Senin, 21 Maret 2011

AWAS ...., BAHAYA LATEN SINETRON!!


Menyambung tulisan saya yang lalu tentang kondisi perfilman nasional yang mulai kekeringan kreatifitas, ternyata kondisi yang nyaris serupa juga menerpa dunia sinetron kita. Tontonan dari layar televisi yang saban hari setia menyambangi kita teryata menyimpan beberapa bahaya laten yang perlu dicermati.

Apakah Anda penggemar sinetron ? Sinetron atau yang lebih dikenal dengan opera sabun adalah fiksi pendek yang ditayangkan oleh televisi, dalam bentuk serial. Kenapa namanya opera sabun, lantaran awal kemunculannya disponsori oleh produk produk perawatan tubuh khususnya produk sabun. Nah ? Lalu, di Indonesia dipopulerkan dengan nama sinetron atau sinema elektronik yang sebenarnya menurut saya terinspirasi dari keberadaan telenovela yang booming pada dekade 1990-an. Faktanya jumlah sinetron kita makin bertambah. Menumpuk, seiring dengan kebutuhan akan jumlah produk hiburan yang akan ditayangkan oleh televisi. Mengamati produk sinetron ada beberapa hal catatan menarik yang perlu kita bahas

1.Script sekenanya
Pengalamannya seorang penulis script bisa menulis naskah beberapa judul yang berbeda beda di satu lokasi, betapa jeniusnya penulis sinetron kita ini. Hasilnya, dialog yang muncul terasa ámbar, jayus, dan tidak realistis.

2.Dramaturgi yang molor
Mayoritas sinetron mempunyai dramaturgi seperti karet, bisa ditarik ulur, tergantung berapa jumlah iklan (spot iklan) yang masuk pada saat sinetron yang ditayangkan. Jangan heran jika sinetron terasa dipanjang panjangkan hingga puluhan episode, yang sesungguhnya untuk beberapa episode saja sudah selesai.

3.Riset yang lemah

Mayoritas sinetron kita gagal dalam memberikan sebuah peristiwa sebagai sebuah latar bertutur. Misalnya, sinetron itu mengambil setting jaman majapahit, namun dari properti yang digunakan adalah produk tahun 2000-an, yang sangat jelas adalah pemakaian sandal dalam sinetron silat dan warna warna a-la Andy Warhol yang belum dikenal pada jaman Majapahit.

4.Tidak mendidik
Semuanya mengakui. Bagaimana bisa mendidik yang diajarkan adalah kemarahan, kebencian, balas dendam amarah kekerasan dan yang lain?

5.Di dalam naungan rating sinetron berlindung
Apologi kejar tayang dan rating adalah sebuah pembenaran yang keliru yang acapkali dijadikan argumen kenapa sinetron itu buruk wajahnya. Pada aspek ini tercium sebuah kegagalan dalam cara mengadopsi industri hiburan televisi di bangsa ini.

6.Pemain sinetron kita kejar setoran
Bayangkan, seorang pemain sinetron yang tengah naik daun, dalam satu hari bisa bermain dalam empat judul sinetron yang berbeda beda, di tempat yang berbeda dengan pilihan watak yang berbeda pula. Misalnya, pagi hari bermain watak sebagai ABG yang centil, siang hari bermain sebagai seorang Ibu Guru, sore hari bermain watak sebagai seorang dokter yang bijak, malam hari bermain sebagai seorang psikopat. Bukankah luar biasa bakat bakat yang dipunyai aktris aktor sinetron kita?

Masih doyan nonton sinetron?

