Sabtu, 23 April 2011

Di Bawah Bayang-Bayang Maut


“Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku daripada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Namun karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamudari dunia sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu.”
Yohanes 15: 18 – 20


Figur yang pertama mati bagi gereja adalah Yesus sendiri. Peristiwa penyaliban-Nya yang telah menjadi inspirasi dan sumber bagi semua kemartiran, terekam dengan begitu jelas di dalam Alkitab. Kita bersyukur bahwa Ia bukanlah Allah yang tinggal dalam kematian tetapi kebangkitan-Nya, yang bagi sebagian orang merupakan kontroversi tiada akhir, telah memberikan keberanian bagi murid-murid-Nya untuk terus mengabarkan injil sampai ke ujung bumi.

Orang kedua yang menderita dan mati bagi gereja adalah Stefanus. Stefanus, yang namanya berarti “mahkota”, menjadi martir karena memberitakan injil kepada orang-orang yang telah membunuh Yesus. Alkitab mencatat bahwa orang saleh ini terbunuh di luar tembok kota dengan cara dirajam. Peristiwa tersebut terjadi 8 tahun setelah penyaliban Yesus. Itu berarti kematiannya terjadi pada tahun 35 M karena sesungguhnya Yesus dianggap lahir pada tahun 6 S.M.

Pasca pembunuhan terhadap Stefanus, Lukas mencatat, “Pada waktu itu mulailah penganiayaan terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.” (Kisah Para Rasul 8 : 1)

Inilah kisah martir dari murid-murid pemberani dari Tuhan Yesus.

Yakobus
Yakobus adalah anak Zebedeus dan Salome merupakan ayak rasul Yohanes. Ia adalah yang pertama menjadi martir dari antara 12 rasul (Kisah Para Rasul 12 : 2) melalui hukuman mati sekitar tahun 44 M atas perintah Herodes Agrippa I dari Yudea. Penulis terkenal, Clemens Alexandrinus, menulis bahwa ketika Yakobus dibawa untuk dieksekusi, keberaniannya yang luar biasa itu menimbulkan kesan yang mendalam pada salah satu orang yang menangkapnya. Orang itu jatuh bertelut di hadapan Yakobus seraya memohon ampun dan mengaku bahwa ia sebenarnya adalah seorang Kristen juga. Akhirnya mereka berdua dipenggal kepalanya.

Matius
Matius mengabarkan injil sampai ke tanah Ethiopia. Beberapa tulisan mengatakan bahwa ia direbahkan di tanah dan dipancung kepalanya di kota Nadabah (atau Naddayar), Ethiopia, sekitar tahun 60 M.

Yakobus (Kecil)
Yakobus ini adalah saudara Yesus dan penulis surat Yakobus di dalam Alkitab. Ia sepertinya menjadi pemimpin jemaat di Yerusalem. Menurut Flavius Josephus, ahli sejarah Yahudi, imam besar Ananus memerintahkan agar Yakobus dihukum mati dengan cara dirajam. Namun Hegessipus, penulis Kristen awal, mengutip ahli sejarah abad ke-3 Eusebius, bahwa Yakobus dilemparkan dari menara Bait Allah. Ia tidak langsung mati setelah dijatuhkan, jadi kepalanya dipukul lagi dengan pentungan besi.

Matias
Dipilih untuk menggantikan posisi Yudas Iskariot. Ia dirajam batu di Yerusalem dan kemudian mati dipancung.

Andreas
Andreas adalah saudara Petrus. Ia mengabarkan injil kepada banyak bangsa Asia dan menjadi martir di Odessa dengan disalibkan pada kayu salib berbentuk huruf X.

Markus
Markus mati dengan cara diseret sampai tubuhnya terkoyak-koyak oleh orang-orang Alexandria ketika ia berbicara menentang perayaan yang khidmat untuk berhala bernama Serapis.

