Rabu, 01 Juni 2011

Spirit Kertanegara dalam Pelukan Ujung Galuh

Nenek moyang kita benar-benar makhluk yang pemberani dan luar biasa. Tidak percaya? Simak nukilan kisah sejarah berikut ini

Eksistensi bangsa yang kelihatan rapuh bernama Indonesia ini merupakan kelanjutan dari kerajaan yang pernah ada di muka bumi pertiwi ratusan tahun yang lampau, termasuk di antaranya adalah Kerajaan Singhasari. Keberanian dan ketegasan Raja Kertanegara dari Singhasari itu tercatat dengan rapi, baik dalam sumber-sumber sejarah Tiongkok maupun Indonesia. Kitab Pararaton dan Kitab Negara Kertagama semua mendokumentasikan peristiwa yang mungkin pada zaman modern ini tak akan pernah terjadi. Raja Kertanegara dari Singhasari berani menantang Kaisar Kubilai Khan dari kekaisaran Mongol yang berpusat di Tiongkok. Tantangan tersebut ibarat Pemerintah Indonesia melawan Negara Paman Sam dalam zaman modern.

Peristiwa itu terjadi pada 1289 ketika suatu hari Kerajaan Singhasari didatangi utusan khusus Mongol bernama Meng Khi. Kehadiran utusan itu semula diterima dengan baik, sebagaimana misi diplomatik lain yang tiba di istana. Normalnya seorang diplomat pada zaman itu adalah datang dengan membawa cenderamata berharga lalu menyampaikan surat dari rajanya, semacam letter of credential dalam tata hubungan diplomatik sekarang ini. Tapi, duta besar Meng Khi tersebut, karena merasa utusan dari negara superpower, berlagak jumawa dan petita petiti. Memang, misa yang dibawa menunjukkan arogansi kekaisaran Mongol. Kaisar Kubilai Khan menuntut Kertanegara dan kerajaannya untuk tunduk di bawah kekuasaan Mongol. Kertanegara diminta berangkat ke Tiongkok dengan membawa upeti dalam jumlah besar sebagai tanda ketundukan kerajaannya kepada negara superpower itu.

Pada zaman itu tak ada satu bangsa pun yang sanggup menghadapi pasukan Mongol. Pasukan kavalerinya sudah berhasil menaklukkan Hungaria, Polandia, Rusia, Baghdad, seluruh Timur Tengah, sebagian India, seluruh Asia Tengah, Korea, dan sebagian Asia Tenggara. Kekaisaran Mongol itu berhasil membangun imperium terbesar dalam sejarah planet ini, melebihi Julius Caesar, Alexander Agung, imperium Islam atau raja mana pun, baik dari Eropa atau Asia.


W.H. Barlett dalam bukunya yang berjudul Mongols, From Genghis Khan to Tamerlane, menyatakan bahwa Kertanegara melakukan tindakan ionovativ dalam memperlakukan Meng Khi. Yakni memotong terlinga utusan Mongol tersebut dan menulis jawaban sikapnya dengan menato dahi utusan yang pongah itu. Bandingkan dengan tindakan Leonidas dari Spartan dalam memperlakukan utusan Xerxes yang datang mengultimatum negerinya dan direkam dengan baik dalam film 300. Nggak jauh beda, kan?

Benar juga, tindakan Kertanegara tersebut mengundang kemarahan luar biasa Kaisar Kubilai Khan. Sebuah armada besar disiapkan untuk menghukum Singhasari. Pasukan berkekuatan dua tumen (nama satuan setingkat divisi) dikirim. Pasukan itu dipimpin tiga jenderal senior. Yakni seorang jenderal Mongol bernama Shih Pe, seorang jenderal dari Suku Uighur Ikhe Mase, dan seorang jenderal Tiongkok bernama Kao Hsing.

Kertangera tidak tinggal diam setelah kepulangan meng Khi. Dia merasa sudah pasti akan ada invasi dari negeri di seberang lautan. Karena itu, dia mengirimkan pasukan bersandi Pamalayu yang dipimpin oleh Mahesa (sumber lain: Kebo) Anabrang dan ditempatkan di kawasan Palembang untuk mengawasi pergerakan pasukan Mongol yang diprediksi akan transit kawasan Melayu. Ternyata Kertanegara salah perhitungan. Pertama, ketika sebagian besar pasukan Singhasari diberangkatkan untuk mencegar invasi pasukan Mongol, Adipati Jayakatwang yang masih memendam dendam karena moyangnya dikalahkan Ken Arok, pendiri Kerajaan Singhasari, melakukan kudeta yang akhirnya menewaskan Kertanegara. Kedua, pasukan Mongol ternyata tidak transit di kawasan Melayu tapi langsung bablas menuju pelabuhan Tuban yang waktu itu merupakan salah satu pelabuhan penting di pantai utara Pulau Jawa.

Sebagaimana yang tertulis dalam buku sejarah kita, Pasukan Mongol gagal menghukum Kertanegara. Tapi mereka malah dimanfaatkan Raden Wijayat untuk menumpas pasukan Jayakatwang. Pasukan Mongol yang berjumlah 20.000 orang itu kabarnya bisa mengalahkan 100.000 anggota pasukan Daha (Jayakatwang) dalam waktu sehari saja. Maklum, meskipun jumlahnya sedikit, persenjataannya sudah lebih maju. Setelah sukses mengalahkan Daha, giliran pasukan Raden Wijaya menghajar pasukan Mongol, sehingga lari kocar-kacir ke Ujung Galuh. Di kota yang kemudian berganti nama menjadi Surabaya itulah pada 31 Mei 1293 pasukan Mongol dibinasakan pasukan Raden Wijaya. Sebagian menyerah dan sisanya melarikan diri melalui Pelabuhan Tuban.

Saat kembali ke negaranya, para komandan invasi tersebut mendapatkan hubungan cambuk dari Kubilai Khan. Hanya Ike Masu, jenderal asal Uighur yang tidak dihukum sebab dia sudah memperingatkan kemungkinan adanya serangan dari pasukan Wijaya. Entah karena taktik yang jitu atau keteledoran pasukan Mongol, kenyataannya mereka terusir dari Ujung Galuh. Wajar kalau kemenangan penting tersebut dirayakan sebagai hari jadi Kota Surabaya.

NB: Thanks for Djoko Soesilo...(Jawa Pos, 1 Juni 2011)

Minggu, 22 Mei 2011

HABIS NURDIN TERBITLAH GELAP

Kongres Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) berakhir deadlock atau tanpa keputusan. Ketua Normalisasi (KN) Agum Gumelar, sekaligus ketua kongres menutup acara pemilihan ketua umum PSSI tersebut karena suasana tidak kondusif.

Dari keseluruhan kongres yang disiarkan langsung televisi swasta, kericuhan terjadi berawal dari sejumlah individu yang mengatasnamakan Kelompok 78. Mereka ngotot agar Komisi Banding menjelaskan alasan pencoretan kedua jagoan mereka George Toisutta (GT) dan Arifin Panigoro (AP).

Pertanyaannya apakah hanya George-Arifin yang sanggup memajukan sepakbola Indonesia? Apakah tidak ada anak bangsa lainnya yang benar-benar memiliki kualitas lebih baik dibandingkan George-Arifin? Dua pertanyaan ini pasti tidak bisa dijawab mereka yang mengusung George-Arifin.

Jauh sebelum kongres, Agum pernah memastikan bahwa George-Arifin legowo dengan keputusan Badan Sepakbola Dunia (FIFA). Pernyataan itu diterima Agum setelah bertemu dengan keduanya. Pertanyaan besar pun muncul. George-Arifin sudah legowo dengan keputusan FIFA, tapi mengapa Kelompok 78 begitu ngotot meminta keduanya diloloskan sebagai calon ketua umum?

Para pendukung George-Arifin seharusnya juga menerima dengan lapang dada. Apalagi gugatan yang dilayangkan kelompok ini terhadap FIFA ditolak mentah-mentah oleh Badan Arbitrase Olahraga (CAS).

CAS tidak punya yurisdiksi menangani gugatan kubu Toisutta-Panigoro. Sesuai ketentuan Pasal R-37 Kode Arbitrase Olahraga, proses gugatan dihentikan dan dihapus dari daftar gugatan.

Dalam kongres, Agum juga sudah memngikuti keinginan sebagian besar peserta dengan meminta penjelasan Direktur Pengembangan dan Keanggotaan FIFA Thierry Regennas seputar pencoretan George-Arifin. Kedua anak bangsa ini dicoret oleh FIFA karena dinilai terlibat dalam bergulirnya Liga Premier Indonesia (LPI). Liga ini tidak pernah mendapat pengakuan PSSI. Padahal, tugas Regennas hanya pemantau kongres yang tidak memiliki wewenang berkomentar.

Tapi apa yang terjadi. Kelompok 78 tetap ingin mendengarkan alasan Komite Banding dan artinya kembali ke masa lalu. Apakah ada agenda khusus terkait ngototnya Kelompok 78 dalam kongres.

Bila memiliki hati nurani, Kelompok 78 harusnya malu. Secara langsung mereka juga yang membuat PSSI hancur lebur seperti ini. Mereka yang bersuara lantang agar Ketua Umum PSSI periode lalu, Nurdin Halid meletakkan jabatannya. Aksi ini tentu bernuansa pesanan segelintir orang.

Mereka kembali membuat kegaduhan saat berlangsungnya kongres. Tanpa alasan mendasar mereka tetap Komite Banding menjelaskan secara detil alasan pencoretan Goerge-Arifin. Saat ini, tidak ada agenda untuk meminta Komite Banding memberikan penjelasan. Agenda kongres hanya memiliki pengurus yang baru.

