pencarian dari sepakbola. Sungguh ironis dengan apa yang terjadi saat ini. Seharusnya semua pihak mengedepankan hati nurani, bukan kebengisan. Kebengisan dalam hal ini adalah memaksakan kehendak yang secara hukum tidak bisa dipertanggungjawabkan.



Sekarang mari kita berdoa agar FIFA tidak menjatuhkan sanksi kepada PSSI karena tidak adanya hati nurani sekelompok orang yang mengaku pengurus sepakbola.... Amin.

http://suar.okezone.com/read/2011/05/23/59/459881/kebengisan-ancam-pssi

Senin, 16 Mei 2011

TEUKU UMAR

Ia dilahirkan pada tahun 1854 (tanggal dan bulannya tidak tercatat) di Meulaboh, Aceh Barat, Indonesia. Ia merupakan salah seorang pahlawan nasional yang pernah memimpin perang gerilya di Aceh sejak tahun 1873 hingga tahun 1899. Kakek Teuku Umar adalah keturunan Minangkabau, yaitu Datuk Makdum Sati yang pernah berjasa terhadap Sultan Aceh. Datuk Makdum Sati mempunyai dua orang putra, yaitu Nantan Setia dan Achmad Mahmud. Teuku Achmad Mahmud merupakan bapak Teuku Umar.
Ketika perang aceh meletus pada 1873 Teuku Umar ikut serta berjuang bersama pejuang-pejuang Aceh lainnya, padahal umurnya baru menginjak19 tahun. Mulanya ia berjuang di kampungnya sendiri yang kemudian dilanjukan ke Aceh Barat. Pada umur ini, Teuku Umar juga sudah diangkat sebagai keuchik (kepala desa) di daerah Daya Meulaboh.

Kepribadiaan Teuku Umar sejak kecil dikenal sebagai anak yang cerdas, pemberani, dan kadang suka berkelahi dengan teman-teman sebayanya. Ia juga memiliki sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menghadapi segala persoalan. Teuku Umar tidak pernah mendapakan pendidikan formal. Meski demikian, ia mampu menjadi seorang pemimpin yang kuat, cerdas, dan pemberani.

Pernikahan Teuku Umar tidak sekali dilakukan. Ketika umurnya sudah menginjak usia 20 tahun, Teuku Umar menikah dengan Nyak Sofiah, anak Uleebalang Glumpang. Untuk meningkatkan derajat dirinya, Teuku Umar kemudian menikah lagi dengan Nyak Malighai, puteri dari Panglima Sagi XXV Mukim. Sejak saat itu, ia mulai menggunakan gelar Teuku. Pada tahun 1880, Teuku Umar menikahi janda Cut Nyak Dien, puteri pamannya. Sebenarnya Cut Nyak Dien sudah mempunyai suami (Teuku Ibrahim Lamnga) tapi telah meninggal dunia pada Juni 1978 dalam peperangan melawan Belanda di Gle Tarun. Setelah itu, Cut Nyak Dien bertemu dan jatuh cinta dengan Teuku Umar. Keduanya kemudian berjuang bersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda di Krueng. Hasil perkawinan keduanya adalah anak perempuan bernama Cut Gambang yang lahir di tempat pengungsian karena orang tuanya tengah berjuang dalam medan tempur.

Belanda sempat berdamai dengan pasukan Teuku Umar pada tahun 1883. Satu tahun kemudian (tahun 1884) pecah kembali perang di antara keduanya. Pada tahun 1893, Teuku Umar kemudian mencari strategi bagaimana dirinya dapat memperoleh senjata dari pihak musuh (Belanda). Akhirnya, Teuku Umar berpura-pura menjadi antek (kaki tangan) Belanda. Istrinya, Cut Nyak Dien pernah sempat bingung, malu, dan marah atas keputusan suaminya itu. Gubernur Van Teijn pada saat itu juga bermaksud memanfaatkan Teuku Umar sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh. Teuku Umar kemudian masuk dinas militer. Atas keterlibatan tersebut, pada 1 Januari 1894, Teuku Umar sempat dianugerahi gelar Johan Pahlawan dan diizinkan untuk membentuk legium pasukan sendiri yang berjumlah 250 tentara dengan senjata lengkap.