Petrus
Kisah kemartiran Petrus berasal dari laporan Hegesipus. Ketika Petrus sudah tua, Kaisar Nero berencana untuk menjatuhinya hukuman mati. Ketika murid-murid Petrus mendengar kabar itu, mereka memohon agar Petrus meninggalkan kota Roma. Namun, ketika Petrus sampai di pintu gerbang kota, ia melihat Yesus berjalan ke arahnya. Petrus menjatuhkan diri bertelut sambil berkata, “Tuhan, Engkau mau pergi ke mana?” Yesus menjawab, “ Aku datang untuk disalibkan lagi, karena gembala umatku melarikan diri.” Melalui penglihatan itu, Petrus tahu bahwa sudah waktunya bagi dia untuk mati sambil mempermuliakan Allah. Ia kembali masuk ke dalam kota dan langsung ditangkap. Menurut St. Jerome, Petrus meminta agar disalibkan dengan posisi terbalik karena ia merasa tidak layak untuk disalibkan dengan posisi yang sama dengan Tuhannya.

Paulus

Rasul ini sering dianggap memutarbalikkan ajaran Kristus dengan cara memasukkan pengajaran palsu yang dipakai oleh orang-orang Kristen hingga saat ini. Apabila ia seseorang yang sengaja disusupkan untuk menyesatkan orang percaya, sudikah ia mati bagi imannya? Saya rasa tidak. Sejarah mencatat bahwa Paulus tetap setia sampai akhir dan dihukum penggal atas perintah Kaisar Nero pada tahun 66 M.

Yudas
Ia adalah saudara Yakobus. Ia disalibkan di Edessa, kota kuno di wilayah Mesopotamia. Sekitar tahun 72 M.

Bartolomeus
Ia berkhotbah sampai ke wilayah India Timur. Orang-orang setempat memukuli dan menyalibkannya sampai mati.

Tomas
Tomas memberitakan injil sampai ke Persia, Parthia, dan India. Di Calamina, India, ia mengalami penyiksaan. Tubuhnya ditusuk tombak dan dilemparkan ke dalam oven raksasa yang menyala-nyala.

Lukas
Lukas seorang non-Yahudi, mungkin orang Yunani. Ia seorang tabib di Troas dan mungkin bertobat di sana melalui penginjilan Paulus. Setelah kematian Paulus, Lukas tampaknya meneruskan pemberitaan Injil. Salah satu sumber kuno menyatakan, “Ia melayani Tuhan tanpa gangguan karena ia tidak memiliki istri ataupun anak dan pada saat ia berusia 84 ia jatuh tertidur di Boeatia”. Sumber yang lain mengatakan bahwa ia pergi ke Yunani dan menjadi martir dengan digantung pada pohon zaitun di Athena pada tahun 93 M.

Yohanes
Rasul Yohanes ditangkap dan dibawa ke Roma tempat ia dilemparkan dalam tempat penggorengan yang diisi minyak yang mendidih, tetapi tidak melukainya. Akibatnya kemudian dibuang oleh Kaisar Domitian ke Pulau Patmos, tempat ia menulis kitab Wahyu. Ia satu-satunya rasul yang tidak mengalami kematian yang mengerikan.

Bayang-bayang maut selalu mengancam gereja Tuhan yang benar dari zaman ke zaman. Namun gereja semakin dibabat selalu semakin merambat. Berakar kuat melalui pengajaran Tuhan kita Yesus Kristus. KematianNya di atas kayu salib hampir 2000 tahun yang lalu menjadi sebuah pertanda bahwa maut sebenarnya sudah dikalahkan. Sebagai orang percaya, kita tidak perlu takut lagi terhadap semua ancaman yang membayang. Kita tidak takut terhadap teror bom, tidak takut dengan aksi kaum fundamentalis, atau seringai setan tak berbentuk sekalipun. Dan kalau tokh kita harus menderita karena iman percaya kita, bukankah hal tersebut merupakan suatu kehormatan yang tidak terkira karena dapat bersekutu dalam penderitaan bersama-sama dengan Dia?

Selamat Paskah….

Senin, 18 April 2011

ELEGI MALAM DI PORONG SETAHUN LALU

Aku terjatuh dari motor semalam. Sakitnya masih terasa hingga saat ini. Membuatku berjalan tertatih-tatih. Apalagi ketika harus naik ataupun turun melalui anak tangga di tempatku bekerja. Duh…susah sekali. Aku merasa jauh lebih tua dari usiaku yang sebenarnya.

Semalam memang berat sekali di Porong. Banjir selutut menyeruak sampai di pintu gerbang tol. Untung Varioku nggak mogok. Padahal ada banyak kuda besi lain yang mulai rewel-rewel. Meraung-raung fals karena knalpotnya mulai kemasukan air. Sementara itu, mobil-mobil pribadi pun juga hanya mampu berdehem-dehem pasrah. Dikepung oleh serbuan air dan himpitan truk-truk besar yang berdiri angkuh tanpa budaya.

