Minggu, 23 November 2014

ADE MURIDKU

Add caption
Anak itu bernama Ade. 12 tahun usianya. Hitam manis perawakannya dan tidak banyak bicara pembawaannya. Di antara semua teman sekelasnya, pakaian seragam Ade termasuk yang paling sederhana. Entah sudah berapa lama ia tidak memakai seragam baru. Ia pun tidak pernah belagu. Kenyataan bahwa sang ayah hanya berprofesi sebagai sopir angkot membuatnya selalu sadar bahwa segala sesuatu hanyalah anugerah-Nya semata.

Ade bukanlah siswa yang outstanding. Prestasi akademisnya biasa-biasa saja. Ketika teman-temannya yang lain sudah fasih bercas cis cus ria ala western, Ade cuma senyum-senyum saja. Bukan karena ia sudah mahir, namun karena Ade sangat lemah dalam bidang studi Bahasa Inggris. Ade suka sekali pelajaran olahraga. Meskipun saat itu kutahu badannya kurang lentur, ia tetap saja terlibat dalam semua aktifitas fisik di sekolahnya. Ia cukup bagus sebagai seorang defender futsal. Pernah suatu ketika, ia terpilih untuk memperkuat tim futsal sekolahnya dalam sebuah turnamen futsal antarsekolah. Meskipun bukan pemain inti, Ade tetaplah antusias. Duduk berlama-lama di bangku bench tidaklah menjadi persoalan baginya. Yang kuingat, tim futsal kami saat itu digebuk tim lawan dengan skor mencolok 1 – 5. Saat kembali ke sekolah dengan menggunakan mobil pinjaman dari orang tua, Ade muntah-muntah. Bukan karena didera kelelahan fisik atau mengalami kedukaan akut karena timnya kalah yang berujung pada gejala psikosomatis, namun karena mabuk perjalanan. ...!

Pernah suatu ketika Ade raib dari kelas. Tembok sekolah yang kokoh seolah tidak sanggup menahan gejolak jiwanya untuk ingin bebas. Menghilang ia bersama dengan 3 teman sekelasnya yang lain. Sebagai wali kelasnya, aku cukup bingung mencari budak-budak kecil ini. Namun entah kenapa, naluriku mengatakan bahwa mereka sedang bermain game di sebuah gerai game online yang terletak di sebuah kompleks pertokoan tak jauh dari sekolah kami. Sidak partikelir segera kulakukan ke tempat itu. Dan, benar saja. Kutemukan 3 temannya di tempat itu tapi tidak kulihat Ade. Agaknya, bocah tersebut sudah melarikan diri terlebih dahulu. Setelah lewat sejam lebih, baru aku berhasil menemukan Ade di sebuh lorong sempit di belakang sekolah. Mungkin maksudnya adalah mencoba melakukan kamuflase di antara tumbuhan liar yang berkeriapan di sana. Namun agaknya Ade lupa bila wali kelasnya itu jauh lebih berpengalaman dalam hal seperti itu karena memiliki track record kebandelan masa kecil yang tidak jauh berbeda.

Waktu terus berlalu. Ade berhasil lulus ujian akhir Sekolah Dasar dengan nilai lumayan. Hanya nilai Bahasa Inggrisnya saja yang masih pas-pasan. Ade sebenarnya bocah yang baik dan cerdas. Kupikir ia layak mendapat apresiasi untuk semua kerja kerasnya selama ini. Aku bangga pernah menjadi bagian dalam pembentukan utuh cakrawala pendidikannya.

Semenjak malam inagurasi kelulusan itu, aku jadi jarang berinteraksi dengan Ade. Kesibukanku yang padat dalam mengajar membuatku melupakAnnya. Yang kudengar, Ade masih aktif bermain futsal. Bahkan dia bersama dengan teman-temannya beberapa kali menjuarai turnamen futsal antarsekolah di Surabaya. Kali ini Ade bukan lagi penghangat bangku bench. Namanya selalu muncul di starting line up.