Senin, 14 Maret 2011

FILM HOROR CENAT CENUT


Seorang teman sempat memberitahu saya lewat account twitter-nya pada tanggal 24 Februari 2011 tentang sebuah fenomena menarik yang terjadi hari itu di Jakarta. Di bioskop Mulia Agung di bilangan Senen berderet-deret film-film Indonesia sebagai berikut: Kalung Jelangkung, Pocong Ngesot, Arwah Goyang Karawang, Love Story, dan Pelukan Hantu Gondrong. Sepertinya film-film nasional tengah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Namun dengan seragamnya genre film yang tengah beredar bisa menjadi indaktor awal keringnya daya kreatifitas dari para sineas kita. Apalagi cita rasa dari film-film tersebut terasa sangat jauh dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kebangkitan film nasional dalam dasawarsa terakhir ini memang sangat mengembirakan. Ditandai dengan dobrakan Riri Riza dengan film Petualangan Sherina, lalu kemudian diikuti dengan film remaja sensasional: Ada Apa Dengan Cinta?, film idealis: Soe Hok Gie, film komedi penuh sindiran: Nagabonar Jadi 2, film bertema pendidikan: Denias dan Laskar Pelangi, sampai film yang menurut saya pekat banget unsur SARA-nya: Ayat-Ayat Cinta. Jenis film horor juga tidak mau ketinggalan. Muncul film Jailangkung karya sutradara Dimas Jay yang agaknya menjadi pelopor pembuatan film horor nasional di era millennium baru. Kesuksesan film ini kemudian ternyata menimbulkan gejala latah yang segera menyeruak di dada para sineas kita dengan muculnya film-film genre senada dengan kualitas seadanya.

Apabila mengacu pada sejarah, pembuatan film horor di Indonesia pertama kali dimulai pada tahun 1934 dengan lahirnya film Ouw Peh Tjoa (Doea Siloeman Oeler Poeti en Item). Dilihat dari judulnya, tentunya kita dapat menerka bahwa ada aroma Tionghoa yang sangat kental di dalamnya. Asumsi itu memang beralasan, karena film horor Indonesia berlatarbelakang cerita Tionghioa sangat mendominasi bioskop lokal di era itu sampai tahun 1969.

Harus diakui bahwa genre horor memang cukup mendapat tempat di hati sebagian pecinta film nasional. Ditandai dengan munculnya film horor legendaris Beranak dalam Kubur (1971) yang melambungkan nama Suzana sebagai salah satu ikon film nasional. Film ini ternyata mampu menarik apresiasi dari khayalak luas dan sanggup menjadi katalisator munculnya film-film horor selanjutnya. Namun konsistensi dalam menganggkat tema mistik ternyata pada perkembangannya harus bercumbu rayu dengan bumbu sexualitas. Film-film sampah ini begitu merajai bioskop-bioskop lokal pada era 1990-an yang kemudian berujung pada ambruknya perfilman kita.

Saat ini ada kecenderungan perfilman kita sedang mengalami stagnasi setelah melewati era kebangkitan. Tema film cenderung tidak bervariasi, menekankan unsur sensualitas, dan miskin kreatifitas. Lebih parah lagi setelah isu pemboikotan film Hollywood mengemuka, bioskop-bioskop kita dipenuhi dengan film-film sampah ala era 90-an.

Saya tidak pernah bermasalah dengan film horor. Bahkan saat remaja, saya begitu gandrung dengan film horor amrik berjudul Bram Stoker’s Drácula. Namun bila sensasi tubuh wanita yang menjadi suguhan utama berbalut dengan nukilan mistis irasional, saya pikir, tentu saja tidak untuk membuat penonton terpacu adrenalinnya namun lebih untuk memacu naluri “ketakutan” yang lain.


Film bombastis Arwah Goyang Jupe Depe yang sebelumnya diberi judul Arwah Goyang Karawang, misalnya, sarat dengan adegan erotis Julia Perez dan Dewi Persik sebagai pemeran utama. Meskipun penonton dimanja dengan “keindahan” gambar, alur cerita dan skenario film itu cenderung membingungkan dan tidak logis. Secara kulitas tentu film ini tidak mampu dibandingkan dengan film amrik berjudul Devil yang baru saja saya tonton hari Minggu kemarin. Meskipun mudah diterka bagian ending-nya, Devil ternyata tetap konsisten menghadirkan konsep horor tanpa dibumbui unsur sensualitas.