Porong memang tidak seperti dulu.

Dahulu Porong sempat ngetop karena seorang Marsinah, buruh wanita yang memperjuangkan hak-haknya. Entah karena terlalu idealis atau memang karena resek sehingga nggak bisa diam, perjuangan Marsinah membuat merah telinga Sang Penguasa. Yang jelas, beberapa waktu kemudian Marsinah sudah ditemukan dalam keadaan mengenaskan tanpa nyawa.

Porong juga merupakan kota yang dinamis. Sebagai pintu gerbang menuju daerah delta Surabaya, peran kota ini dalam menggerakkan roda perekonomian Jawa Timur bagian timur sangatlah strategis. Ibaratnya, sebelum engkau bisa menyentuh peradaban Surabaya, lewati Porong dahulu dengan keruwetan pasarnya.

Tapi saat ini, Porong tak ubahnya sebagai seorang pesakitan. Kota ini harus menerima kenyataan bahwa di bawah lapisan tanahnya terdapat sebuah mud volcano maha besar yang mencoba untuk menerobos keluar. Porong mulai kehilangan kepercayaannya, seiring dengan merosotnya kepercayaan warganya terhadap Pemerintah yang menegaskan bahwa fenomena ini merupakan intervensi alam dan bukan dipicu oleh tangang-tangan jahil manusia.

Bagiku, dinamika Porong hanya bagian dari masa lalu. Saat ini terdapat danau lumpur raksasa yang tidak pernah engkau jumpai sebelumnya, paling tidak dalam 10 tahun terakhir di kota ini. Semalam aku sempat melintasi jalan di depan danau mud volcano itu. Banjir membuat perjalanku sangat terhambat. Gelembung-gelembung gas kulihat muncul dari dalam air di berbagai sudut jalan. Menandakan bahwa sebenarnya ada potensi energi di bawah lapisan tanah Porong.

Banjir mulai surut ketika aku memasuki pusat kota Porong. Segera kupacu motorku dengan penuh nafsu karena yang terbayang di pelupuk mataku hanya bantal guling plus tempat tidurku. Karena kurang waspada, terjerembablah aku di ujung jalan sana.

Surabaya, 19 April 2010

Seorang Pecundang yang Sangat Berhasil


Pernakah Anda mendengar nama Johan Heinrich Pestalozzi? Ia adalah pengajar yang memelopori sistem pendidikan (pedadogue) baru yang dipakai di Sekolah Dasar Modern di Swiss. Terlahir di Zurich, 12 Januari 1746, Pestalozzi ternyata bukan termasuk siswa berkemampuan akademis cemerlang di sekolahnya. Ia sangat tidak tertarik pada tugas-tugas sekolah berbasis hafalan dan lebih suka bermain-main dengan imajinasi dan khayalannya sendiri. Hasilnya, ia berkali-kali tidak naik kelas.

Masa kecil Pestalozzi memang sangat mengenaskan. Ia adalah seorang anak yatim yang bertubuh lemah dan sering sakit-sakitan. Akibat kelemahan tubuhnya tersebut, Pestalozzi kurang bisa bermain seperti selayaknya anak-anak laki sebayanya yang lain. Prilakunya yang sering tenggelam dalam dunia khayalan membuatnya kerap kali dijuluki Heinrich Bodoh dari Kota Aneh. Sungguh menyakitkan, bukan?

Terinspirasi oleh jejak kakeknya, Pestalozzi muda memutuskan untuk menjadi seorang pendeta Protestan. Keputusannya itu juga berdasarkan keprihatinan yang dalam di hatinya manakala melihat ketidakadilan sang penguasa yang sering menindas rakyat jelata. Ia berpendapat bahwa pendidikan adalah solusi utama bagi kehidupan bermasyarakat. Namun karena mudah nervous dan tidak memiliki daya ingat yang baik, ia pernah berhenti mendadak saat berkhotbah karena lupa isinya. Pengalaman yang buruk itu membuatnnya menjadi bahan cemoohan bagi banyak orang yang kemudian menyebabkan ia mundur sebagai seorang pendeta.