Saat bergabung dengan Belanda, Teuku Umar sebenarnya pernah menundukkan pos-pos pertahanan Aceh. Peperangan tersebut dilakukan Teuku Umar secara pura-pura. Sebab, sebelumnya Teuku Umar telah memberitahukan terlebih dahulu kepada para pejuang Aceh. Sebagai kompensasi atas keberhasilannya itu, pemintaan Teuku Umar untuk menambah 17 orang panglima dan 120 orang prajurit, termasuk seorang Pangleot sebagai tangan kanannya akhirnya dikabulkan oleh Gubernur Deykerhorf yang menggantikan Gubernur Ban Teijn.

Pada tanggal 30 Maret 1896, Teuku Umar kemudian keluar dari dinas militer Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi, dan uang 18.000 dollar. Dengan kekuatan yang semakin bertambah, Teuku Umar bersama 15 orang berbalik kembali membela rakyat Aceh. Siasat dan strategi perang yang amat lihai tersebut dimaksudkan untuk mengelabuhi kekuatan Belanda pada saat itu yang amat kuat dan sangat sukar ditaklukkan. Pada saat itu, perjuangan Teuku Umar mendapat dukungan dari Teuku Panglima Polem Muhammad Daud yang bersama 400 orang ikut menghadapi serangan Belanda. Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 25 orang tewas dan 190 orang luka-luka di pihak Belanda.

Gubernur Deykerhorf merasa tersakiti dengan siasat yang dilakukan Teuku Umar. Van Heutsz diperintahkan agar mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menangkap Teuku Umar. Serangan secara mendadak ke daerah Melaboh menyebabkan Teuku Umar tertembak dan gugur dalam medan perang, yaitu di Kampung Mugo, pedalaman Meulaboh pada tanggal10 Februari 1899.

Pemikiran

Sejak kecil, Teuku Umar sebenarnya memiliki pemikiran yang kerap sulit dipahami oleh teman-temannya. Ketika beranjak dewasa pun pemikirannya juga masih sulit dipahami. Sebagaimana telah diulas di atas bahwa taktik Teuku Umar yang berpura-pura menjadi antek Belanda adalah sebagai bentuk “kerumitan” pemikiran dalam dirinya. Beragam tafsir muncul dalam memahami pemikiran Teuku Umar tentang taktik kepura-puraan tersebut. Meski demikian, yang pasti bahwa taktik dan strategi tersebut dinilai sangat jitu dalam menghadapi gempuran kolonial Belanda yang memiliki pasukan serta senjata sangat lengkap. Teuku Umar memandang bahwa “cara yang negatif” boleh-boleh saja dilakukan asalkan untuk mencapai “tujuan yang positif”. Jika dirunut pada konteks pemikiran kontemporer, pemikiran seperti itu kedengarannya lebih dekat dengan komunisme yang juga menghalalkan segala cara. Semangat perjuangan Teuku Umar dalam menghadapi kolonialisme Belanda yang pada akhirnya mendorong pemikiran semacam itu.

Karya

Karya Teuku Umar dapat berupa keberhasilan dirinya dalam menghadapi musuh. Sebagai contoh, pada tanggal 14 Juni 1886, Teuku Umar pernah menyerang kapal Hok Centon, milik Belanda. Kapal tersebut berhasil dikuasai pasukan Teuku Umar. Nahkoda kapalnya, Hans (asal Denmark) tewas dan kapal diserahkan kepada Belanda dengan meminta tebusan sebesar 25.000 ringgit. Keberanian tersebut sangat dikagumi oleh rakyat Aceh. Karya yang lain adalah berupa keberhasilan Teuku Umar ketika mendapatkan banyak senjata sebagai hasil dari pengkhianatan dirinya terhadap Belanda.

Penghargaan
Berdasarkan SK Presiden No. 087/TK/1973 tanggal 6 November 1973, Teuku Umar dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Nama Teuku Umar juga diabadikan sebagai nama jalan di sejumlah daerah di tanah air, salah satunya yang terkenal adalah terletak di Menteng, Jakarta Pusat. Selain itu, namanya juga diabadikan sebagai nama sebuah lapangan di Meulaboh, Aceh Barat.

Sumber:

* Winarno, Sejarah Ringkas Pahlawan Nasional, (Jakarta: Erlangga, 2006).
* www.jagoan.or.id
* www.nad.go.id.
* Wikipedia.org.