Berbagai langkah yang sudah dilakukan Agum selama kongres ternyata tidak membuat kehendak Kelompok 78 reda. Mereka tetap melayangkan interupsi berbau protes dengan suara keras sekaligus memaki-maki Agum di depan pemantau FIFA dan AFC. Situasi semakin tidak terkontrol dan membuat Agum menghentikan kongres.

Bayangkan kongres sudah berjalan selama tujuh jam. namun tidak ada satu pun agenda yang dijalankan. Publik Indonesia juga melihat bagaimana para aktor Kelompok 78 bertahan dengan kehendaknya. Seharusnya, Kelompok 78 yang mengikuti FIFA, bukan sebaliknya.

Kini bangsa Indonesia tengah menunggu keputusan FIFA terkait kongres yang deadlock. Kabarnya keputusan FIFA terkait hal itu akan diputuskan akhir Mei ini. Satu hal terburuk yang bakal terjadi adalah sanksi larangan bertanding di pentas internasional bagi sepakbola Indonesia.

Bila sanksi ini yang diputuskan FIFA, maka menjadi kehancuran bagi sepakbola Indonesia. Kehancuran bagi pemain, kehancuran bagi pembinaan, kehancuran publik sepakbola Indonesia. Mungkin bukan kehancuran bagi kelompok yang membuat PSSI hancur. Ini tidak akan terjadi bila semua pihak, terutama Kelompok 78 tidak memaksakan kehendaknya.

Bila PSSI dihukum, apakah kelompok itu bersedia menanggung beban hidup ribuan pemain yang hanya mengandalkan mata pencarian dari sepakbola. Sungguh ironis dengan apa yang terjadi saat ini. Seharusnya semua pihak mengedepankan hati nurani, bukan kebengisan. Kebengisan dalam hal ini adalah memaksakan kehendak yang secara hukum tidak bisa dipertanggungjawabkan.



Sekarang mari kita berdoa agar FIFA tidak menjatuhkan sanksi kepada PSSI karena tidak adanya hati nurani sekelompok orang yang mengaku pengurus sepakbola.... Amin.

http://suar.okezone.com/read/2011/05/23/59/459881/kebengisan-ancam-pssi

Senin, 16 Mei 2011

TEUKU UMAR

Ia dilahirkan pada tahun 1854 (tanggal dan bulannya tidak tercatat) di Meulaboh, Aceh Barat, Indonesia. Ia merupakan salah seorang pahlawan nasional yang pernah memimpin perang gerilya di Aceh sejak tahun 1873 hingga tahun 1899. Kakek Teuku Umar adalah keturunan Minangkabau, yaitu Datuk Makdum Sati yang pernah berjasa terhadap Sultan Aceh. Datuk Makdum Sati mempunyai dua orang putra, yaitu Nantan Setia dan Achmad Mahmud. Teuku Achmad Mahmud merupakan bapak Teuku Umar.
Ketika perang aceh meletus pada 1873 Teuku Umar ikut serta berjuang bersama pejuang-pejuang Aceh lainnya, padahal umurnya baru menginjak19 tahun. Mulanya ia berjuang di kampungnya sendiri yang kemudian dilanjukan ke Aceh Barat. Pada umur ini, Teuku Umar juga sudah diangkat sebagai keuchik (kepala desa) di daerah Daya Meulaboh.

Kepribadiaan Teuku Umar sejak kecil dikenal sebagai anak yang cerdas, pemberani, dan kadang suka berkelahi dengan teman-teman sebayanya. Ia juga memiliki sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menghadapi segala persoalan. Teuku Umar tidak pernah mendapakan pendidikan formal. Meski demikian, ia mampu menjadi seorang pemimpin yang kuat, cerdas, dan pemberani.

Pernikahan Teuku Umar tidak sekali dilakukan. Ketika umurnya sudah menginjak usia 20 tahun, Teuku Umar menikah dengan Nyak Sofiah, anak Uleebalang Glumpang. Untuk meningkatkan derajat dirinya, Teuku Umar kemudian menikah lagi dengan Nyak Malighai, puteri dari Panglima Sagi XXV Mukim. Sejak saat itu, ia mulai menggunakan gelar Teuku. Pada tahun 1880, Teuku Umar menikahi janda Cut Nyak Dien, puteri pamannya. Sebenarnya Cut Nyak Dien sudah mempunyai suami (Teuku Ibrahim Lamnga) tapi telah meninggal dunia pada Juni 1978 dalam peperangan melawan Belanda di Gle Tarun. Setelah itu, Cut Nyak Dien bertemu dan jatuh cinta dengan Teuku Umar. Keduanya kemudian berjuang bersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda di Krueng. Hasil perkawinan keduanya adalah anak perempuan bernama Cut Gambang yang lahir di tempat pengungsian karena orang tuanya tengah berjuang dalam medan tempur.

Belanda sempat berdamai dengan pasukan Teuku Umar pada tahun 1883. Satu tahun kemudian (tahun 1884) pecah kembali perang di antara keduanya. Pada tahun 1893, Teuku Umar kemudian mencari strategi bagaimana dirinya dapat memperoleh senjata dari pihak musuh (Belanda). Akhirnya, Teuku Umar berpura-pura menjadi antek (kaki tangan) Belanda. Istrinya, Cut Nyak Dien pernah sempat bingung, malu, dan marah atas keputusan suaminya itu. Gubernur Van Teijn pada saat itu juga bermaksud memanfaatkan Teuku Umar sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh. Teuku Umar kemudian masuk dinas militer. Atas keterlibatan tersebut, pada 1 Januari 1894, Teuku Umar sempat dianugerahi gelar Johan Pahlawan dan diizinkan untuk membentuk legium pasukan sendiri yang berjumlah 250 tentara dengan senjata lengkap.

Saat bergabung dengan Belanda, Teuku Umar sebenarnya pernah menundukkan pos-pos pertahanan Aceh. Peperangan tersebut dilakukan Teuku Umar secara pura-pura. Sebab, sebelumnya Teuku Umar telah memberitahukan terlebih dahulu kepada para pejuang Aceh. Sebagai kompensasi atas keberhasilannya itu, pemintaan Teuku Umar untuk menambah 17 orang panglima dan 120 orang prajurit, termasuk seorang Pangleot sebagai tangan kanannya akhirnya dikabulkan oleh Gubernur Deykerhorf yang menggantikan Gubernur Ban Teijn.

Pada tanggal 30 Maret 1896, Teuku Umar kemudian keluar dari dinas militer Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi, dan uang 18.000 dollar. Dengan kekuatan yang semakin bertambah, Teuku Umar bersama 15 orang berbalik kembali membela rakyat Aceh. Siasat dan strategi perang yang amat lihai tersebut dimaksudkan untuk mengelabuhi kekuatan Belanda pada saat itu yang amat kuat dan sangat sukar ditaklukkan. Pada saat itu, perjuangan Teuku Umar mendapat dukungan dari Teuku Panglima Polem Muhammad Daud yang bersama 400 orang ikut menghadapi serangan Belanda. Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 25 orang tewas dan 190 orang luka-luka di pihak Belanda.

Gubernur Deykerhorf merasa tersakiti dengan siasat yang dilakukan Teuku Umar. Van Heutsz diperintahkan agar mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menangkap Teuku Umar. Serangan secara mendadak ke daerah Melaboh menyebabkan Teuku Umar tertembak dan gugur dalam medan perang, yaitu di Kampung Mugo, pedalaman Meulaboh pada tanggal10 Februari 1899.

Pemikiran

Sejak kecil, Teuku Umar sebenarnya memiliki pemikiran yang kerap sulit dipahami oleh teman-temannya. Ketika beranjak dewasa pun pemikirannya juga masih sulit dipahami. Sebagaimana telah diulas di atas bahwa taktik Teuku Umar yang berpura-pura menjadi antek Belanda adalah sebagai bentuk “kerumitan” pemikiran dalam dirinya. Beragam tafsir muncul dalam memahami pemikiran Teuku Umar tentang taktik kepura-puraan tersebut. Meski demikian, yang pasti bahwa taktik dan strategi tersebut dinilai sangat jitu dalam menghadapi gempuran kolonial Belanda yang memiliki pasukan serta senjata sangat lengkap. Teuku Umar memandang bahwa “cara yang negatif” boleh-boleh saja dilakukan asalkan untuk mencapai “tujuan yang positif”. Jika dirunut pada konteks pemikiran kontemporer, pemikiran seperti itu kedengarannya lebih dekat dengan komunisme yang juga menghalalkan segala cara. Semangat perjuangan Teuku Umar dalam menghadapi kolonialisme Belanda yang pada akhirnya mendorong pemikiran semacam itu.

Karya

Karya Teuku Umar dapat berupa keberhasilan dirinya dalam menghadapi musuh. Sebagai contoh, pada tanggal 14 Juni 1886, Teuku Umar pernah menyerang kapal Hok Centon, milik Belanda. Kapal tersebut berhasil dikuasai pasukan Teuku Umar. Nahkoda kapalnya, Hans (asal Denmark) tewas dan kapal diserahkan kepada Belanda dengan meminta tebusan sebesar 25.000 ringgit. Keberanian tersebut sangat dikagumi oleh rakyat Aceh. Karya yang lain adalah berupa keberhasilan Teuku Umar ketika mendapatkan banyak senjata sebagai hasil dari pengkhianatan dirinya terhadap Belanda.

Penghargaan
Berdasarkan SK Presiden No. 087/TK/1973 tanggal 6 November 1973, Teuku Umar dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Nama Teuku Umar juga diabadikan sebagai nama jalan di sejumlah daerah di tanah air, salah satunya yang terkenal adalah terletak di Menteng, Jakarta Pusat. Selain itu, namanya juga diabadikan sebagai nama sebuah lapangan di Meulaboh, Aceh Barat.