Pada suatu ketika, aku menghadiri sebuah kebaktian di gereja tempat sekolah kami berafiliasi. Ini sebuah kebaktian spesial karena bertepatan dengan peringatan ulang tahun dari gereja tersebut. Pembicaranya beken, rangkaian acaranya pun keren, jemaat pun mendapat berkat, dan yang paling penting nama Tuhan dipermuliakan.

Dalam sebuah performa kantata, kulihat wajah Ade di antara barisan pemuji. Ia sudah tumbuh menjadi sosok pria dewasa. Banyak yang berubah dari dirinya, Namun ada satu hal yang tetap sama: penampilannya tetap jauh dari kesan belagu. Sederhana.

Ade sempat bernyanyi solo di tengah kantata itu. Suaranya lantang, jernih, dan enak didengar. Jauh dari kesan minder atau pun show off.  Ia melantunkan sebuah lagu berbahasa Inggris. Tidak ada logat medok dalam rangkaian kata yang keluar dari bibirnya. Lagu tersebut berhasil ia sampaikan dengan baik dan sukses. Sejurus kemudian, Ade terlibat dalam sebuah performa acapela bersama dengan beberapa orang yang lain. Harmonisasi suara yang diciptakan cukup membuatku merinding disco. Brilian!

Sempat pula kudengar berita bahwa Ade telah terpilih untuk mewakili komisi kepemudaan gerejanya untuk menhadiri sebuah Youth Conference di luar negeri. Ahh ...sungguh besyukur melihat Ade yang sekarang. Ade yang kukenal dulu sebagai siswa yang biasa-biasa saja kini telah berubah menjadi Ade yang yang luar biasa. 

Aku sempat menemukan sebuah tulisan karya Andar Ismail tentang guru. Tulisannya tersebut semakin membuatku sadar bahwa peranku sebagai guru cuma menabur namun Tuhanlah yang memberikan pertumbuhan. Aku bangga dan biarlah kebanggaan yang tidak tergantikan oleh harta ini terus kubawa sampai aku menutup mata. Biarlah cuplikan tulisan di bawah ini dapat menjadi penghiburan dan inspirasi bagi guru-guru yang lain

Engkau mengenal saya, saya seorang guru. Saya sendiri tidak tahu kenapa saya jadi guru, Tetapi saya cukup senang, Tentu saja Tuhan, pahitnya banyak : ada murid yang kurang ajar dan orang tua yang cerewet, ada Pengurus Yayasan yang sok majikan dan gaji yang paspasan. Namun itu jadi terlupakan jika dibandingkan dengan manisnya : murid yang lucu dan suka tersenyum, murid yang sopan, rajin dan cerdas, murid yang tulisannya rapi, orang tua yang bijak, dan Pengurus Yayasan yang bersahabat. Apalagi melihat murid yang bertumbuh, Dulu takut dan ragu-ragu, kemudian menjadi percaya diri, Dulu malas, sekarang pekerja keras, Dulu bodoh, sekarang pandai, Dulu cuma memikirkan diri sendiri, sekarang suka menolong. Sungguh senang Tuhan, melihat mereka bertumbuh. 

Tuhan, saya sering meneteskan air mata, melihat mantan murid menjadi orang berguna. Terharu rasanya, kalau ada mantan murid menyapa, wajahnya hampir lupa, tetapi ketika dia menyebut nama dan tahun kelas, saya jadi ingat lagi murid-murid itu. Memang ada mantan murid yang buang muka, tapi itu cuma satu dua, kebanyakan menyapa dan bertanya, bercerita dan berbagi rasa, mengucapkan terima kasih dan bernostalgia. Dulu ia masih anak kemarin, sekarang sudah jadi orang berkedudukan tinggi. Dulu ia anak kecil, sekarang besar dan dewasa. Itu kepuasan seorang guru, itu kebanggaan saya. 