Minggu, 01 Mei 2011

KEINDAHAN ITU BERNAMA EL CLASICO

Bicara tentang El Clasico selalu berbicara tentang keindahan bermain sepak bola. Lupakan dulu tentang sepak bola pragmatis yang lebih mengedepankan hasil akhir. El Clasico identik dengan para seniman bola yang bermain bola dengan skill dan intelejensi yang tinggi. Tidak ada kick and rush ala klub-klub tradisional Inggris.di sini. Jangan harap pula menyaksikan pertahanan catenaccio model tim-tim Serie A Italia. Yang ada adalah skill mumpuni berpadu dengan kecepatan serta passing akurat.

El Clasico atau yang juga dikenal dengan Derby Spanyol adalah sebuah istilah untuk menamakan pertandingan sepak bola Liga Spanyol yang mempertemukan Real Madrid dan Barcelona. Setiap tahunnya, kedua tim tersebut paling tidak bertemu dua kali dalam liga reguler di luar pertandingan Copa del Rey maupun kejuaraan Eropa. Rivalitas keduanya juga merupakan representasi dari persaingan dua kota terbesar di Spanyol dengan dua pandangan politik yang berbeda pula. Real Madrid selalu identik dengan Spanish Nationalism dan Barcelona juga senantiasa dikonotasikan dengan Catalan Nationalism.

Sejak dahulu, kota Barcelona sudah menjadi simbol kebanggaan dan identitas masyarakat Catalan yang selalu berseberangan dengan kebijaksaan sentralistik Spanyol yang selalu berpusat di kota Madrid. Pertikaian di antara kedua kota itu pernah mencapai level super panas saat Presiden Barcelona FC, Joseph Sunyol, dieksekusi oleh pemerintahan Diktaktor Francisco Franco saat yang bersangkutan melakukan kunjungan ke kota Madrid selama perang sipil berkecamuk di negara itu.

Persaingan Real Madrid dan Barcelona juga pernah diwarnai dengan transfer kontroversial yang meningkatkan tensi permusuhan di antara keduanya. Yang pertama adalah tranfer pemain berkebangsaan Jerman, Bern Schuster, dari Barcelona menuju Real Madrid pada tahun 1988. Pada tahun 1994, pemain Barcelona dari Denmark, Michael Laudrup, memutuskan untuk pindah dari Camp Nou menuju Santiago Bernabeu dengan status free transfer. Selidik punya selidik, perpindahan haram itu dipicu oleh perselisihan Laudrup dengan icon Barca waktu itu, Johan Cruyff.


Kontroversi transfer pemain yang paling panas adalah ketika Pemain Barcelona asal Portugal, Luis Figo, memutuskan untuk berganti kostum Real Madrid. Banyak pihak yang merasa terkhianati oleh keputusan Figo tersebut mengingat yang bersangkutan sudah menjadi pemain favorit publik Catalan dengan gaya permainannya yang impresif dan mampu membius banyak orang. Kemarahan suporter Barcelona begitu terasa pada saat Figo bertanding di Camp Nou dengan kostum Madrid  di tahun 2002. Bahkan salah satu kelompok suporter fanatik Barca, Boixos Nois, pernah melemparkan kepala babi ke arah Figo saat pertandingan tengah berlangsung . Figo’s transfer to Real Madrid turned him from Catalonia's most beloved person to the most hated.

Partai El Clasico legendaris pernah terjadi pada November 2005. Saat itu Barcelona berhasil menekuk Real Madrid di stadion Santiago Bernabeu dengan skor mencolok 0 - 3. Padahal waktu itu, Real Madrid dijejali oleh para pemain jempolan, macam David Beckham, Robinho, Roberto Carlos, maupun Zinedine Zidane sehingga mendapat julukuan El Galacticos. Bintang Barcelona, Ronaldinho, menjadi pemain kedua setelah Maradona yang mendapat standing ovation dari publik Madrid berkat permainannya yang memikat.

Tahun ini El Clasico dijadwalkan berlangsung sampai lima kali. Dua pertandingan berlangsung di La Liga Spanyol, satu pertandingan di babak final Copa Del Rey, dan dua kali pertandingan babak semifinal Liga Champions Eropa. Ini merupakan momen yang ditunggu-tunggu jutaan pecandu bola di seluruh penjuru dunia sebab jarang sekali terjadi El Clasico berlangsung sampai lima kali dalam setahun.