Bangsa ini memang tengah terpuruk. Terjerembab nyaris di segala bidang. Kita memang patut berbangga dengan beragamnya kebudayaan yang kita miliki sebagai salah satu representasi dari ekspresi kebebasan berpikir dan berekspresi. Namun bila budaya tersebut dijejali dengan tontonan sampah yang tidak inspiratif, saya khawatir mentalitas bangsa ini akan semakin kerdil dan tidak mempunyai daya saing.

Rabu, 09 Maret 2011

Orang Paling Berbahagia di Amerika Serikat


Siapakah orang paling bahagia? Sulit menentukannya. Namun di Amerika Serikat ada lembaga yang mencoba mengukurnya melalui berbagai parameter. Lembaga itu adalah Gallup, yang berkantor pusat di Washington.


Gallup mengukur kebahagiaan itu melalui enam parameter yaitu dasar kehidupan, kesehatan fisik dan emosi, lingkungan kerja, gaya hidup sehat, dan akses terhadap layanan kesehatan. Dari keenam kelompok itu muncullah data orang Amerika meliputi tingkat optimisme, kesehatan emosi, depresi, stres, penyakit-penyakit kronis yang diidap, gaya hidup (pola makan sehat, olahraga), kemudahan mendapatkan buah-buahan dan sayuran segar, akses ke tempat olahraga yang aman, akses ke layanan kesehatan, dan sebagainya. "Orang yang memiliki ini sudah tentu berusia tua dan memiliki cukup uang untuk hidup nyaman," ujar John Harris, wakil presiden Innovations Healthways, lembaga rekan kerja Gallup.


Berdasarkan konsep itu, Gallup-Healthways melakukan survey terhadap orang-orang Amerika di seluruh negara bagian. Survey dilakukan dengan menanyai penduduk AS per negara bagian secara acak yang dimulai tahun 2008. Dari sanalah didapat kategori orang yang paling bahagia di AS.


Menurut data yang disebut sebagai Gallup-Healthways sebagai Well-Being Index, orang paling bahagia itu memiliki ciri tinggi, keturunan Asia-Amerika, laki-laki, berusia 65 tahun atau lebih tua, tinggal di Hawaii, menikah dan punya anak, beragama, memiliki bisnis sendiri, dan berpenghasilan US$ 120.000 setahun. Siapakah orang itu?

Kriteria itu mengarah ke Alvin Wong, 69 tahun. Maka Alvin pun dinobatkan sebagai orang paling bahagia di AS. Menurut lelaki ini, ia menjalankan hidup seperti yang dinasihatkan ibunya. "Jangan lakukan sesuatu karena uang, tetapi lakukanlah karena kita ingin melakukannya dan kita suka melakukannya. Dengan cara begini kita akan bahagia," ujarnya.

Tim Andrie Wongso

Gayus vs Gayus


Pada suatu hari, Ryan, salah satu murid saya di kelas 6, datang menghampiri sambil tersenyum penuh arti. Di tangannya ada sebuah Alkitab yang terbuka dan jari-jemari tangannya menunjuk kepada sebuah ayat yang berbunyi seperti ini, “Dari penatua kepada Gayus yang kekasih, yang kukasihi dalam kebenaran” (III Yohanes 1: 1).

“He he he he ……ada nama koruptor dalam dalam Alkitab, Pak,” tukasnya.
“ Ya….tapi ini Gayus yang berbeda, “ jawabku. “Dua Gayus yang sangat berbeda. Yang satu adalah hamba kebenaran, sedangkan yang lain tidak.”

Percakapan ringan di pagi hari itu membawa saya pada sebuah kontemplasi lebih lanjut yang bermuara pada tokoh Gayus Halomoan Tambunan. Orang ini beberapa waktu yang lalu menjadi trending topic pembicaraan di seantero negeri. Koruptor yang ngakunya kelas teri, namun telah mampu menelanjangi wajah hukum, dunia peradilan, perpajakan, dan bobroknya mentalitas kepolisian republik ini dengan bebarapa kali gebrakan dalam kurun waktu setahun belakangan ini.