Tuhan, melihat murid bertumbuh, membuat saya tidak menyesal menjadi guru. Dulu ia pemalu, duduk di bangku paling belakang. sekarang ia menjadi pengurus Yayasan. Dulu ia nakal dan jarang ke gereja, sekarang menjadi pembesar gereja. Dulu dia murid saya, saya bangga. Tetapi Tuhan, ajarlah supaya saya jangan terlalu bangga, Sebab saya hanya menabur, mencangkul dan menyuburkan lahan, menyiram dan merawat, namun Engkaulah yang menumbuhkan. Tuhan, ajarlah supaya saya pun tidak hanya terpukau pada masa lampau, melainkan juga memperhatikan masa kini. 

Besok pagi saya akan mengajar, tolonglah saya membuat persiapan yang baik. Tolonglah saya bangun pagi sekali, supaya saya tiba di sekolah sebelum mereka. Besok pagi saya mengajar lagi, karuniakanlah saya badan yang kuat, pikiran yang segar, hati yang sabar, sikap yang bijak dan jiwa yang ikhlas. Supaya saya belajar menghargai setiap individu murid, belajar mendengarkan mereka, memanfaatkan masukan mereka, menerangkan dengan jelas dan mengajar dengan bermutu.

Tuhan, Engkau tahu, beberapa kali saya hampir berhenti, tergoda untuk berganti profesi. Kalau Engkau mau saya meneruskan semua ini, karuniakanlah saya hati yang tabah dan setia, supaya saya terus menjadi guru, sampai tuntaslah masa bakti ini, bakti kepadaMu, ya Tuhan. Kalau nanti segala karyaku ini purna, hanya satu yang saya minta, Kiranya Engkau berkenan atas pekerjaanku. Kiranya Engkau menerima dengan baik apa yang kukerjakan. Biarlah ada orang lain yang meneruskannya, biarlah murid-muridku terus bertumbuh. Inilah hidupku bagiMu, ya Tuhan, hidup seorang guru. Hanya ini yang dapat kuberikan kepadaMu. Saya akan meninggalkan pekerjaan ini dengan syukur.

Tuhan, tidak apa-apa kalau kelak tidak ada mantan muridku, yang mengantarku ke peristirahatan terakhir. Yang penting bukan siapa yang mengantar, tetapi siapa yang menjemput. Kristus Tuhan, Engkau akan menjemput saya, bukan ? Engkau akan menjemput saya dengan senyuman, dengan pelukan yang terasa hangat. Lalu Engkau berkata : "Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, Sebab ketika aku belum bisa menulis dan membaca, kamu mengajar Aku. Ketika Aku keliru, kamu menegur Aku. Ketika Aku berprestasi, kamu memuji Aku, kamu mendidik Aku. Hai kamu penabur yang baik dan setia, mari masuklah dan terimalah Kerajaan yang Kusediakan bagimu"
Amin. 


Minggu, 05 Oktober 2014

The First Strike

Belum genap satu semester berjalannya Tahun Ajaran 2014 – 2015, Tim Futsal SDKr. Masa Depan Cerah berhasil menorehkan prestasi membanggakan di ajang Turnamen Futsal Vita Cup 2014. Dalam turnamen yang diikuti oleh berbagai Sekolah Dasar Negeri dan Swasta di Surabaya tersebut, tim futsal sekolah kita mampu mencatatkan dirinya sebagai Juara II.

Sebenarnya Tim Futsal sekolah kita tidaklah dibebani target untuk menjadi juara dalam turnamen tersebut mengingat tim ini masih dalam proses transisi dari tim futsal tahun lalu. Namun karena tampil tanpa beban, tim ini malah mampu tampil impressive sepanjang turnamen. Setelah mengandaskan perlawanan SDN Gading B di babak awal, Kenneth Simbolon dkk berhasil meraih kemenangan fenomenal di babak semifinal atas Tim Futsal MSCS dengan skor mencolok 11 – 1.
                       
Pada babak final, tim futsal kita harus berhadapan dengan juara bertahan tahun lalu yaitu Tim Futsal Gading A. Kualitas determinasi mejadi faktor pembeda di antara dua tim yang berlaga di babak final itu. Setelah melakukan perlawanan hebat, Tim Futsal MDC harus mengakui ketangguhan tim lawan dengan skor 2 – 6.