Pestalozzi kemudian memasuki Universitas Zurich, tempat yang membuatnya tertarik dengan dunia pengajaran. Ia juga menaruh perhatian yang dalam di dunia politik dan segala permasalah sosial yang mendera masyarakat Swiss pada waktu itu. Dalam bukunya berjudul The Evening Hours of Hermit, Pestalozzi menegaskan bahwa sebenarnya pendidikan itu dapat dimulai dari rumah dengan berdasarkan pada kegiatan kehidupan sehari-hari secara langsung. Karyanya ini menjadi bestseller di Jerman dan nama Pestalozzi menjadi terkenal.

Pada saat Prancis menginvansi Swiss pada tahun 1798, jumlah anak-anak yatim piatu di Swiss mengalami peningkatan. Pestalozzi kemudian tergerak untuk membuktikan nilai-nilai kekristenan yang dianutnya dalam suatu tindakan nyata. Ia segera mengumpulkan sejumlah besar dari anak-anak tersebut di dalam rumah-rumah penampungan anak-anak yatim piatu yang dimilikinya.

Tidak puas sampai di situ saja, Pestalozzi kemudian memutuskan untuk menjadi sukarelawan guru bagi anak-anak di pedesaan. Metode mengajarnya yang sangat berbeda dengan metode pengajaran yang lazim pada waktu itu berhasil menarik perhatian banyak orang. Akhirnya Pestalozzi berhasil membangun sekolahnya sendiri yang di kemudian hari nanti menjadi sangat terkenal dan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Swiss. Saat ini, seluruh metode pendidikan di Eropa dimodifiksai dari pemikiran Johan Heinrich Pestalozzi. Siapa sangka bahwa orang ini dulunya memiliki catatan masa kecil yang kelam.

Pestalozzi dikenal sebagai Bapak Pendidikan Modern yang memiliki konsep memberi perhatian secara pribadi kepada anak didik. Dengan konsep ini, proses belajar mengajar memungkinkan setiap anak berkembang secara optimal. Baginya pendidikan harus berpusat pada diri anak itu sendiri dan bukan pada kurikulum. Tujuan pendidikan adalah membuka rahasia ilmu pengetahuan melalui pelbagai pengalaman aktifitas pembelajaran, bukan berpusat pada guru maupun teks buku.

Pestalozzi juga menekankan bahwa suasana di dalam kelas haruslah menyerupai suasana di dalam keluarga. Kelas perlu memiliki atmosfer kepedulian, cinta kasih dan juga kedisiplinan. Ide ini terinspirasi dari nilai Kekristenan yang mampu diaplikasikan dengan baik oleh ibu Pestalozzi saat mendidik anak-anaknya di dalam keluarga. Tidak ragu lagi bahwa pendekatan personal seperti di dalam keluarga adalah komponen terpenting di dalam pendidikan.

Johan Heinrich Pestalozzi tutup usia pada 12 Januari 1746. Pada batu nisannya tertulis tulisan sebagai berikut: “Dialah juruselamat kaum miskin di Neihof, Pengkhotbah rakyat dalam buku Lienhard und Gertrud. Bapa anak piatu di Stanz, Pendiri Sekolah Dasar Baru di Burghof dan Münchenbuchsee, Pendidik umat manusia di Yverdun, Seorang laki-laki, seorang Kristen, seorang warga negara. Segala sesuatu bagi orang lain, sedangkan bagi dirinya sendiri tidak ada apa-apa! Terpujilah namanya!”

Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Bagi mereka yang mau berusaha dan bekerja keras selalu ada jalan keluar. Apa yang dianggap hina menurut pandangan dunia dapat menjadi sesuatu yang dahsyat dan luar biasa di dalam tangan-Nya. Mari tetap terus berjalan bersama Tuhan. Kita hantam kesombongan dunia dengan sikap rendah hati sambil tetap berserah diri.

1 Korintus 1:27
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.

Senin, 11 April 2011

APAKAH INDONESIA BERNYALI?


Sabtu, 28 Maret 1981, pesawat Garuda Indonesia GA 206 tinggal landas meninggalkan Bandara Talang Betutu, Palembang menuju Medan. Penerbangan Woyla DC 9 tersebut membawa 46 penumpang dengan Captain Herman Rante sebagai pilot. Tiba-tiba Co-pilot Hendhy Juwanto mendengar keributan dari dari arah belakang. Baru saja akan berpaling, seseorang langsung menyeruak ke dalam kokpit sambil berteriak. "Jangan bergerak! Pesawat kami bajak!"