Jangan bayangkan Gayus adalah seorang master dengan wajah senior yang penuh dengan guratan lika liku kehidupan dengan rambut memutih. Gayus masih seumuran dengan saya. Namun dana yang berhasil ia sabot berjuta-juta dólar US jumlahnya. Rumah mewah, dan akses yang maha luas telah berhasil ia raih. Apa lagi yang kurang? Semuanya lengkap telah ia peroleh. Orang akan dengan mudahnya berkata bahwa Gayus adalah pria super nan beruntung. Di dalam penjara pun ia masih tetap sakti. Buktinya ia telah berpuluh-puluh kali nylonong meninggalkan penjara untuk sekedar jalan-jalan ke perlbagai tempat.

Sebagai seorang guru, saya mulai membayangkan bagaimana perasaan para guru yang pernah mendidik Gayus. Adakah perasaan bangga dan senang yang menggelayut di hati mereka karena bekas anak didiknya mampu menggemparkan bangsa? Atau perasaan malu dan turut merasa bersalah karena gagal menanamkan budi pekerti yang baik di hati seorang Gayus?

Saya percaya bahwa pada waktu sekolah dulu, Gayus Halomoan Tambunan merupakan sosok siswa yang cerdas. Ia sangat mungkin merupakan siswa kebanggan para gurunya. Apalagi, ia mampu menembus seleksi ketat Sekolah Tinggi Akuntasi Negara (STAN) yang tiap tahun selalu menyambangi siswa-siswa SMA terbaik dari seluruh nusantara. Prestasi gemilangnya tersebut kemudian mampu menghantarkannya untuk bekerja sebagai aparatur negara di dunia perpajakan.

Namun sayang, prestasi Gayus tersebut tidak dibarengi dengan penanaman karakter yang mumpuni. Sepintas pria ini telah berhasil meraih segalanya. Namun kenyataan membuktikan bahwa “kenerhasilannya” tersebut diraihnya dengan cara-cara yang kotor nan menyedihkan beserta kemungkinan konspirasi yang diduga turut bermain di dalamnya.

Gayus di dalam Alkitab tentu berbeda dengan Gayus si tukang pajak. Alkitab menuliskan sosok Gayus sebagai orang yang dikasihi Paulus dalam kebenaran. Ia adalah rekan yang setia menyertai perjalanan misionaris Paulus di pelbagai tempat. Oleh karena kebenaran yang ia percaya, Gayus turut dianiaya oleh massa penganut paganism.

Gayus mungkin tidak segarang Petrus jika sedang berkhotbah menyampaikan firman Tuhan. Peran yang dimainkannya pun mungkin tidak sedahsyat dengan apa yang sudah dilakukan oleh Rasul Paulus. Informasi yang kita dapatkan tentang dirinya mungkin juga tidak terlalu banyak. Namun meskipun demikian, sosok Gayus yang pasti adalah seorang pelayan Tuhan yang setia, yang mau mengobankan segala-galanya untuk kemuliaan Tuhannya.

Ada dua Gayus di sini. Yang satu berhasil meraih “kepopuleran” dengan tindakan-tindakan yang tercela sedangkan yang lain jauh dari kesan populer namun berani mempertahankan kebenaran apapun resikonya.

Which one do you choose?

Senin, 07 Maret 2011

Stars In Making


Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak (Maleakhi 3:3a)

Ayat ini sangat mengusik seseorang yang sedang mengikuti kelas pendalaman Alkitab, dan ia pun bertanya-tanya apa maksud Firman Tuhan ini mengenai karakter dan sifat Allah. Ia kemudian memutuskan mencari tahu tentang proses pemurnian perak.
Minggu itu, orang tersebut tersebut membuat perjanjian dengan seorang pengrajin perak untuk melihat bagaimana proses kerjanya saat memurnikan perak. Dia tidak menyebutkan sama sekali alasannya mengapa dia ingin mencari tahu proses pemurnian perak.