Sumber:

* Winarno, Sejarah Ringkas Pahlawan Nasional, (Jakarta: Erlangga, 2006).
* www.jagoan.or.id
* www.nad.go.id.
* Wikipedia.org.

Minggu, 01 Mei 2011

KEINDAHAN ITU BERNAMA EL CLASICO

Bicara tentang El Clasico selalu berbicara tentang keindahan bermain sepak bola. Lupakan dulu tentang sepak bola pragmatis yang lebih mengedepankan hasil akhir. El Clasico identik dengan para seniman bola yang bermain bola dengan skill dan intelejensi yang tinggi. Tidak ada kick and rush ala klub-klub tradisional Inggris.di sini. Jangan harap pula menyaksikan pertahanan catenaccio model tim-tim Serie A Italia. Yang ada adalah skill mumpuni berpadu dengan kecepatan serta passing akurat.

El Clasico atau yang juga dikenal dengan Derby Spanyol adalah sebuah istilah untuk menamakan pertandingan sepak bola Liga Spanyol yang mempertemukan Real Madrid dan Barcelona. Setiap tahunnya, kedua tim tersebut paling tidak bertemu dua kali dalam liga reguler di luar pertandingan Copa del Rey maupun kejuaraan Eropa. Rivalitas keduanya juga merupakan representasi dari persaingan dua kota terbesar di Spanyol dengan dua pandangan politik yang berbeda pula. Real Madrid selalu identik dengan Spanish Nationalism dan Barcelona juga senantiasa dikonotasikan dengan Catalan Nationalism.

Sejak dahulu, kota Barcelona sudah menjadi simbol kebanggaan dan identitas masyarakat Catalan yang selalu berseberangan dengan kebijaksaan sentralistik Spanyol yang selalu berpusat di kota Madrid. Pertikaian di antara kedua kota itu pernah mencapai level super panas saat Presiden Barcelona FC, Joseph Sunyol, dieksekusi oleh pemerintahan Diktaktor Francisco Franco saat yang bersangkutan melakukan kunjungan ke kota Madrid selama perang sipil berkecamuk di negara itu.

Persaingan Real Madrid dan Barcelona juga pernah diwarnai dengan transfer kontroversial yang meningkatkan tensi permusuhan di antara keduanya. Yang pertama adalah tranfer pemain berkebangsaan Jerman, Bern Schuster, dari Barcelona menuju Real Madrid pada tahun 1988. Pada tahun 1994, pemain Barcelona dari Denmark, Michael Laudrup, memutuskan untuk pindah dari Camp Nou menuju Santiago Bernabeu dengan status free transfer. Selidik punya selidik, perpindahan haram itu dipicu oleh perselisihan Laudrup dengan icon Barca waktu itu, Johan Cruyff.


Kontroversi transfer pemain yang paling panas adalah ketika Pemain Barcelona asal Portugal, Luis Figo, memutuskan untuk berganti kostum Real Madrid. Banyak pihak yang merasa terkhianati oleh keputusan Figo tersebut mengingat yang bersangkutan sudah menjadi pemain favorit publik Catalan dengan gaya permainannya yang impresif dan mampu membius banyak orang. Kemarahan suporter Barcelona begitu terasa pada saat Figo bertanding di Camp Nou dengan kostum Madrid  di tahun 2002. Bahkan salah satu kelompok suporter fanatik Barca, Boixos Nois, pernah melemparkan kepala babi ke arah Figo saat pertandingan tengah berlangsung . Figo’s transfer to Real Madrid turned him from Catalonia's most beloved person to the most hated.

Partai El Clasico legendaris pernah terjadi pada November 2005. Saat itu Barcelona berhasil menekuk Real Madrid di stadion Santiago Bernabeu dengan skor mencolok 0 - 3. Padahal waktu itu, Real Madrid dijejali oleh para pemain jempolan, macam David Beckham, Robinho, Roberto Carlos, maupun Zinedine Zidane sehingga mendapat julukuan El Galacticos. Bintang Barcelona, Ronaldinho, menjadi pemain kedua setelah Maradona yang mendapat standing ovation dari publik Madrid berkat permainannya yang memikat.

Tahun ini El Clasico dijadwalkan berlangsung sampai lima kali. Dua pertandingan berlangsung di La Liga Spanyol, satu pertandingan di babak final Copa Del Rey, dan dua kali pertandingan babak semifinal Liga Champions Eropa. Ini merupakan momen yang ditunggu-tunggu jutaan pecandu bola di seluruh penjuru dunia sebab jarang sekali terjadi El Clasico berlangsung sampai lima kali dalam setahun.

El Clasico juga mengetengahkan kisah perseteruan dua pelatih beda karakter. Jose Mourinho dan Joseph Guardiola. Jose Mourinho, pelatih Real Madrid, selalu mengklaim dirinya sebagai The Special One. Banyak bicara, sinis, enggan mengakui keunggulan orang lain, sering bermasalah dengan media, tapi hebatnya prestasi yang pernah diraih Mou ternyata semoncer habitnya yang sering berkoar-koar. Gaya kepelatihannya dikagumi oleh banyak pemain jempolan. Ia mampu membawa FC Porto sebagai kampiun Liga Champions. Saat menukangi Chelsea, ia juga mampu menaklukkan ego para pemain mahal Chelsea dan membawa tim tersebut sebagai yang terbaik di English Premiere League. Puncaknya, Mourinho mampu membawa Inter Milan meraih treble winner tahun lalu.

Bagaimana dengan Guardiola? Pemain AC Milan, Zlatan Ibrahimovic pernah menjulukinya sebagai Mahatma Gandhi oleh karena karakternya yang kalem dan gaya busananya yang bersahaja. Bagi publik Catalan, Pep Guardiola adalah sosok loyal dan berkharisma. Banyak orang mengatakan bahwa ia mewarisi tim Barcelona peninggalan pelatih hebat pendahulunya, Frank Rijkaard. Tapi sejatinya, Pep tahu betul bagaimana cara mengaplikasikan gaya permainan tiki taka dalam model permainan sehingga membuat Barcelona menjadi yang terhebat dalam beberapa tahun terakhir dni di La Liga Spanyol. Ia disegani semua pemainnya. Ia juga berani mendepak pemain-pemain hebat tapi susah diatur dari timnya macam Ronaldinho, Samuel Eto’o maupun Ibrahimovic sendiri.

El Clasico juga bicara tentang persaingan antara Lionel Messi dan Christiano Ronaldo. Kedua pemain tersebut memang berpeluang saling berduel di tengah lapangan untuk membuktikan siapa yang yang terbaik di antara mereka. Untuk sementara ini, memang Lionel Messi lebih unggul dalam rekor pertemuan head to head.

Showtime ......

EL CLASICO 1
El Clasico pertama berlangsung pada tanggal 28 November 2010 di Nou Camp, kandang Los Blaugrana, Barcelona. Pada pertandingan tersebut, Los Merengues, Real Madrid hancur lebur 5 gol tanpa balas. Entah salah siapa, yang jelas lini tengah Bercelona begitu perkasa malam itu. Striker Barcelona David Villa menjelma menjadi momok mematikan di depan gawang Iker Casillas. Oh sungguh malang benar .........
EL CLASICO 2
Seperti yang sudah-sudah, laga Real Madrid versus Barcelona dalam El Clasico jilid II di kandang Madrid, Santiago Bernabeu, berlangsung sengit. Pertaruhan gengsi dalam laga ini membuat pemain kedua kesebelasan tampil ngotot. Namun kali ini, Mourinho banyak belajar dari partai pertama dengan tidak menginstruksikan para pemainnya untuk bermain terbuka. Hal ini sangatlah mengejutkan, karena Real Madrid selalu menampilkan permainan menyerang tidak perduli siapa pun lawannya. Strategi ini terbukti berhasil dan Barcelona pun tertahan dengan skor 1 - 1 via gol Messi yang kemudian dibalas oleh Ronaldo.

Namun tak urung strategi Jose Mourinho tersebut menuai kecaman dari banyak pihak. Salah satunya datang dari legenda hidup Real Madrid di era 1950-an, Alfredo di Stefano.  Stefano mengatakan bahwa strategi yang diterapkan Mou kepada anak asuhnya seperti seekor tikus melawan Singa dari Catalan. Presiden kehormatan Madrid tersebut justru memuji penampilan Barca yang disebutnya bermain dengan memperlakukan bola dengan penuh kehormatan. Namun dasar Mourinho, ia cuek bebek. "Saya pelatih Madrid, bukan Stefano!" tukasnya.
El CLASICO III
Stadion Mestalla, kandang Valencia, menjadi saksi perhelatan El Clasico ketiga di musim ini. pada tanggal 20 April 2011. Pertandingan Barcelona melawan Real Madrid kali ini memiliki nuansa istimewa karena merupakan babak final Copa Del Rey atau Piala Raja Spanyol. Berkaca dari dua pertandingan sebelumnya, Real Madrid menerapkan strategi permainan unik 4 - 6 dengan tidak memasang satupun striker murni pada starting line up. Taktik ini berjalan efektif di sepanjang pertandingan. Rapatnya pertahanan Los Blancos mampu meredam tiki taka Barcelona sambil sesekali melakukan counter attack.


Tidak ada gol yang tercipta selama 90 menit waktu normal. Pertandingan terpaksa memasuki fase perpanjangan waktu 2 x 15 menit. Masa perpanjangan waktu rupanya menjadi turning point bagi Real Madrid. Puncaknya terjadi pada saat Angel di Maria melakukan akselerasi di sektor kanan pertahanan Blaugrana dan kemudian mengrimkan umpan silang yang berhasil diselesaikan oleh tandukan tajam Ronaldo. Gol!