Walaupun belum berhasil menjadi Juara I, tim futsal sekolah kita sudah menunjukkan militansi bertanding yang luar biasa. Tim ini memiliki potensi untuk terus berkembang dan meraih prestasi yang lebih baik pada turnamen-turnamen berikutnya. Keep moving forward, Guys ...!!

Tim Futsal SD Masa Depan Cerah
Ebenhaezer, Nicholas Zhang, Mitch Salindeho, Kenneth Ansell Simbolon (Captain), Kenneth Wilbert, Timothy Christian Sayogo, Patrick Shane, Jose Rafael Wijaya

Coach                          : Rendra Permadi
Coach Assistant         : Januar Ekvan Kristiono
Team Manager           : Rudy Irawan

No
Pertandingan

Skor
Pencetak gol
1
SDKr. MDC vs SDN Gading B
(Round 1)
5 – 1
Kenneth Ansell Simbolon (4)
Mitch Salindeho

2
SDKr. MDC vs MSCS
11 - 1
Kenneth Ansel Simbolon (5)
Kenneth Wilbert (4)
Nicholas Zhang
Jose Rafael Wijaya

3
SDKr. MDC vs SDN Gading A
2 – 6
Kenneth Ansell Simbolon
Kenneth Wilbert






Sabtu, 26 Juli 2014

CARA CERDAS MENANGKAN DEBAT

Beberapa kali saya mendapat kesempatan untuk mempersiapkan beberapa siswa untuk terjun dalam kompetisi debat antarsekolah. Dengan persiapan yang baik dan durasi latihan yang cukup, kemenangan tentu saja menjadi hal yang tidak mustahil untuk diraih. Berikut ini disajikan beberapa tips praktis yang dapat dipergunakan para anak didik kita guna mengahadapi kompetisi tersebut.

1.    Siapkan Materi Selengkap Mungkin
Berdebat itu dapat diibaratkan sebagai sebuah perang. Untuk memenangkan sebuah peperangan dibutuhkan persiapan yang matang. Bila dalam perang konvensional yang dipersiapkan adalah sejumlah besar tentara bersenjatakan lengkap, dalam berdebat mutlak dipersiapkan sejumlah materi yang bisa membuat lawan debat kita bertekuk lutut. Di zaman yang sudah modern ini, eksplorasi terhadap materi tidaklah menjadi hal yang sulit. Kita bisa mempergunakan media cetak dan informatika, seperti buku, surat kabar, televisi atau internet untuk mempertajam materi debat kita. Biasakanlah untuk melihat isu-isu terkini yang muncul dari beberapa sisi prespektif yang berbeda.

2.   Jangan Grogi
Perasaan grogi sering muncul pada saat kita berdebat. Kabar buruknya adalah perasaan tersebut dapat mengubah semua rencana Anda menjadi hancur berantakan. Grogi juga menunjukkan kalau Anda tidak yakin dengan materi yang Anda bawa . Kalau Anda tidak yakin pada diri sendiri, bagaimana bisa Anda meyakinkan banyak orang dan memenangkan debat. Latihan berdebat secara rutin dan teratur dapat mengurangi grogi. Jam terbang yang tinggi dalam kompetisi selain menghilangkan grogi juga dapat membangun mental juara.

3.    Tetap Sopan

Berdebat memang laksana terjun dalam sebua pertempuran. Namun semuanya tetap ada aturannya. Jangan menggunakan kata-kata kotor karena itu sangat tidak berbudaya. Di samping itu, tujuan dari berdebat ialah selain membandingkan argumen juga membandingkan kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara yang sopan akan lebih mendapat apresiasi

4.   Tenang Dan Fokus
Dalam perdebatan, menjadi tetap tenang dan fokus  akan membantu Anda menjalankan semua rencana. Atur cara atau urutan bicara dalam tim(jika lombanya beregu). Jika  sedang tidak fokus maka Anda akan sangat mudah kehilangan kendali dalam berargumentasi. Kalau Anda tetap fokus, bukan tidak mungkin Anda akan menemukan titik lemah argumen lawan.