Para pembajak berjumlah lima orang, berbahasa Indonesia dan bersenjatakan pistol, granat dan juga dinamit. Mereka memaksa agar pesawat diarahkan ke Kolombo, Sri Lanka. Permintaan tersebut mustahil dipenuhi oleh pilot karena pesawat tidak membawa bahan bakar yang cukup untuk sampai ke sana. "Terserah! Pokoknya terbangkan sejauh-jauhnya dari Indonesia!" perintah pembajak. Akhirnya pesawat berhasil mendarat di Bandara Don Muang, Bangkok.

Pembajakan pesawat ini merupakan peristiwa teror pertama berlatarbelakangkan jihad yang mendera republik ini. Tuntutan para pembajak adalah meminta agar Jakarta membebaskan tawanan yang terkait dengan peristiwa Cicendo, komplotan Warman dan Komando Jihad. Di samping itu, para teroris juga meminta uang tebusan sebesar 1,5 juta US. Jika permintaan tersebut tidak dipenuhi, mereka mengancam akan meledakkan pesawat beserta para penumpangnya.

Berita pembajakan tersebut segera diterima Jakarta. Opsi penyelesaian dengan menggunakan pendekatan militer segera disetujui Presiden Suharto. Operasi penyelamatan segera disiapkan dengan cermat di bawah kendali Benny Moerdani dan melibatkan pasukan elit Kopassandha (sekarang Kopasus)dengan Sintong Panjaitan sebagai komandannya.


Manakala mendengar rencana operasi militer rahasia tersebut, Duta Besar Amerika Serikat Edward Masters mencoba melakukan lobi pembatalan karena mengkhawatirkan keselamatan warga Amerika yang ada di dalam pesawat. Namun Letjen Benny meresponnya dengan tegas. Perwira bintang tiga yang jarang tersenyum itu menegaskan, "I am sorry, Sir. But this is entirely an Indonesia problem. It is Indonesian aircraft." Ditegaskan pula bahwa Indonesia berhak menempuh cara apapun untuk meringkus pembajak tanpa izin lebih dulu dari Amerika Serikat. Keren kan?

Pasukan elit tersebut segera diberangkatkan ke Bangkok. Setelah kulonuwun terlebih dahulu terhadap Pemerintah Thailand, maka pada tanggal 31 Maret 1981 pukul dini hari, operasi militer segera dilaksanakan. Secara mengejutkan, Letjen Benny Moerdani juga terlibat langsung di lapangan dalam baku tembak di dalam pesawat. Jenderal yang satu ini memang terkenal suka nyrempet-nyrempet bahaya.

Misi penyelamatan itu sukses besar. Tiga orang pembajak berhasil dibunuh sementara dua orang yang lain luka parah. Sementara itu, seorang anggota Kopassandha yaitu Achmad Kirang dan Kapten Pilot Herman Rante juga menjadi korban. Namun yang lebih penting seluruh penumpang berhasil diselamatkan.

Kisah di atas hanya masa lalu ........

Kapal MV Sinar Kudus dibajak perompak Somalia pada tanggal 16 Maret 2011, sekitar 320 mil (512 kilometer)di timur laut Pulau Socotra, Semenanjung Somalia, Afrika. Kapal berbendera Indonesia milik PT Samudera Indonesia (Tbk) itu dalam perjalanan ke Rotterdam, Belanda, dan mengangkut feronikel milik PT Aneka Tambang.

De javu? Bisa jadi. Jika Presiden Suharto saja yang oleh sebagian orang dianggap lalim berani mengambil keputusan yang berani, Presiden SBY dengan latar belakang militer yang disandangnya patut mencoba cara serupa. Memang kondisinya sangat berbeda. Peristiwa Pembajakan Woyla berada di pelupuk mata sehingga relatif gampang ditangani daripada pembajakan MV Sinar Kudus yang terjadi di Laut Arab sana. Namun amanat untuk melindungi segenap bangsa Indonesia seperti yang tertera pada Pembukaan UUD 1945 tetaplah menjadi harga mati.

Selama ini Pemerintah SBY, diakui atau tidak, telah terbukti lalai dalam melindungi warganya. Keselamatan TKI yang bekerja di luar negeri maupun peristiwa sektarian macam kasus Ahmadiyah dan HKBP telah menjadi catatan buruk bagi Presiden yang dipilih oleh 60% rakyat Indonesia tersebut. Untuk kasus Pembajakan MV Sinar Kudus, Pemerintah tidak boleh lamban atau pun lalai lagi. Apapun caranya, apapun resikonya dua puluh orang ABK tersebut harus kembali ke tanah air dengan selamat.