Kedudukan 1 - 0 buat Real Madrid bertahan sampai peluit panjang wasit dibunyikan. Ya...Real Madrid mampu menjadi pemenang El Clasico jilid III. Kemenangan ini terasa manis karena mereka mampu menahbiskan dirinya sebagai juara Copa del Rey 2011.


EL CLASICO IV
Selang empat hari kemudian, El Clasico bertajuk semifinal 1st leg Liga Champions Eropa kembali menghentak. Pasca kemenangan pada duel final Copa del Rey, kali ini Real Madrid menatap pertandingan dengan kepercayaan diri yang tinggi. Apalagi duel super panas ini di helat di kandang Madrid. "Kami akan menghancurkan Barcelona," koar Ronaldo sehari sebelum pertandingan dilaksanakan.

Namun ternyata ...... 
Walaupun bermain di kandang sendiri, tampaknya Real Madrid tidak bisa memanfaatkan pengaruh penonton yang terus memberikan semangat kepada mereka. Mereka tetap tidak dapat mengimbangi permainan cepat yang dilakukan oleh Barcelona. Begitu bebasnya Xavi Hernandez menguasai lini tengah menjadi salah satu kunci utama Barca dapat menaklukkan Madrid malam itu.

Dua gol Barcelona yang menghujam jala gawang Madrid diborong oleh Lionel Messi pada menit 67′ dan 87′. Gol kedua membuktikan bagaimana cepatnya seorang Lionel Messi membawa bola sambil meliuk-liuk melewati pemain belakang Madrid dan langsung menceploskan bola ke gawang Casillas menggunakan kaki kanan. Dalam pertandingan ini wasit mengeluarkan dua kartu merah, satu untuk J.M. Pinto dan Pepe. Selangkah lagi, Barcelona melangkah ke babak final.

EL CLASICO V
Real Madrid harus memenangkan El Clasico edisi ini dengan margin 3 gol. Mau tidak mau tim ini harus keluar dari gaya pragmatis yang terus diterapkan dalam empat El Clasico sebelumnya dan berani tampil lebih agresif apapun resikonya. Namun ternyata, gawang Madridlah yang harus bobol lebih dulu via gol Pedro meskipun dibalas oleh gol yang dicetak Marcello. Kedudukan imbang 1 - 1 tetap bertahan sampai akhir dan berhasil meloloskan Barcelona ke partai final Liga Champions melawan Manchester United yang akan dilangsungkan pada 28 Mei nanti di Wembley Stadium. Partai ini merupakan pertandingan ulangan final Liga Champions tahun 2009. Saat itu, Barcelona berhasil mengandaskan ambisi Manchester United lewat gol Samuel Eto'o dan Lionel Messi.

Lima partai El Clasico tahun ini telah berakhir. Keindahan permainan sepakbola modern yang berpadu dengan berbagai intrik dan drama bak sinetron telah kita nikmati bersama. Apapun itu, untuk sementara hegemoni Barcelona atas Madrid masih terus berlangsung.  Tak terbantahkan, Jose Mourinho selalu menang kemana pun ia pergi, dan ia memenangkannya dengan cepat. Juara liga pada musim pertamanya di Porto, di Chelsea, dan Inter Milan. Rekor itu dihentikan oleh Barcelona. Ia tidak berhasil melakukannya untuk Real Madrid. Itulah makna terpenting dari lima sekuel terakhir El Clasico.




Sabtu, 23 April 2011

Di Bawah Bayang-Bayang Maut


“Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku daripada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Namun karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamudari dunia sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu.”
Yohanes 15: 18 – 20


Figur yang pertama mati bagi gereja adalah Yesus sendiri. Peristiwa penyaliban-Nya yang telah menjadi inspirasi dan sumber bagi semua kemartiran, terekam dengan begitu jelas di dalam Alkitab. Kita bersyukur bahwa Ia bukanlah Allah yang tinggal dalam kematian tetapi kebangkitan-Nya, yang bagi sebagian orang merupakan kontroversi tiada akhir, telah memberikan keberanian bagi murid-murid-Nya untuk terus mengabarkan injil sampai ke ujung bumi.

Orang kedua yang menderita dan mati bagi gereja adalah Stefanus. Stefanus, yang namanya berarti “mahkota”, menjadi martir karena memberitakan injil kepada orang-orang yang telah membunuh Yesus. Alkitab mencatat bahwa orang saleh ini terbunuh di luar tembok kota dengan cara dirajam. Peristiwa tersebut terjadi 8 tahun setelah penyaliban Yesus. Itu berarti kematiannya terjadi pada tahun 35 M karena sesungguhnya Yesus dianggap lahir pada tahun 6 S.M.

Pasca pembunuhan terhadap Stefanus, Lukas mencatat, “Pada waktu itu mulailah penganiayaan terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.” (Kisah Para Rasul 8 : 1)

Inilah kisah martir dari murid-murid pemberani dari Tuhan Yesus.

Yakobus
Yakobus adalah anak Zebedeus dan Salome merupakan ayak rasul Yohanes. Ia adalah yang pertama menjadi martir dari antara 12 rasul (Kisah Para Rasul 12 : 2) melalui hukuman mati sekitar tahun 44 M atas perintah Herodes Agrippa I dari Yudea. Penulis terkenal, Clemens Alexandrinus, menulis bahwa ketika Yakobus dibawa untuk dieksekusi, keberaniannya yang luar biasa itu menimbulkan kesan yang mendalam pada salah satu orang yang menangkapnya. Orang itu jatuh bertelut di hadapan Yakobus seraya memohon ampun dan mengaku bahwa ia sebenarnya adalah seorang Kristen juga. Akhirnya mereka berdua dipenggal kepalanya.

Matius
Matius mengabarkan injil sampai ke tanah Ethiopia. Beberapa tulisan mengatakan bahwa ia direbahkan di tanah dan dipancung kepalanya di kota Nadabah (atau Naddayar), Ethiopia, sekitar tahun 60 M.

Yakobus (Kecil)
Yakobus ini adalah saudara Yesus dan penulis surat Yakobus di dalam Alkitab. Ia sepertinya menjadi pemimpin jemaat di Yerusalem. Menurut Flavius Josephus, ahli sejarah Yahudi, imam besar Ananus memerintahkan agar Yakobus dihukum mati dengan cara dirajam. Namun Hegessipus, penulis Kristen awal, mengutip ahli sejarah abad ke-3 Eusebius, bahwa Yakobus dilemparkan dari menara Bait Allah. Ia tidak langsung mati setelah dijatuhkan, jadi kepalanya dipukul lagi dengan pentungan besi.

Matias
Dipilih untuk menggantikan posisi Yudas Iskariot. Ia dirajam batu di Yerusalem dan kemudian mati dipancung.

Andreas
Andreas adalah saudara Petrus. Ia mengabarkan injil kepada banyak bangsa Asia dan menjadi martir di Odessa dengan disalibkan pada kayu salib berbentuk huruf X.

Markus
Markus mati dengan cara diseret sampai tubuhnya terkoyak-koyak oleh orang-orang Alexandria ketika ia berbicara menentang perayaan yang khidmat untuk berhala bernama Serapis.

Petrus
Kisah kemartiran Petrus berasal dari laporan Hegesipus. Ketika Petrus sudah tua, Kaisar Nero berencana untuk menjatuhinya hukuman mati. Ketika murid-murid Petrus mendengar kabar itu, mereka memohon agar Petrus meninggalkan kota Roma. Namun, ketika Petrus sampai di pintu gerbang kota, ia melihat Yesus berjalan ke arahnya. Petrus menjatuhkan diri bertelut sambil berkata, “Tuhan, Engkau mau pergi ke mana?” Yesus menjawab, “ Aku datang untuk disalibkan lagi, karena gembala umatku melarikan diri.” Melalui penglihatan itu, Petrus tahu bahwa sudah waktunya bagi dia untuk mati sambil mempermuliakan Allah. Ia kembali masuk ke dalam kota dan langsung ditangkap. Menurut St. Jerome, Petrus meminta agar disalibkan dengan posisi terbalik karena ia merasa tidak layak untuk disalibkan dengan posisi yang sama dengan Tuhannya.

Paulus

Rasul ini sering dianggap memutarbalikkan ajaran Kristus dengan cara memasukkan pengajaran palsu yang dipakai oleh orang-orang Kristen hingga saat ini. Apabila ia seseorang yang sengaja disusupkan untuk menyesatkan orang percaya, sudikah ia mati bagi imannya? Saya rasa tidak. Sejarah mencatat bahwa Paulus tetap setia sampai akhir dan dihukum penggal atas perintah Kaisar Nero pada tahun 66 M.

Yudas
Ia adalah saudara Yakobus. Ia disalibkan di Edessa, kota kuno di wilayah Mesopotamia. Sekitar tahun 72 M.

Bartolomeus
Ia berkhotbah sampai ke wilayah India Timur. Orang-orang setempat memukuli dan menyalibkannya sampai mati.

Tomas
Tomas memberitakan injil sampai ke Persia, Parthia, dan India. Di Calamina, India, ia mengalami penyiksaan. Tubuhnya ditusuk tombak dan dilemparkan ke dalam oven raksasa yang menyala-nyala.

Lukas
Lukas seorang non-Yahudi, mungkin orang Yunani. Ia seorang tabib di Troas dan mungkin bertobat di sana melalui penginjilan Paulus. Setelah kematian Paulus, Lukas tampaknya meneruskan pemberitaan Injil. Salah satu sumber kuno menyatakan, “Ia melayani Tuhan tanpa gangguan karena ia tidak memiliki istri ataupun anak dan pada saat ia berusia 84 ia jatuh tertidur di Boeatia”. Sumber yang lain mengatakan bahwa ia pergi ke Yunani dan menjadi martir dengan digantung pada pohon zaitun di Athena pada tahun 93 M.