5.    Posisikan Lawan Anda di Posisi Anda
Ini ialah cara yang membuat lawan terganggu dengan argumennya. Buat lawan Anda sepaham tentang sesuatu yang umum seperti "kita semua tahu kalau membunuh ialah dosa". Setelah membuat pernyataan itu buatlah argumen yang berhubungan dengan pernyataan umum tersebut. Sekarang Anda mempunyai tambahan dasar argumen yaitu pernyataan yang telah disetujui anda dan lawan Anda.

6.    Menyerang Secara Personal Kadang Diperlukan
Menyerang yang saya maksud ialah membandingkan lawan Anda dengan apa yang Anda perdebatkan. Bisa dimulai dengan ungkapan:
  • ·         Bagaimana jika Anda berada di posisi itu?
  • ·         Apa yang Anda lakukan jika....?
  • ·         Bagaimana sikap Anda jika keluarga Anda dirugikan?
  • ·         Maukah Anda sendiri mencoba jika .......?


7.    Pergunakan Waktu Sebaik Mungkin
Waktu yang digunakan dalam berdebat mungkin tidak cukup untuk menuangkan semua argumen dan pemikiran anda. Oleh karena itu tiap ada kesempatan keluarkan argumen Anda hingga waktu hendak habis. Ini akan menunjukkan kalau sebenarnya Anda punya banyak fakta dan argumen dan membuat anda terlihat sangat menguasai bahan

8.   Gunakan Argumen atau Contoh yang Tepat dan Logis
Gunakan argumen yang mudah dicerna oleh lawan maupun penilai. Jangan gunakan logika atau pola pikir yang rumit. Karena bisa saja yang terjadi ialah Anda malah dikira tidak menguasai bahan dan dasar logika atau fakta anda hanya dibuat-buat.

9.    Ajukan Pertanyaan

Mengajukan pertanyaan sangat baik untuk menjatuhkan lawan. Selain itu Anda juga bisa mengetahui seberapa dalam pengetahuan lawan anda tentang materi itu sendiri. Anda juga bisa menilai apakah jawabannya masuk akal atau tidak. Anda juga bisa memperhatikan apakah jawabannya sesuai dengan fakta.

10.Membaca Situasi
Ini adalah kemampuan seseorang yang pandai berdebat. Orang yang pandai berdebat harus tahu kapan ia akan meneruskan suatu argumen dan kapan ia harus mengalihkannya. Kemampuan membaca situasi juga berperan penting untuk melihat kelemahan lawan .


Sabtu, 18 Januari 2014

HOREE ...JUARA LAGI!

Tim Futsal SD MDC berhasil menorehkan prestasi apik dalam Turnamen Futsal Elyon Cup yang diselenggarakan pada tanggal 13 – 15 Januari 2014. Dalam turnamen yang berlangsung di Surabaya Futsal Center tersebut, Tim Futsal SD MDC berhasil meraih predikat runner up.

Di babak awal, Tim Futsal SD MDC berhasil mencatat kemenangan telak 7 – 0 atas Tim Futsal SD Xin Zhong. Penampilan impresif tersebut berlanjut di babak berikutnya dengan mengandaskan perlawanan Tim Futsal SD Elyon Rungkut dengan skor mentereng 5 – 1.

Pada babak semifinal, Tim Futsal SD MDC harus berhadapan dengan tim futsal tuan rumah, SD Elyon. Setelah bermain imbang 0 – 0 pada waktu normal, para pemain MDC menunjukkan kematangan mentalnya dalam babak adu penalti. Tim Futsal MDC berhasil lolos dari lubang jarum dengan skor kemenangan 3 – 2.

