Biasanya menjelang pergantian tahun orang sibuk menyusun resolusi yang coba
direalisasikan di tahun yang baru. Saya mempunyai teman asal Medan. Ia seorang
profesional muda yang sangat bersemangat. Beberapa hari yang lalu ia menyusun
beberapa resolusi yang sangat luar biasa dan kemudian mem-postingnya melalui
akun Facebook. Entah apa yang menjadi motivasinya. Yang jelas banyak orang
menjadi kagum dan terpesona terhadap kedahsyatan resolusi yang ia buat. Tapi bagi saya resolusi itu tetap butuh aksi. Resolusi tetap menjadi mimpi bila
tidak dilakukan dengan segenap konsistesi.
Tidak ada yang salah dengan menyusun resolusi. Di tahun 2013 pun saya
juga punya beberapa resolusi. Ada yang bersifat jangka pendek, ada pula yang
sifatnya lebih panjang. Tergantung pada kadar tantangan yang menyertai resolusi
tersebut. Satu hal yang saya sadari bahwa menyusun resolusi mampu membuat
kehidupan lebih bersemangat karena terdapat target-target yang jelas untuk
dituju. Namun sayangnya banyak orang hanya bersemangat di awal tahun dan mulai
kehabisan bensin untuk menjadikan resolusi itu sebagai suatu hal yang nyata.
Saya tertarik pada tulisan Butet Kartaredjasa pada Kompas hari ini. Pada
tulisannya itu, pengecer jasa akting asal Yogyakarta tersebut menyatakan bahwa ia ingin lebih
mengenali kemaluannya sendiri sebagai resolusi untuk menyambut tahun 2013.
Jangan terburu berpikiran negatif dulu. Mengenali kemaluan di sini mempunyai
arti mengukur rasa malu pada diri sendiri karena ternyata banyak orang sudah kehilangan
urat kemaluannya. Tanpa rasa malu, mereka bertindak semaunya sendiri sambil
menebar sensasi. Menggadaikan harga diri dan integritas yang terpatri demi
sesuap nasi di seluruh penjuru negeri ini. Pejabat pemerintahan, pembina
olahraga, pemuka agama, guru, artis, preman, atau pun pelacur. Tokh tidak ada
bedanya, bukan?
Memeriksa kemaluan ala Butet menurut saya adalah resolusi yang unik dan mendalam.
Sifatnya tidak muluk-muluk. Semua orang bisa melakukannya. Sepanjang seseorang
punya kemaluan, ia bisa melakukan check up terhadap kemaluannya sendiri. Jika
rasa malu itu sudah hilang, seseorang mampu bertindak apa saja di luar batas
kewajaran. Kan sudah tidak punya malu?
Pejabat publik dengan tanpa malu melakukan tindakan korupsi. Semuanya kalau
bisa harus dikorupsi. Bahkan kitab suci pun turut dikorupsi anggarannya. Para
anggota DPR terang-terangan pergi ke luar negeri. Tujuannya plesir karena boleh
mengajak keluarga, tapi dengan tanpa malu mereka mengatakannya sebagai
aktifitas kunjungan kerja.
Para pengurus PSSI juga sengit bertikai dengan antek Bakrie yang tergabung
dalam KPSI. Tanpa rasa malu mereka memperebutkan kekuasaan tanpa perduli dengan
kepentingan dan kehormatan bangsa yang tergadaikan. Kalah 10 – 0 seolah tidak
menjadi masalah serius. Kematian Diego Mendeita juga seolah menjadi angin lalu.
Tunggakan gaji terhadap para pemain sudah menjadi hal biasa. Sudah menjadi
budaya.
Bagaimana dengan para hamba Tuhan? Saat ini banyak para hamba Tuhan yang
sudah tidak lagi malu memasang tarif pelayanannya. Bila tarif tidak cocok atau
tidak mendapatkan akomodasi dan transportasi yang sesuai dengan permintaan,
jangan harap hamba Tuhan Yang Maha Tinggi itu mau datang. Yesus Tuhan memang
lahir di kandang yang hina dina, tapi hamba-hambanya tetap mendapatkan fasilitas
nomor wahid. Tuhan dan hamba memang berbeda.
Guru pun juga tak jauh berbeda. Banyak guru malas meningkatkan kapasitasnya.
Malas mengikuti pelatihan dan meng-upgrade materi pelajarannya. Banyak guru
hanya berteriak lantang bila dana sertifikasi terlambat datang. Yang
menyedihkan banyak guru dipaksa dan terpaksa berganti profesi sebagai tukang
sulap musiman supaya anak-anak didiknya meraih kesuksesan yang optimal dalam
project prestisius multi dana yang bernama Ujian Nasional. Sungguh miris,
bukan? Guru yang seharusnya menjadi katalisator perubahan nasib bangsa ternyata
berperan aktif dalam perilaku korupsi tingkat dasar. Sungguh kita perlu merasa
malu dengan guru-guru yang bertaruh nyawa di pedalaman belantara sana.
Sesaat lagi kita akan memasuki tahun 2013. Saat jari jemari saya menari di
atas keyboard notebook, mulai
terdengar orkes dangdut tahun baru di kejauhan sana berpacu dengan suara
penjual jajanan keliling. Parade kembang api juga sudah dipersiapkan. Pesta
tahun baru nampaknya sudah dimulai. Tidak perduli hujan yang deras menerpa bumi, the party must be on. Setelah jarum
jam selesai berdentang 12 kali malam nanti, jangan lupa untuk memastikan apakah
kemaluan Anda masih ada atau tidak. Milikilah rasa malu di tahun yang baru.
GOD BLESS INDONESIA ...