Yohanes
Rasul Yohanes ditangkap dan dibawa ke Roma tempat ia dilemparkan dalam tempat penggorengan yang diisi minyak yang mendidih, tetapi tidak melukainya. Akibatnya kemudian dibuang oleh Kaisar Domitian ke Pulau Patmos, tempat ia menulis kitab Wahyu. Ia satu-satunya rasul yang tidak mengalami kematian yang mengerikan.

Bayang-bayang maut selalu mengancam gereja Tuhan yang benar dari zaman ke zaman. Namun gereja semakin dibabat selalu semakin merambat. Berakar kuat melalui pengajaran Tuhan kita Yesus Kristus. KematianNya di atas kayu salib hampir 2000 tahun yang lalu menjadi sebuah pertanda bahwa maut sebenarnya sudah dikalahkan. Sebagai orang percaya, kita tidak perlu takut lagi terhadap semua ancaman yang membayang. Kita tidak takut terhadap teror bom, tidak takut dengan aksi kaum fundamentalis, atau seringai setan tak berbentuk sekalipun. Dan kalau tokh kita harus menderita karena iman percaya kita, bukankah hal tersebut merupakan suatu kehormatan yang tidak terkira karena dapat bersekutu dalam penderitaan bersama-sama dengan Dia?

Selamat Paskah….

Senin, 18 April 2011

ELEGI MALAM DI PORONG SETAHUN LALU

Aku terjatuh dari motor semalam. Sakitnya masih terasa hingga saat ini. Membuatku berjalan tertatih-tatih. Apalagi ketika harus naik ataupun turun melalui anak tangga di tempatku bekerja. Duh…susah sekali. Aku merasa jauh lebih tua dari usiaku yang sebenarnya.

Semalam memang berat sekali di Porong. Banjir selutut menyeruak sampai di pintu gerbang tol. Untung Varioku nggak mogok. Padahal ada banyak kuda besi lain yang mulai rewel-rewel. Meraung-raung fals karena knalpotnya mulai kemasukan air. Sementara itu, mobil-mobil pribadi pun juga hanya mampu berdehem-dehem pasrah. Dikepung oleh serbuan air dan himpitan truk-truk besar yang berdiri angkuh tanpa budaya.

Porong memang tidak seperti dulu.

Dahulu Porong sempat ngetop karena seorang Marsinah, buruh wanita yang memperjuangkan hak-haknya. Entah karena terlalu idealis atau memang karena resek sehingga nggak bisa diam, perjuangan Marsinah membuat merah telinga Sang Penguasa. Yang jelas, beberapa waktu kemudian Marsinah sudah ditemukan dalam keadaan mengenaskan tanpa nyawa.

Porong juga merupakan kota yang dinamis. Sebagai pintu gerbang menuju daerah delta Surabaya, peran kota ini dalam menggerakkan roda perekonomian Jawa Timur bagian timur sangatlah strategis. Ibaratnya, sebelum engkau bisa menyentuh peradaban Surabaya, lewati Porong dahulu dengan keruwetan pasarnya.

Tapi saat ini, Porong tak ubahnya sebagai seorang pesakitan. Kota ini harus menerima kenyataan bahwa di bawah lapisan tanahnya terdapat sebuah mud volcano maha besar yang mencoba untuk menerobos keluar. Porong mulai kehilangan kepercayaannya, seiring dengan merosotnya kepercayaan warganya terhadap Pemerintah yang menegaskan bahwa fenomena ini merupakan intervensi alam dan bukan dipicu oleh tangang-tangan jahil manusia.

Bagiku, dinamika Porong hanya bagian dari masa lalu. Saat ini terdapat danau lumpur raksasa yang tidak pernah engkau jumpai sebelumnya, paling tidak dalam 10 tahun terakhir di kota ini. Semalam aku sempat melintasi jalan di depan danau mud volcano itu. Banjir membuat perjalanku sangat terhambat. Gelembung-gelembung gas kulihat muncul dari dalam air di berbagai sudut jalan. Menandakan bahwa sebenarnya ada potensi energi di bawah lapisan tanah Porong.

Banjir mulai surut ketika aku memasuki pusat kota Porong. Segera kupacu motorku dengan penuh nafsu karena yang terbayang di pelupuk mataku hanya bantal guling plus tempat tidurku. Karena kurang waspada, terjerembablah aku di ujung jalan sana.

Surabaya, 19 April 2010

Seorang Pecundang yang Sangat Berhasil


Pernakah Anda mendengar nama Johan Heinrich Pestalozzi? Ia adalah pengajar yang memelopori sistem pendidikan (pedadogue) baru yang dipakai di Sekolah Dasar Modern di Swiss. Terlahir di Zurich, 12 Januari 1746, Pestalozzi ternyata bukan termasuk siswa berkemampuan akademis cemerlang di sekolahnya. Ia sangat tidak tertarik pada tugas-tugas sekolah berbasis hafalan dan lebih suka bermain-main dengan imajinasi dan khayalannya sendiri. Hasilnya, ia berkali-kali tidak naik kelas.

Masa kecil Pestalozzi memang sangat mengenaskan. Ia adalah seorang anak yatim yang bertubuh lemah dan sering sakit-sakitan. Akibat kelemahan tubuhnya tersebut, Pestalozzi kurang bisa bermain seperti selayaknya anak-anak laki sebayanya yang lain. Prilakunya yang sering tenggelam dalam dunia khayalan membuatnya kerap kali dijuluki Heinrich Bodoh dari Kota Aneh. Sungguh menyakitkan, bukan?

Terinspirasi oleh jejak kakeknya, Pestalozzi muda memutuskan untuk menjadi seorang pendeta Protestan. Keputusannya itu juga berdasarkan keprihatinan yang dalam di hatinya manakala melihat ketidakadilan sang penguasa yang sering menindas rakyat jelata. Ia berpendapat bahwa pendidikan adalah solusi utama bagi kehidupan bermasyarakat. Namun karena mudah nervous dan tidak memiliki daya ingat yang baik, ia pernah berhenti mendadak saat berkhotbah karena lupa isinya. Pengalaman yang buruk itu membuatnnya menjadi bahan cemoohan bagi banyak orang yang kemudian menyebabkan ia mundur sebagai seorang pendeta.

Pestalozzi kemudian memasuki Universitas Zurich, tempat yang membuatnya tertarik dengan dunia pengajaran. Ia juga menaruh perhatian yang dalam di dunia politik dan segala permasalah sosial yang mendera masyarakat Swiss pada waktu itu. Dalam bukunya berjudul The Evening Hours of Hermit, Pestalozzi menegaskan bahwa sebenarnya pendidikan itu dapat dimulai dari rumah dengan berdasarkan pada kegiatan kehidupan sehari-hari secara langsung. Karyanya ini menjadi bestseller di Jerman dan nama Pestalozzi menjadi terkenal.

Pada saat Prancis menginvansi Swiss pada tahun 1798, jumlah anak-anak yatim piatu di Swiss mengalami peningkatan. Pestalozzi kemudian tergerak untuk membuktikan nilai-nilai kekristenan yang dianutnya dalam suatu tindakan nyata. Ia segera mengumpulkan sejumlah besar dari anak-anak tersebut di dalam rumah-rumah penampungan anak-anak yatim piatu yang dimilikinya.

Tidak puas sampai di situ saja, Pestalozzi kemudian memutuskan untuk menjadi sukarelawan guru bagi anak-anak di pedesaan. Metode mengajarnya yang sangat berbeda dengan metode pengajaran yang lazim pada waktu itu berhasil menarik perhatian banyak orang. Akhirnya Pestalozzi berhasil membangun sekolahnya sendiri yang di kemudian hari nanti menjadi sangat terkenal dan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Swiss. Saat ini, seluruh metode pendidikan di Eropa dimodifiksai dari pemikiran Johan Heinrich Pestalozzi. Siapa sangka bahwa orang ini dulunya memiliki catatan masa kecil yang kelam.

Pestalozzi dikenal sebagai Bapak Pendidikan Modern yang memiliki konsep memberi perhatian secara pribadi kepada anak didik. Dengan konsep ini, proses belajar mengajar memungkinkan setiap anak berkembang secara optimal. Baginya pendidikan harus berpusat pada diri anak itu sendiri dan bukan pada kurikulum. Tujuan pendidikan adalah membuka rahasia ilmu pengetahuan melalui pelbagai pengalaman aktifitas pembelajaran, bukan berpusat pada guru maupun teks buku.

Pestalozzi juga menekankan bahwa suasana di dalam kelas haruslah menyerupai suasana di dalam keluarga. Kelas perlu memiliki atmosfer kepedulian, cinta kasih dan juga kedisiplinan. Ide ini terinspirasi dari nilai Kekristenan yang mampu diaplikasikan dengan baik oleh ibu Pestalozzi saat mendidik anak-anaknya di dalam keluarga. Tidak ragu lagi bahwa pendekatan personal seperti di dalam keluarga adalah komponen terpenting di dalam pendidikan.

Johan Heinrich Pestalozzi tutup usia pada 12 Januari 1746. Pada batu nisannya tertulis tulisan sebagai berikut: “Dialah juruselamat kaum miskin di Neihof, Pengkhotbah rakyat dalam buku Lienhard und Gertrud. Bapa anak piatu di Stanz, Pendiri Sekolah Dasar Baru di Burghof dan Münchenbuchsee, Pendidik umat manusia di Yverdun, Seorang laki-laki, seorang Kristen, seorang warga negara. Segala sesuatu bagi orang lain, sedangkan bagi dirinya sendiri tidak ada apa-apa! Terpujilah namanya!”

Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Bagi mereka yang mau berusaha dan bekerja keras selalu ada jalan keluar. Apa yang dianggap hina menurut pandangan dunia dapat menjadi sesuatu yang dahsyat dan luar biasa di dalam tangan-Nya. Mari tetap terus berjalan bersama Tuhan. Kita hantam kesombongan dunia dengan sikap rendah hati sambil tetap berserah diri.

1 Korintus 1:27
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.

Senin, 11 April 2011

APAKAH INDONESIA BERNYALI?


Sabtu, 28 Maret 1981, pesawat Garuda Indonesia GA 206 tinggal landas meninggalkan Bandara Talang Betutu, Palembang menuju Medan. Penerbangan Woyla DC 9 tersebut membawa 46 penumpang dengan Captain Herman Rante sebagai pilot. Tiba-tiba Co-pilot Hendhy Juwanto mendengar keributan dari dari arah belakang. Baru saja akan berpaling, seseorang langsung menyeruak ke dalam kokpit sambil berteriak. "Jangan bergerak! Pesawat kami bajak!"

Para pembajak berjumlah lima orang, berbahasa Indonesia dan bersenjatakan pistol, granat dan juga dinamit. Mereka memaksa agar pesawat diarahkan ke Kolombo, Sri Lanka. Permintaan tersebut mustahil dipenuhi oleh pilot karena pesawat tidak membawa bahan bakar yang cukup untuk sampai ke sana. "Terserah! Pokoknya terbangkan sejauh-jauhnya dari Indonesia!" perintah pembajak. Akhirnya pesawat berhasil mendarat di Bandara Don Muang, Bangkok.

Pembajakan pesawat ini merupakan peristiwa teror pertama berlatarbelakangkan jihad yang mendera republik ini. Tuntutan para pembajak adalah meminta agar Jakarta membebaskan tawanan yang terkait dengan peristiwa Cicendo, komplotan Warman dan Komando Jihad. Di samping itu, para teroris juga meminta uang tebusan sebesar 1,5 juta US. Jika permintaan tersebut tidak dipenuhi, mereka mengancam akan meledakkan pesawat beserta para penumpangnya.

Berita pembajakan tersebut segera diterima Jakarta. Opsi penyelesaian dengan menggunakan pendekatan militer segera disetujui Presiden Suharto. Operasi penyelamatan segera disiapkan dengan cermat di bawah kendali Benny Moerdani dan melibatkan pasukan elit Kopassandha (sekarang Kopasus)dengan Sintong Panjaitan sebagai komandannya.


Manakala mendengar rencana operasi militer rahasia tersebut, Duta Besar Amerika Serikat Edward Masters mencoba melakukan lobi pembatalan karena mengkhawatirkan keselamatan warga Amerika yang ada di dalam pesawat. Namun Letjen Benny meresponnya dengan tegas. Perwira bintang tiga yang jarang tersenyum itu menegaskan, "I am sorry, Sir. But this is entirely an Indonesia problem. It is Indonesian aircraft." Ditegaskan pula bahwa Indonesia berhak menempuh cara apapun untuk meringkus pembajak tanpa izin lebih dulu dari Amerika Serikat. Keren kan?

Pasukan elit tersebut segera diberangkatkan ke Bangkok. Setelah kulonuwun terlebih dahulu terhadap Pemerintah Thailand, maka pada tanggal 31 Maret 1981 pukul dini hari, operasi militer segera dilaksanakan. Secara mengejutkan, Letjen Benny Moerdani juga terlibat langsung di lapangan dalam baku tembak di dalam pesawat. Jenderal yang satu ini memang terkenal suka nyrempet-nyrempet bahaya.

Misi penyelamatan itu sukses besar. Tiga orang pembajak berhasil dibunuh sementara dua orang yang lain luka parah. Sementara itu, seorang anggota Kopassandha yaitu Achmad Kirang dan Kapten Pilot Herman Rante juga menjadi korban. Namun yang lebih penting seluruh penumpang berhasil diselamatkan.

Kisah di atas hanya masa lalu ........

Kapal MV Sinar Kudus dibajak perompak Somalia pada tanggal 16 Maret 2011, sekitar 320 mil (512 kilometer)di timur laut Pulau Socotra, Semenanjung Somalia, Afrika. Kapal berbendera Indonesia milik PT Samudera Indonesia (Tbk) itu dalam perjalanan ke Rotterdam, Belanda, dan mengangkut feronikel milik PT Aneka Tambang.

De javu? Bisa jadi. Jika Presiden Suharto saja yang oleh sebagian orang dianggap lalim berani mengambil keputusan yang berani, Presiden SBY dengan latar belakang militer yang disandangnya patut mencoba cara serupa. Memang kondisinya sangat berbeda. Peristiwa Pembajakan Woyla berada di pelupuk mata sehingga relatif gampang ditangani daripada pembajakan MV Sinar Kudus yang terjadi di Laut Arab sana. Namun amanat untuk melindungi segenap bangsa Indonesia seperti yang tertera pada Pembukaan UUD 1945 tetaplah menjadi harga mati.

Selama ini Pemerintah SBY, diakui atau tidak, telah terbukti lalai dalam melindungi warganya. Keselamatan TKI yang bekerja di luar negeri maupun peristiwa sektarian macam kasus Ahmadiyah dan HKBP telah menjadi catatan buruk bagi Presiden yang dipilih oleh 60% rakyat Indonesia tersebut. Untuk kasus Pembajakan MV Sinar Kudus, Pemerintah tidak boleh lamban atau pun lalai lagi. Apapun caranya, apapun resikonya dua puluh orang ABK tersebut harus kembali ke tanah air dengan selamat.

Cara militer atau diplomasi ....? Semua cara patut ditempuh. Namun bila operasi militer tidak dapat dihindari, bangsa ini harus punya keberanian untuk melakukannya. Angakatan perang Korea Selatan terbukti mampu melakukan operasi militer secara apik dalam menghadapi para perompak itu. Tetangga kita, Malaysia, juga tidak segan-segan menggebuk para bajak laut itu saat kapalnya dibajak di wilayah perairan yang sama. Bukan bermaksud untuk memanas-manasi, namun dengan kemampuan yang dipunyai militer Indonesia, saya percaya angkatan bersenjata kita mampu melakukannya. Harus diingat, militer kita tidak digaji hanya untuk latihan saja. Kini saatnya bagi mereka untuk unjuk gigi sambil menunjukkan harga diri bangsa yang sudah tercabik-cabik selama ini.

Jumat, 08 April 2011

Fenomena Itu Bernama Facebook


Facebook merupakan sebuah sarana yang menghubungkan orang-orang untuk saling berinteraksi dalam sosialnya.
Lingkungan sosial facebook sangatlah luas. Facebook juga merupakan salah satu ajang berdiskusi baik dalam hal apapun. Untuk saat ini Facebook sudah banyak diminati orang-orang. Baik di kalangan orang tua, remaja, pekerja dan lainnya. Mereka bisa mencari berbagain informasi, juga bisa menambah lingkup sosoalisasi mereka terhadap sesama.

Facebook memiliki sisi positif dan negatif.
Ditinjau dari sisi positifnya:
1. Dengan adanya facebook kita dapat mamperluas jaringan pertemanan. Kita dapat mendapatkan teman dari berbagai kota maupun negara namun dalam hal ini adapula yang bermaksud tidak baik. maka dari itu perlu lebih diperhatikan.
2. Facebook dapat mempercepat tali pertemanan. Berkomunikasi dengan facebook lebih capat.
3. Cepat mendapatkan informasi terkini tentang teman kita.
Misalnya tentang update-update status.
4. Media refreshing. Ada berbagai game dan applications dalam facebook.
5. Meningkatkan angka penjualan, banyal orang yang memiliki bisnis atau usaha Facebook merupakan media promosi yang gratis dan sangat efektif bagi usaha penjualan.
6. Media pemantauan orang tua.

Dalam sisi negatifnya:
1. Informasi/data pribadi terancam. apabila memasukkan data pribadi, hendaklah hari-hati kerena dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang tdak bertanggung jawab.
2. Kecanduan, hal ini dapat mebuat orang lupa diri dan lupa waktu. Banyak pekerjaan yang terbengkalai. Maka dari itu perlulah kita mengatur waktu dalam penggunaan sarana ini.

Banyak orang beranggapan bahwa ini adalah dunia maya. karena itulah beberapa waktu silam yang lalu banyak kasus-kasus yang tidak menyenagkan yang terjadi. Misalnya saja banyak terjadi penipuan dalam facebook. Selain penipun juga tejadi penculikan.
ini adalah salah satu penyalahgunaan media facebook.

Bersosoalisasi dengan facebook sangatlah baik namun harus tepat dalam penggunaannya, janganlah berlebihan karena itu dapat membahanyakan. Aturlah waktu dalam penggunaannya.

http://ireneregina.wordpress.com/

Rabu, 06 April 2011

Surabaya, Kota Seribu Sungai


Judul di atas sangatlah provokatif. Surabaya bukanlah seperti Venice, sebuah kota air di Italia yang terkenal elok nan jelita sehingga mampu menarik banyak wisatawan untuk mengunjunginya. Surabaya juga bukanlah Amsterdam yang terkenal akan pengaturan airnya yang sistemastis dengan jaringan kanal-kanalnya. Sangat jauh bila membandingkan Surabaya dengan kedua kota tersebut. Namun bila musim penghujan tiba, pernyataan yang menegaskan bahwa Surabaya identik dengan genangan air ada benarnya.