Pada babak final, MDC sudah ditunggu oleh tim futsal dari SD YPPI. Hasrat untuk mempertahankan gelar juara yang diraih tahun lalu membuat para pemain MDC bermain sangat bersemangat. Gol pun kemudian tercipta bagi tim MDC. Namun kemenangan yang sudah di depan mata itu mendadak sirna setelah YPPI berhasil membalikkan keadaan dengan dua gol balasan. Kedudukan 2 – 1 bagi Tim Futsal SD YPPI bertahan sampai pertandingan selesai.

Tim Futsal MDC memang gagal mempertahankan gelar juara yang berhasil diraih setahun sebelumnya. Namun berhasil memasuki babak final selama dua tahun berturut-turut tetaplah sebuah keberhasilan yang layak untuk mendapatkan apresiasi. Prestasi ini kiranya dapat menjadi momentum yang tepat dalam pembentukan dan pembinaan bibit-bibit baru pemain futsal yang handal di sekolah kita.

No
Pertandingan
Skor
Pencetak gol
Keterangan
1
MDC vs Xin Zhong
7 - 0
Darren Maxwell (3)
Alexander Imanuel Iman (2)
Rodderyo Soetarso
William Arthur Mantofa
Round 1
2
MDC vs Elyon Rungkut
5 - 1
Darren Maxwell (2)
Alexander Imanuel Iman
Kenneth Ansell Simbolon
Mitch O.S.E. Salindeho
Round 2
3
MDC vs Elyon
3 – 2
Darren Maxwell (2)
Rodderyo Soetarso
Semifinal
4
MDC vs YPPI
1 – 2
Kenneth Ansell Simbolon


Tim Futsal SD MDC

Kevin Halim (GK), Kimmy Raifonzo Lumintang, Kenneth Ansell Simbolon, Darren Maxwell (c), Rodderyo Soetarso, Alexander Imanuel Iman, William Arthur Mantofa, Mitch O.S.E. Salindeho 

Coach                          : Rendra Permadi, S.Pd.
Coach Assistant           : Januar Ekvan Kristiyono, S.Pd.
Team Manager             : Rudy Irawan, S.S.

Minggu, 12 Januari 2014

SUHARTO, RAHWANA, DAN ARIEL SHARON

Terkadang cukup sulit untuk menentukan seseorang masuk dalam kategori pahlawan atau bukan. Sering pendapat dan pemahaman kita terhadap arti pahlawan begitu bias oleh intervensi kebudayaan, pengalaman, image, atau bahkan kepercayaan yang kita anut.

Bagi sebagian orang, nama Presiden Suharto selalu memiliki konotasi negatif. Beliau adalah seorang diktaktor Indonesia, pemimpin Orde Baru, yang tidak segan-segan memberangus lawan-lawan politiknya atas nama stabilitas nasional. Tidak sungkan pula Pemerintahanan Pak Harto membungkam media massa dan mengendalikan semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kontrol absolut kawasan Cendana. Namun lepas dari semuanya itu, Pak Harto adalah pemimpin besar Indonesia selama 32 tahun. Dalam pemerintahannya negara aman terkendali tanpa demonstrasi yang cuma sekadar basa-basi memacetkan jalan. Harga kebutuhan pokok relatif terkendali, nilai tukar dolar terhadap rupiah yang selalu moderat, dan juga persenjataan tempur TNI yang selalu up to date. Mungkon Pak Harto termasuk pihak yang mempersetankan demokrasi dengan embel-embel HAM yang sering menyertainya. Sepanjang perut rakyat kenyang habis perkara.

Kitab epos Ramayana mencatat pertempuran Sri Rama dalam menghadapi Rahwana. Penganut pemikiran mainstream pastilah selalu terbelenggu dengan pemikiran bahwa Sri Rama adalah lakon utama penegak kebenaran di atas kebatilan. Rahwana sendiri sudah terlanjur dianggap sebagai tokoh antagonis, sakti mandraguna namun penebar anggkara yang halal untuk dibinasakan. Namun bagi masyarakat Sri Lanka, Rahwana adalah sosok pahlawan pembela bangsa. Justru Sri Rama yang dianggap sebagai imperialis kolonialis dan juga fasis sejati.