El Clasico juga mengetengahkan kisah perseteruan dua pelatih beda karakter. Jose Mourinho dan Joseph Guardiola. Jose Mourinho, pelatih Real Madrid, selalu mengklaim dirinya sebagai The Special One. Banyak bicara, sinis, enggan mengakui keunggulan orang lain, sering bermasalah dengan media, tapi hebatnya prestasi yang pernah diraih Mou ternyata semoncer habitnya yang sering berkoar-koar. Gaya kepelatihannya dikagumi oleh banyak pemain jempolan. Ia mampu membawa FC Porto sebagai kampiun Liga Champions. Saat menukangi Chelsea, ia juga mampu menaklukkan ego para pemain mahal Chelsea dan membawa tim tersebut sebagai yang terbaik di English Premiere League. Puncaknya, Mourinho mampu membawa Inter Milan meraih treble winner tahun lalu.

Bagaimana dengan Guardiola? Pemain AC Milan, Zlatan Ibrahimovic pernah menjulukinya sebagai Mahatma Gandhi oleh karena karakternya yang kalem dan gaya busananya yang bersahaja. Bagi publik Catalan, Pep Guardiola adalah sosok loyal dan berkharisma. Banyak orang mengatakan bahwa ia mewarisi tim Barcelona peninggalan pelatih hebat pendahulunya, Frank Rijkaard. Tapi sejatinya, Pep tahu betul bagaimana cara mengaplikasikan gaya permainan tiki taka dalam model permainan sehingga membuat Barcelona menjadi yang terhebat dalam beberapa tahun terakhir dni di La Liga Spanyol. Ia disegani semua pemainnya. Ia juga berani mendepak pemain-pemain hebat tapi susah diatur dari timnya macam Ronaldinho, Samuel Eto’o maupun Ibrahimovic sendiri.

El Clasico juga bicara tentang persaingan antara Lionel Messi dan Christiano Ronaldo. Kedua pemain tersebut memang berpeluang saling berduel di tengah lapangan untuk membuktikan siapa yang yang terbaik di antara mereka. Untuk sementara ini, memang Lionel Messi lebih unggul dalam rekor pertemuan head to head.

Showtime ......

EL CLASICO 1
El Clasico pertama berlangsung pada tanggal 28 November 2010 di Nou Camp, kandang Los Blaugrana, Barcelona. Pada pertandingan tersebut, Los Merengues, Real Madrid hancur lebur 5 gol tanpa balas. Entah salah siapa, yang jelas lini tengah Bercelona begitu perkasa malam itu. Striker Barcelona David Villa menjelma menjadi momok mematikan di depan gawang Iker Casillas. Oh sungguh malang benar .........
EL CLASICO 2
Seperti yang sudah-sudah, laga Real Madrid versus Barcelona dalam El Clasico jilid II di kandang Madrid, Santiago Bernabeu, berlangsung sengit. Pertaruhan gengsi dalam laga ini membuat pemain kedua kesebelasan tampil ngotot. Namun kali ini, Mourinho banyak belajar dari partai pertama dengan tidak menginstruksikan para pemainnya untuk bermain terbuka. Hal ini sangatlah mengejutkan, karena Real Madrid selalu menampilkan permainan menyerang tidak perduli siapa pun lawannya. Strategi ini terbukti berhasil dan Barcelona pun tertahan dengan skor 1 - 1 via gol Messi yang kemudian dibalas oleh Ronaldo.

Namun tak urung strategi Jose Mourinho tersebut menuai kecaman dari banyak pihak. Salah satunya datang dari legenda hidup Real Madrid di era 1950-an, Alfredo di Stefano.  Stefano mengatakan bahwa strategi yang diterapkan Mou kepada anak asuhnya seperti seekor tikus melawan Singa dari Catalan. Presiden kehormatan Madrid tersebut justru memuji penampilan Barca yang disebutnya bermain dengan memperlakukan bola dengan penuh kehormatan. Namun dasar Mourinho, ia cuek bebek. "Saya pelatih Madrid, bukan Stefano!" tukasnya.
El CLASICO III
Stadion Mestalla, kandang Valencia, menjadi saksi perhelatan El Clasico ketiga di musim ini. pada tanggal 20 April 2011. Pertandingan Barcelona melawan Real Madrid kali ini memiliki nuansa istimewa karena merupakan babak final Copa Del Rey atau Piala Raja Spanyol. Berkaca dari dua pertandingan sebelumnya, Real Madrid menerapkan strategi permainan unik 4 - 6 dengan tidak memasang satupun striker murni pada starting line up. Taktik ini berjalan efektif di sepanjang pertandingan. Rapatnya pertahanan Los Blancos mampu meredam tiki taka Barcelona sambil sesekali melakukan counter attack.