Dukut Imam Widodo, penulis Soerabaja Tempo Doeloe, pernah menulis bahwa Surabaya dulunya merupakan sebuah “pulau” yang dipisahkan oleh Kali Mas dari daratan Jawa. Selain menjadi sumber air bagi para penduduk, aliran Kali Mas seolah ditakdirkan sebagai “benteng” alami yang melindungai Surabaya dari serangan musuh. Orang sekaliber Sultan Agung dari Mataram pun pernah dibuat pusing tujuh keliling ketika berniat menaklukkan kota ini. Bukan karena orang-orang Surabaya mempunyai persenjataan canggih, tapi ya itu....keberadaan Kali Mas seakan menjadi penghalang derap laju pasukan Kesultanan Mataran.

Ketika Pemerintah Kolonial Belanda menguasai Surabaya, dibangunlah beberapa pintu air untuk mengendalikan debit air dari Kali Mas. Rupanya sejak dahulu Kali Mas berpotensi untuk medatangkan banjir bagi Surabaya. Tidak berhenti sampai di situ saja. Orang-orang yang kita cap penjajah itu juga membangun gorong-gorong air di seantero Surabaya lama yang keberadaanya masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Alasan pembangunan itu satu: agar penduduk Surabaya tidak kerepotan dalam menghadapi air yang kerap kali menggelora saat hujan tiba.

Zaman memang terus bergulir. Penjajah sudah lebih dari setengah abad minggat dari Surabaya. Kota ini terus berupaya untuk berbenah. Bersolek. Tambal sana tambal sini. Walikota yang satu berganti dengan walikota yang lain. Tapi tetap saja masalah gelora air (baca: banjir) menjadi problematika tersendiri bagi kota ini. Kisah prestasi pintu air dan gorong-gorong warisan orang-orang negri seberang itu sudah menjadi romantisme masa lalu.

Bila musim hujan datang menantang, sontak akan bermunculan “sungai-sungai” yang mengalir lumayan deras. Membelah Surabaya dari segala sektor. Seakan-akan hendak menyaingi eksistensi Kali Mas yang sudah ada sejak zaman purbakala. Ada Sungai Ahmad Yani, Sungai Mayjen Sungkono dengan Cekungan Vida sebagai palungnya, Sungai H.R. Muhammad, Sungai Majapahit, Sungai Tumapel, Sungai Dinoyo, Sungai Kupang Krajan, Sungai Banyu Urip, Sungai Bronggalan , dan sungai-sungai lain yang masih mengantri giliran untuk tampil pada coretan ini.


Alhasil, area-area di atas seolah-olah menjadi the kiliing field bagi para pengguna jalan. Kemacetan merajalela di mana-mana, berpadu dengan suara fals knalpot kendaraan yang kemasukan air, serta berbaur dengan bau got dan sumpah serapah khas Arek Suroboyo yang kompak menyanyikan satu koor dalam nada minor yang berbunyi, “c*k, nangdi polisine iki??”

Keberadaan sungai-sungai musiman tadi juga diiringi dengan bermetamorfosisnya lapangan sepakbola Gelora 10 November Tambaksari. Alih-alih membandingkan kualitas lapangan dengan Old Traford yang memiliki kualitas drainase nomor wahid. Sanggup membedakan antara lapangan dengan sawah tadah hujan saja sudah merupakan prestasi tersendiri.

Terus, yok opo iki? Mosok Kota Pahlawan kalah ambek urusan banyu? Mengritisi performa kerja Pemerintah Kota memang sah-sah saja. Apalagi demo sambil membawa kerbau bertuliskan SBY (kali ini benar-benar singkatan dari Surabaya), lalu dilepas di rerumputan Gelora 10 November Tambaksari. Wah.............! Panggung cakrawala berpikir kita harus tampil lebih elegan. Memberikan kritik tanpa menawarkan solusi tak ubahnya seperti aksi gagah-gagahan belaka yang hanya mengundang keprihatinan dan perasaan tidak simpatik.
Pemerintah perlu dibantu, tidak hanya dihujat demi memuaskan ambisi pragmatis saja. Sehebat apapun rencana yang ditawarkan untuk mengendalikan banjir, jika tidak memperoleh dukungan dan peran serta aktif masyarakat, tentu hasilnya akan nisbi belaka. Masyarakat perlu diberdayakan.

So, berhenti jadi penonton, kendurkan urat syaraf perselisihan,.......mari turun tangan bahu membahu menyelamatkan kota ini.

Senin, 21 Maret 2011

AWAS ...., BAHAYA LATEN SINETRON!!


Menyambung tulisan saya yang lalu tentang kondisi perfilman nasional yang mulai kekeringan kreatifitas, ternyata kondisi yang nyaris serupa juga menerpa dunia sinetron kita. Tontonan dari layar televisi yang saban hari setia menyambangi kita teryata menyimpan beberapa bahaya laten yang perlu dicermati.

Apakah Anda penggemar sinetron ? Sinetron atau yang lebih dikenal dengan opera sabun adalah fiksi pendek yang ditayangkan oleh televisi, dalam bentuk serial. Kenapa namanya opera sabun, lantaran awal kemunculannya disponsori oleh produk produk perawatan tubuh khususnya produk sabun. Nah ? Lalu, di Indonesia dipopulerkan dengan nama sinetron atau sinema elektronik yang sebenarnya menurut saya terinspirasi dari keberadaan telenovela yang booming pada dekade 1990-an. Faktanya jumlah sinetron kita makin bertambah. Menumpuk, seiring dengan kebutuhan akan jumlah produk hiburan yang akan ditayangkan oleh televisi. Mengamati produk sinetron ada beberapa hal catatan menarik yang perlu kita bahas

1.Script sekenanya
Pengalamannya seorang penulis script bisa menulis naskah beberapa judul yang berbeda beda di satu lokasi, betapa jeniusnya penulis sinetron kita ini. Hasilnya, dialog yang muncul terasa ámbar, jayus, dan tidak realistis.

2.Dramaturgi yang molor
Mayoritas sinetron mempunyai dramaturgi seperti karet, bisa ditarik ulur, tergantung berapa jumlah iklan (spot iklan) yang masuk pada saat sinetron yang ditayangkan. Jangan heran jika sinetron terasa dipanjang panjangkan hingga puluhan episode, yang sesungguhnya untuk beberapa episode saja sudah selesai.

3.Riset yang lemah

Mayoritas sinetron kita gagal dalam memberikan sebuah peristiwa sebagai sebuah latar bertutur. Misalnya, sinetron itu mengambil setting jaman majapahit, namun dari properti yang digunakan adalah produk tahun 2000-an, yang sangat jelas adalah pemakaian sandal dalam sinetron silat dan warna warna a-la Andy Warhol yang belum dikenal pada jaman Majapahit.

4.Tidak mendidik
Semuanya mengakui. Bagaimana bisa mendidik yang diajarkan adalah kemarahan, kebencian, balas dendam amarah kekerasan dan yang lain?

5.Di dalam naungan rating sinetron berlindung
Apologi kejar tayang dan rating adalah sebuah pembenaran yang keliru yang acapkali dijadikan argumen kenapa sinetron itu buruk wajahnya. Pada aspek ini tercium sebuah kegagalan dalam cara mengadopsi industri hiburan televisi di bangsa ini.

6.Pemain sinetron kita kejar setoran
Bayangkan, seorang pemain sinetron yang tengah naik daun, dalam satu hari bisa bermain dalam empat judul sinetron yang berbeda beda, di tempat yang berbeda dengan pilihan watak yang berbeda pula. Misalnya, pagi hari bermain watak sebagai ABG yang centil, siang hari bermain sebagai seorang Ibu Guru, sore hari bermain watak sebagai seorang dokter yang bijak, malam hari bermain sebagai seorang psikopat. Bukankah luar biasa bakat bakat yang dipunyai aktris aktor sinetron kita?

Masih doyan nonton sinetron?

Senin, 14 Maret 2011

FILM HOROR CENAT CENUT


Seorang teman sempat memberitahu saya lewat account twitter-nya pada tanggal 24 Februari 2011 tentang sebuah fenomena menarik yang terjadi hari itu di Jakarta. Di bioskop Mulia Agung di bilangan Senen berderet-deret film-film Indonesia sebagai berikut: Kalung Jelangkung, Pocong Ngesot, Arwah Goyang Karawang, Love Story, dan Pelukan Hantu Gondrong. Sepertinya film-film nasional tengah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Namun dengan seragamnya genre film yang tengah beredar bisa menjadi indaktor awal keringnya daya kreatifitas dari para sineas kita. Apalagi cita rasa dari film-film tersebut terasa sangat jauh dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kebangkitan film nasional dalam dasawarsa terakhir ini memang sangat mengembirakan. Ditandai dengan dobrakan Riri Riza dengan film Petualangan Sherina, lalu kemudian diikuti dengan film remaja sensasional: Ada Apa Dengan Cinta?, film idealis: Soe Hok Gie, film komedi penuh sindiran: Nagabonar Jadi 2, film bertema pendidikan: Denias dan Laskar Pelangi, sampai film yang menurut saya pekat banget unsur SARA-nya: Ayat-Ayat Cinta. Jenis film horor juga tidak mau ketinggalan. Muncul film Jailangkung karya sutradara Dimas Jay yang agaknya menjadi pelopor pembuatan film horor nasional di era millennium baru. Kesuksesan film ini kemudian ternyata menimbulkan gejala latah yang segera menyeruak di dada para sineas kita dengan muculnya film-film genre senada dengan kualitas seadanya.