Cara militer atau diplomasi ....? Semua cara patut ditempuh. Namun bila operasi militer tidak dapat dihindari, bangsa ini harus punya keberanian untuk melakukannya. Angakatan perang Korea Selatan terbukti mampu melakukan operasi militer secara apik dalam menghadapi para perompak itu. Tetangga kita, Malaysia, juga tidak segan-segan menggebuk para bajak laut itu saat kapalnya dibajak di wilayah perairan yang sama. Bukan bermaksud untuk memanas-manasi, namun dengan kemampuan yang dipunyai militer Indonesia, saya percaya angkatan bersenjata kita mampu melakukannya. Harus diingat, militer kita tidak digaji hanya untuk latihan saja. Kini saatnya bagi mereka untuk unjuk gigi sambil menunjukkan harga diri bangsa yang sudah tercabik-cabik selama ini.

Jumat, 08 April 2011

Fenomena Itu Bernama Facebook


Facebook merupakan sebuah sarana yang menghubungkan orang-orang untuk saling berinteraksi dalam sosialnya.
Lingkungan sosial facebook sangatlah luas. Facebook juga merupakan salah satu ajang berdiskusi baik dalam hal apapun. Untuk saat ini Facebook sudah banyak diminati orang-orang. Baik di kalangan orang tua, remaja, pekerja dan lainnya. Mereka bisa mencari berbagain informasi, juga bisa menambah lingkup sosoalisasi mereka terhadap sesama.

Facebook memiliki sisi positif dan negatif.
Ditinjau dari sisi positifnya:
1. Dengan adanya facebook kita dapat mamperluas jaringan pertemanan. Kita dapat mendapatkan teman dari berbagai kota maupun negara namun dalam hal ini adapula yang bermaksud tidak baik. maka dari itu perlu lebih diperhatikan.
2. Facebook dapat mempercepat tali pertemanan. Berkomunikasi dengan facebook lebih capat.
3. Cepat mendapatkan informasi terkini tentang teman kita.
Misalnya tentang update-update status.
4. Media refreshing. Ada berbagai game dan applications dalam facebook.
5. Meningkatkan angka penjualan, banyal orang yang memiliki bisnis atau usaha Facebook merupakan media promosi yang gratis dan sangat efektif bagi usaha penjualan.
6. Media pemantauan orang tua.

Dalam sisi negatifnya:
1. Informasi/data pribadi terancam. apabila memasukkan data pribadi, hendaklah hari-hati kerena dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang tdak bertanggung jawab.
2. Kecanduan, hal ini dapat mebuat orang lupa diri dan lupa waktu. Banyak pekerjaan yang terbengkalai. Maka dari itu perlulah kita mengatur waktu dalam penggunaan sarana ini.

Banyak orang beranggapan bahwa ini adalah dunia maya. karena itulah beberapa waktu silam yang lalu banyak kasus-kasus yang tidak menyenagkan yang terjadi. Misalnya saja banyak terjadi penipuan dalam facebook. Selain penipun juga tejadi penculikan.
ini adalah salah satu penyalahgunaan media facebook.

Bersosoalisasi dengan facebook sangatlah baik namun harus tepat dalam penggunaannya, janganlah berlebihan karena itu dapat membahanyakan. Aturlah waktu dalam penggunaannya.

http://ireneregina.wordpress.com/

Rabu, 06 April 2011

Surabaya, Kota Seribu Sungai


Judul di atas sangatlah provokatif. Surabaya bukanlah seperti Venice, sebuah kota air di Italia yang terkenal elok nan jelita sehingga mampu menarik banyak wisatawan untuk mengunjunginya. Surabaya juga bukanlah Amsterdam yang terkenal akan pengaturan airnya yang sistemastis dengan jaringan kanal-kanalnya. Sangat jauh bila membandingkan Surabaya dengan kedua kota tersebut. Namun bila musim penghujan tiba, pernyataan yang menegaskan bahwa Surabaya identik dengan genangan air ada benarnya.