Dia menyaksikan pengrajin perak itu sedang memanaskan perak di atas api. Pengrajin itu menjelaskan bahwa ketika hendak memurnikan perak, dia harus menjaga agar perak itu tetap ada di tengah-tengah perapian dimana terdapat suhu yang paling panas, agar supaya perak itu dapat dimurnikan dari segala debu, batu, berbagai kekotoran yang melekat pada perak itu.

Orang itu kemudian membayangkan bagaimana Allah menjaga kita pada titik api yang terpanas, dan kemudian teringat kembali pada ayat yang mereka renungkan: "Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak". Kemudian dia bertanya kepada pengrajin perak itu apakah benar bahwa dia harus duduk di depan api sepanjang waktu hingga perak itu menjadi murni.

Pengrajin itu berkata ya, dia bukan hanya harus duduk menjaga perak itu, tetapi juga harus terus-menerus memperhatikan perak di atas api itu setiap saat. Jika terlambat diangkat sedikit saja, perak itu akan rusak.
Orang itu terdiam sebentar, dan kemudian bertanya, "Bagaimana Anda tahu bahwa perak itu sudah benar-benar murni?"

Pengrajin itu tersenyum dan menjawab, "Oh, itu sangat mudah -- perak itu telah murni ketika saya bisa melihat wajah saya di dalamnya.
Anak-anak adalah seperti mahakarya yang masih belum sempurna dibentuk. Untuk dapat menjadi sebuah mahakarya yang sempurna, mereka perlu melewati proses penempaan yang memerlukan waktu yang cukup lama. Tak jarang proses itu menuntut pengorbanan dari tangan orang-orang yang menempanya. Proses penempaan tersebut baru akan usai tatkala wajah Kristus sudah terpancar dari mahakarya itu.

So ,….jangan menyerah wahai para penempa mahakarya. Sadarilah bahwa Anda sedang terlibat dalam proses pendidikan bagi anak-anak dari Raja segala raja. Selamat berjuang ….

Dedicated for all parents and teachers around this globe ….

Kamis, 03 Maret 2011

Apakah Buah Hati Anda Anak Berkebutuhan Khusus?

Setiap tahunnya 1 - 2 dari 150 anak di Indonesia mengalami gangguan perkembangan pervasive (PDD), 10% di antaranya adalah menyandang "kebutuhan khusus" dari berbagai tipe. Mulai dari kasus yang berat hingga kasus dengan gejala tidak khas (ringan). Terdeteksi sejak usia 30 bulan pertama kehidupannya ....

Kenali dan deteksi melalui tanda dan gejala berikut ini:
1. Sulit berbaur dengan anak-anak lain.
2. Suka menyendiri atau bermain sendiri.
3. Tidak bereaksi ketika dipanggil namanya.
4. Tidak takut akan bahaya nyata.
5. Menolak perubahan kebiasaan, cenderung rutin.
6. Tidak mau dipeluk atau memeluk.
7. Melakukan aktifitas fisik yang berlebihan atau sebaliknya.
8. Tidak menunjukkan konta mata atau rentang perhatian khusus.
9. Terlalu terikat dengan benda-benda tertentu.
10. Bermain janggal secara terus-menerus.
11. Adanya keterlambatan dalam bahasa verbal dan komunikasi.
12. Sulit fokus dan konsentrasi pada suatu pengajaran.
13. Tiba-tiba marah, tertawa atau menangis tanpa sebab yang jelas.
14. Mempunyai gerakan-gerakan ritual yang monoton dan terus-menerus.
15. Terlihat tidak berempati dan sulit mendapatkan peran.
16. Adanya hambatan dan perkembangan sensorik.

Waspadai jika anak menunjukkan 7 (tujuh) dan atau lebih gejala di atas secara konsisten, dianjurkan untuk melakukan evaluasi dan pemeriksaan diagnosis oleh profesional dan segera dilakukan penanganan dini.

www.sscarelearningcenter.com