Apabila mengacu pada sejarah, pembuatan film horor di Indonesia pertama kali dimulai pada tahun 1934 dengan lahirnya film Ouw Peh Tjoa (Doea Siloeman Oeler Poeti en Item). Dilihat dari judulnya, tentunya kita dapat menerka bahwa ada aroma Tionghoa yang sangat kental di dalamnya. Asumsi itu memang beralasan, karena film horor Indonesia berlatarbelakang cerita Tionghioa sangat mendominasi bioskop lokal di era itu sampai tahun 1969.

Harus diakui bahwa genre horor memang cukup mendapat tempat di hati sebagian pecinta film nasional. Ditandai dengan munculnya film horor legendaris Beranak dalam Kubur (1971) yang melambungkan nama Suzana sebagai salah satu ikon film nasional. Film ini ternyata mampu menarik apresiasi dari khayalak luas dan sanggup menjadi katalisator munculnya film-film horor selanjutnya. Namun konsistensi dalam menganggkat tema mistik ternyata pada perkembangannya harus bercumbu rayu dengan bumbu sexualitas. Film-film sampah ini begitu merajai bioskop-bioskop lokal pada era 1990-an yang kemudian berujung pada ambruknya perfilman kita.

Saat ini ada kecenderungan perfilman kita sedang mengalami stagnasi setelah melewati era kebangkitan. Tema film cenderung tidak bervariasi, menekankan unsur sensualitas, dan miskin kreatifitas. Lebih parah lagi setelah isu pemboikotan film Hollywood mengemuka, bioskop-bioskop kita dipenuhi dengan film-film sampah ala era 90-an.

Saya tidak pernah bermasalah dengan film horor. Bahkan saat remaja, saya begitu gandrung dengan film horor amrik berjudul Bram Stoker’s Drácula. Namun bila sensasi tubuh wanita yang menjadi suguhan utama berbalut dengan nukilan mistis irasional, saya pikir, tentu saja tidak untuk membuat penonton terpacu adrenalinnya namun lebih untuk memacu naluri “ketakutan” yang lain.


Film bombastis Arwah Goyang Jupe Depe yang sebelumnya diberi judul Arwah Goyang Karawang, misalnya, sarat dengan adegan erotis Julia Perez dan Dewi Persik sebagai pemeran utama. Meskipun penonton dimanja dengan “keindahan” gambar, alur cerita dan skenario film itu cenderung membingungkan dan tidak logis. Secara kulitas tentu film ini tidak mampu dibandingkan dengan film amrik berjudul Devil yang baru saja saya tonton hari Minggu kemarin. Meskipun mudah diterka bagian ending-nya, Devil ternyata tetap konsisten menghadirkan konsep horor tanpa dibumbui unsur sensualitas.

Bangsa ini memang tengah terpuruk. Terjerembab nyaris di segala bidang. Kita memang patut berbangga dengan beragamnya kebudayaan yang kita miliki sebagai salah satu representasi dari ekspresi kebebasan berpikir dan berekspresi. Namun bila budaya tersebut dijejali dengan tontonan sampah yang tidak inspiratif, saya khawatir mentalitas bangsa ini akan semakin kerdil dan tidak mempunyai daya saing.

Rabu, 09 Maret 2011

Orang Paling Berbahagia di Amerika Serikat


Siapakah orang paling bahagia? Sulit menentukannya. Namun di Amerika Serikat ada lembaga yang mencoba mengukurnya melalui berbagai parameter. Lembaga itu adalah Gallup, yang berkantor pusat di Washington.


Gallup mengukur kebahagiaan itu melalui enam parameter yaitu dasar kehidupan, kesehatan fisik dan emosi, lingkungan kerja, gaya hidup sehat, dan akses terhadap layanan kesehatan. Dari keenam kelompok itu muncullah data orang Amerika meliputi tingkat optimisme, kesehatan emosi, depresi, stres, penyakit-penyakit kronis yang diidap, gaya hidup (pola makan sehat, olahraga), kemudahan mendapatkan buah-buahan dan sayuran segar, akses ke tempat olahraga yang aman, akses ke layanan kesehatan, dan sebagainya. "Orang yang memiliki ini sudah tentu berusia tua dan memiliki cukup uang untuk hidup nyaman," ujar John Harris, wakil presiden Innovations Healthways, lembaga rekan kerja Gallup.


Berdasarkan konsep itu, Gallup-Healthways melakukan survey terhadap orang-orang Amerika di seluruh negara bagian. Survey dilakukan dengan menanyai penduduk AS per negara bagian secara acak yang dimulai tahun 2008. Dari sanalah didapat kategori orang yang paling bahagia di AS.


Menurut data yang disebut sebagai Gallup-Healthways sebagai Well-Being Index, orang paling bahagia itu memiliki ciri tinggi, keturunan Asia-Amerika, laki-laki, berusia 65 tahun atau lebih tua, tinggal di Hawaii, menikah dan punya anak, beragama, memiliki bisnis sendiri, dan berpenghasilan US$ 120.000 setahun. Siapakah orang itu?

Kriteria itu mengarah ke Alvin Wong, 69 tahun. Maka Alvin pun dinobatkan sebagai orang paling bahagia di AS. Menurut lelaki ini, ia menjalankan hidup seperti yang dinasihatkan ibunya. "Jangan lakukan sesuatu karena uang, tetapi lakukanlah karena kita ingin melakukannya dan kita suka melakukannya. Dengan cara begini kita akan bahagia," ujarnya.

Tim Andrie Wongso

Gayus vs Gayus


Pada suatu hari, Ryan, salah satu murid saya di kelas 6, datang menghampiri sambil tersenyum penuh arti. Di tangannya ada sebuah Alkitab yang terbuka dan jari-jemari tangannya menunjuk kepada sebuah ayat yang berbunyi seperti ini, “Dari penatua kepada Gayus yang kekasih, yang kukasihi dalam kebenaran” (III Yohanes 1: 1).

“He he he he ……ada nama koruptor dalam dalam Alkitab, Pak,” tukasnya.
“ Ya….tapi ini Gayus yang berbeda, “ jawabku. “Dua Gayus yang sangat berbeda. Yang satu adalah hamba kebenaran, sedangkan yang lain tidak.”

Percakapan ringan di pagi hari itu membawa saya pada sebuah kontemplasi lebih lanjut yang bermuara pada tokoh Gayus Halomoan Tambunan. Orang ini beberapa waktu yang lalu menjadi trending topic pembicaraan di seantero negeri. Koruptor yang ngakunya kelas teri, namun telah mampu menelanjangi wajah hukum, dunia peradilan, perpajakan, dan bobroknya mentalitas kepolisian republik ini dengan bebarapa kali gebrakan dalam kurun waktu setahun belakangan ini.

Jangan bayangkan Gayus adalah seorang master dengan wajah senior yang penuh dengan guratan lika liku kehidupan dengan rambut memutih. Gayus masih seumuran dengan saya. Namun dana yang berhasil ia sabot berjuta-juta dólar US jumlahnya. Rumah mewah, dan akses yang maha luas telah berhasil ia raih. Apa lagi yang kurang? Semuanya lengkap telah ia peroleh. Orang akan dengan mudahnya berkata bahwa Gayus adalah pria super nan beruntung. Di dalam penjara pun ia masih tetap sakti. Buktinya ia telah berpuluh-puluh kali nylonong meninggalkan penjara untuk sekedar jalan-jalan ke perlbagai tempat.

Sebagai seorang guru, saya mulai membayangkan bagaimana perasaan para guru yang pernah mendidik Gayus. Adakah perasaan bangga dan senang yang menggelayut di hati mereka karena bekas anak didiknya mampu menggemparkan bangsa? Atau perasaan malu dan turut merasa bersalah karena gagal menanamkan budi pekerti yang baik di hati seorang Gayus?

Saya percaya bahwa pada waktu sekolah dulu, Gayus Halomoan Tambunan merupakan sosok siswa yang cerdas. Ia sangat mungkin merupakan siswa kebanggan para gurunya. Apalagi, ia mampu menembus seleksi ketat Sekolah Tinggi Akuntasi Negara (STAN) yang tiap tahun selalu menyambangi siswa-siswa SMA terbaik dari seluruh nusantara. Prestasi gemilangnya tersebut kemudian mampu menghantarkannya untuk bekerja sebagai aparatur negara di dunia perpajakan.

Namun sayang, prestasi Gayus tersebut tidak dibarengi dengan penanaman karakter yang mumpuni. Sepintas pria ini telah berhasil meraih segalanya. Namun kenyataan membuktikan bahwa “kenerhasilannya” tersebut diraihnya dengan cara-cara yang kotor nan menyedihkan beserta kemungkinan konspirasi yang diduga turut bermain di dalamnya.

Gayus di dalam Alkitab tentu berbeda dengan Gayus si tukang pajak. Alkitab menuliskan sosok Gayus sebagai orang yang dikasihi Paulus dalam kebenaran. Ia adalah rekan yang setia menyertai perjalanan misionaris Paulus di pelbagai tempat. Oleh karena kebenaran yang ia percaya, Gayus turut dianiaya oleh massa penganut paganism.

Gayus mungkin tidak segarang Petrus jika sedang berkhotbah menyampaikan firman Tuhan. Peran yang dimainkannya pun mungkin tidak sedahsyat dengan apa yang sudah dilakukan oleh Rasul Paulus. Informasi yang kita dapatkan tentang dirinya mungkin juga tidak terlalu banyak. Namun meskipun demikian, sosok Gayus yang pasti adalah seorang pelayan Tuhan yang setia, yang mau mengobankan segala-galanya untuk kemuliaan Tuhannya.

Ada dua Gayus di sini. Yang satu berhasil meraih “kepopuleran” dengan tindakan-tindakan yang tercela sedangkan yang lain jauh dari kesan populer namun berani mempertahankan kebenaran apapun resikonya.

Which one do you choose?