Dukut Imam Widodo, penulis Soerabaja Tempo Doeloe, pernah menulis bahwa Surabaya dulunya merupakan sebuah “pulau” yang dipisahkan oleh Kali Mas dari daratan Jawa. Selain menjadi sumber air bagi para penduduk, aliran Kali Mas seolah ditakdirkan sebagai “benteng” alami yang melindungai Surabaya dari serangan musuh. Orang sekaliber Sultan Agung dari Mataram pun pernah dibuat pusing tujuh keliling ketika berniat menaklukkan kota ini. Bukan karena orang-orang Surabaya mempunyai persenjataan canggih, tapi ya itu....keberadaan Kali Mas seakan menjadi penghalang derap laju pasukan Kesultanan Mataran.

Ketika Pemerintah Kolonial Belanda menguasai Surabaya, dibangunlah beberapa pintu air untuk mengendalikan debit air dari Kali Mas. Rupanya sejak dahulu Kali Mas berpotensi untuk medatangkan banjir bagi Surabaya. Tidak berhenti sampai di situ saja. Orang-orang yang kita cap penjajah itu juga membangun gorong-gorong air di seantero Surabaya lama yang keberadaanya masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Alasan pembangunan itu satu: agar penduduk Surabaya tidak kerepotan dalam menghadapi air yang kerap kali menggelora saat hujan tiba.

Zaman memang terus bergulir. Penjajah sudah lebih dari setengah abad minggat dari Surabaya. Kota ini terus berupaya untuk berbenah. Bersolek. Tambal sana tambal sini. Walikota yang satu berganti dengan walikota yang lain. Tapi tetap saja masalah gelora air (baca: banjir) menjadi problematika tersendiri bagi kota ini. Kisah prestasi pintu air dan gorong-gorong warisan orang-orang negri seberang itu sudah menjadi romantisme masa lalu.

Bila musim hujan datang menantang, sontak akan bermunculan “sungai-sungai” yang mengalir lumayan deras. Membelah Surabaya dari segala sektor. Seakan-akan hendak menyaingi eksistensi Kali Mas yang sudah ada sejak zaman purbakala. Ada Sungai Ahmad Yani, Sungai Mayjen Sungkono dengan Cekungan Vida sebagai palungnya, Sungai H.R. Muhammad, Sungai Majapahit, Sungai Tumapel, Sungai Dinoyo, Sungai Kupang Krajan, Sungai Banyu Urip, Sungai Bronggalan , dan sungai-sungai lain yang masih mengantri giliran untuk tampil pada coretan ini.


Alhasil, area-area di atas seolah-olah menjadi the kiliing field bagi para pengguna jalan. Kemacetan merajalela di mana-mana, berpadu dengan suara fals knalpot kendaraan yang kemasukan air, serta berbaur dengan bau got dan sumpah serapah khas Arek Suroboyo yang kompak menyanyikan satu koor dalam nada minor yang berbunyi, “c*k, nangdi polisine iki??”

Keberadaan sungai-sungai musiman tadi juga diiringi dengan bermetamorfosisnya lapangan sepakbola Gelora 10 November Tambaksari. Alih-alih membandingkan kualitas lapangan dengan Old Traford yang memiliki kualitas drainase nomor wahid. Sanggup membedakan antara lapangan dengan sawah tadah hujan saja sudah merupakan prestasi tersendiri.

Terus, yok opo iki? Mosok Kota Pahlawan kalah ambek urusan banyu? Mengritisi performa kerja Pemerintah Kota memang sah-sah saja. Apalagi demo sambil membawa kerbau bertuliskan SBY (kali ini benar-benar singkatan dari Surabaya), lalu dilepas di rerumputan Gelora 10 November Tambaksari. Wah.............! Panggung cakrawala berpikir kita harus tampil lebih elegan. Memberikan kritik tanpa menawarkan solusi tak ubahnya seperti aksi gagah-gagahan belaka yang hanya mengundang keprihatinan dan perasaan tidak simpatik.
Pemerintah perlu dibantu, tidak hanya dihujat demi memuaskan ambisi pragmatis saja. Sehebat apapun rencana yang ditawarkan untuk mengendalikan banjir, jika tidak memperoleh dukungan dan peran serta aktif masyarakat, tentu hasilnya akan nisbi belaka. Masyarakat perlu diberdayakan.

So, berhenti jadi penonton, kendurkan urat syaraf perselisihan,.......mari turun tangan bahu membahu menyelamatkan kota ini.