Dalam buku Rahuvana Tattwa, kita dapat menyimak pendekatan berbeda dalam menyikapi konfrontasi legendaris di antara Sri Rama dan Rahwana. Buku tersebut terasa menantang teori yang dikembangkan Walmiki dalam Epos Ramayana yang terlalu mengagungkan figur Sri Rama beserta dengan sekutunya dalam meluluhlantakkan Kerajaan Alengka. Dalam Rahuna Tattwa diceritakan bahwa Rahwana berasal dari Suku Dravida sedangkan Rama adalah seorang Arya. Benar bahwa Rahwana melarikan Dewi Shinta dari Sri Rama. Namun semua versi pewayangan Ramayana selalu menegaskan bahwa Rahwana selalu bersikap lembut terhadap Shinta. Berbeda dengan Rama yang mendadak menjadi kaku dan frigid terhadap Shinta setelah berhasil merebutnya kembali dari tangan Rahwana. Itulah yang menjadi penyebab Shinta membakar diri untuk membuktikan kesuciannya di hadapan Sri Rama. Nah..., kalau sudah begini, siapa ya yang pantas jadi pahlawan?

Di sudut dunia yang lain, Ariel Sharon tak ubahnya monster berdarah dingin bagi para pejuang Hamas dan bagi kebanyakan warga Palestina. Pria yang lahir di Kfar Malal, Israel ini dianggap sebagai aktor utama tragedi pembantaian Qibya pada tanggal 13 Oktober 1953 di mana saat itu 96 orang palestina terbunuh oleh pasukan yang dipimpinnya. Ia juga dianggap bertanggungjawab terhadap aksi pembantaian Sabra dan Shatila yang mengakibatkan 3000 – 3500 orang pelastina tewas terbunuh sehingga kemudian ia mendapat julukan sebagai Tukang Jagal dari Beirut. Sabtu,  tanggal 11 Januari 2014, mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon meninggal dunia di Rumah Sakit Sheba, Tel Aviv, setelah mengalami koma selama 8 tahun akibat penyakit stroke. Banyak pihak yang bergembira atas kematiannya. Mengalami koma selama 8 tahun dan kemudian meninggal dianggap sebagai suatu pembalasan yang setimpal dari Tuhan terhadap apa yang sudah diperbuatnya selama hidup di dunia.

Bagi bangsa Yahudi, Ariel Sharon adalah salah satu pahlawan terbesar Israel yang selalu terlibat dalam pertempuran penting mereka. Ia pahlawan utama dalam perang Yom Kippur di tahun 1973 saat Angkatan Darat Mesir mencoba menerobos wilayah Israel. Dia juga yang mendorong warga Israel membangun pemukiman di tanah Palestina dan juga sekaligus tokoh yang memutuskan menarik pasukan Israel dari pemukiman di Tepi Barat dan Gaza di tahun 2005. Saat berlangsung gelombang bunuh dari oleh gerilyawan Palestina yang menggoncang warga Yahudi, dan kemudian diikuti  oleh aksi intifada, Ariel Sharon malah mengirimkan tank dan tentara ke kota-kota warga Palestina untuk membunuh para pemimpin militan Palestina.


Sulit untuk mendefinisikan Suharto sebagai pahlawan bangsa atau bukan. Perlu pendekatan epic yang komprehensif untuk bisa menetapkan Sri Rama atau Rahwana sebagai pahlawan atau pecundang. Dan apakah seorang Ariel Sharon layak disebut pahlawan? Bagi Israel itu pasti, namun bagi Palestina, ia tak ubahnya makhluk celaka yang kematiannya layak untuk disyukuri. Kata “pahlawan” berasal dari bahasa sansekerta phala-wan yang mempunyai arti orang yang dari dalam dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agamanya. Pahlawan juga bisa berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela orang banyak. Jadi apakah ketiga tokoh di atas termasuk dalam kategori pahlawan? Prespektif subyektifitas kita sendiri yang agaknya berpengaruh dalam penilaian yang kita berikan.