Tidak ada gol yang tercipta selama 90 menit waktu normal. Pertandingan terpaksa memasuki fase perpanjangan waktu 2 x 15 menit. Masa perpanjangan waktu rupanya menjadi turning point bagi Real Madrid. Puncaknya terjadi pada saat Angel di Maria melakukan akselerasi di sektor kanan pertahanan Blaugrana dan kemudian mengrimkan umpan silang yang berhasil diselesaikan oleh tandukan tajam Ronaldo. Gol!


Kedudukan 1 - 0 buat Real Madrid bertahan sampai peluit panjang wasit dibunyikan. Ya...Real Madrid mampu menjadi pemenang El Clasico jilid III. Kemenangan ini terasa manis karena mereka mampu menahbiskan dirinya sebagai juara Copa del Rey 2011.


EL CLASICO IV
Selang empat hari kemudian, El Clasico bertajuk semifinal 1st leg Liga Champions Eropa kembali menghentak. Pasca kemenangan pada duel final Copa del Rey, kali ini Real Madrid menatap pertandingan dengan kepercayaan diri yang tinggi. Apalagi duel super panas ini di helat di kandang Madrid. "Kami akan menghancurkan Barcelona," koar Ronaldo sehari sebelum pertandingan dilaksanakan.

Namun ternyata ...... 
Walaupun bermain di kandang sendiri, tampaknya Real Madrid tidak bisa memanfaatkan pengaruh penonton yang terus memberikan semangat kepada mereka. Mereka tetap tidak dapat mengimbangi permainan cepat yang dilakukan oleh Barcelona. Begitu bebasnya Xavi Hernandez menguasai lini tengah menjadi salah satu kunci utama Barca dapat menaklukkan Madrid malam itu.

Dua gol Barcelona yang menghujam jala gawang Madrid diborong oleh Lionel Messi pada menit 67′ dan 87′. Gol kedua membuktikan bagaimana cepatnya seorang Lionel Messi membawa bola sambil meliuk-liuk melewati pemain belakang Madrid dan langsung menceploskan bola ke gawang Casillas menggunakan kaki kanan. Dalam pertandingan ini wasit mengeluarkan dua kartu merah, satu untuk J.M. Pinto dan Pepe. Selangkah lagi, Barcelona melangkah ke babak final.

EL CLASICO V
Real Madrid harus memenangkan El Clasico edisi ini dengan margin 3 gol. Mau tidak mau tim ini harus keluar dari gaya pragmatis yang terus diterapkan dalam empat El Clasico sebelumnya dan berani tampil lebih agresif apapun resikonya. Namun ternyata, gawang Madridlah yang harus bobol lebih dulu via gol Pedro meskipun dibalas oleh gol yang dicetak Marcello. Kedudukan imbang 1 - 1 tetap bertahan sampai akhir dan berhasil meloloskan Barcelona ke partai final Liga Champions melawan Manchester United yang akan dilangsungkan pada 28 Mei nanti di Wembley Stadium. Partai ini merupakan pertandingan ulangan final Liga Champions tahun 2009. Saat itu, Barcelona berhasil mengandaskan ambisi Manchester United lewat gol Samuel Eto'o dan Lionel Messi.

Lima partai El Clasico tahun ini telah berakhir. Keindahan permainan sepakbola modern yang berpadu dengan berbagai intrik dan drama bak sinetron telah kita nikmati bersama. Apapun itu, untuk sementara hegemoni Barcelona atas Madrid masih terus berlangsung.  Tak terbantahkan, Jose Mourinho selalu menang kemana pun ia pergi, dan ia memenangkannya dengan cepat. Juara liga pada musim pertamanya di Porto, di Chelsea, dan Inter Milan. Rekor itu dihentikan oleh Barcelona. Ia tidak berhasil melakukannya untuk Real Madrid. Itulah makna terpenting dari lima sekuel terakhir El Clasico.