Kamis, 09 Februari 2012

BERANI TAMPIL BEDA


“Allah itu kreatif!” begitu pernyataan mentor rohani saya dulu ketika saya masih remaja. Pernyataan tersebut terus menjadi inspirasi buat saya selama bertahun-tahun, melewati dinamika kehidupan yang sering meluncur cepat seperti rollier coaster, serta membantu saya untuk memahami skenario kehidupan yang Ia tetapkan buat saya.

Saya juga sering memosisikan statement di atas dalam menghadapi keberagaman para siswa. Semakin dalam saya mengetahui dan masuk ke dalam bingkai terdalam kepribadian siswa, semakin saya sadar dan kagum bahwa Allah kita begitu kreatif. Coba dibayangkan, bagaimana frustasinya saya di kelas bila para siswa berwajah sama semua? Atau bahkan sifat serta kemauan mereka juga sama. Jika memang seperti itu keadaanya, kelas tidaklah menjadi kawah candradimuka, tempat bagi sertiap insannya dapat saling menajamkan, tapi lebih mirip area seram tempat para zombie bersemayam.

Puji Tuhan ….
Allah tidak menciptakan kita sebagai hasil mass production yang cenderung sama dalam kemasan dan kualitasnya, tetapi kita adalah insan unik dan tiada duanya. Insan yang siap memainkan peranan beragam dalam kehidupan sosialnya. Sampai di sini saya mulai menyadari bahwa Allah kita mencintai keberagaman. Keberagamanlah yang membuat hidup kita lebih indah, bergairah, dan bermakna.

Dalam konteks yang lebih luas, kita patut bersyukur berada di dalam sebuah negara yang begitu hebat sisi pluralismenya. Adalah sebuah anugerah maha dahsyat ketika mendapati kebhinekaan Indonesia yang sangat semarak dan egaliter, sehingga merupakan hal yang patut disayangkan bila kemudian muncul wacana dari pihak-pihak tertentu yang mencoba membawa bangsa ini tunduk ke dalam keseragaman yang dipaksakan di bawah panji kepercayaan tertentu.

Saya pikir, biarlah bangsa ini berbahagia dengan kebhinekaannya.

Saya juga berpikir, biarlah setiap siswa juga patut berbangga dengan keunikannya masing-masing sambil menyadari bahwa hal itu merupakan divine favor yang Allah berikan. Kita sebagai orang tua sering kali mengukur kecerdasan siswa berdasarkan takaran yang melekat pada diri kita. Bila kita diberkati dengan kemampuan luar biasa untuk mengutak-utik angka misalnya, biasanya, kita akan lebih nyaman bila anak kita juga memiliki respon serupa di bidang yang sama. Kita menjadi lupa bahwa mungkin saja takaran yang Tuhan berikan kepada anak tersebut berbeda. Sanggupkah kita sebagai orang tua menyikapinya bila hal itu tersebut menghampiri kita?

So, biarlah anak-anak menjadi diri mereka sendiri.

Momen Natal selalu identik dengan pohon terang yang indah bukan karena keseragaman hiasannya, melainkan dari pelbagai macam pernak-pernik asesoris yang dikenakannya. Natal adalah hari di mana Yesus Tuhan datang ke dalam dunia yang dipenuhi dengan manusia yang sangat beragam. Puji Tuhan, Ia mencintai keberagaman dan sama sekali tidak alergi terhadap perbedaan. Buktinya, Anda dan saya diciptakan berbeda, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar