Senin, 01 April 2013

PAPA, PEMILIK CINTA YANG TERLUPAKAN



Suatu ketika saya menerima Blackberry Messenger yang begitu menyentuh hati saya. Izinkan saya untuk berbagi dengan kalian semua.

Saat berada jauh dari kedua orang tua, kamu akan selalu merindukan seorang mama. Bagaimana dengan papa? Mungkin karena mama yang selalu menelepon dan menanyakan keadaanmu. Tapi tahukah kamu bahwa ternyata papalah yang menyuruhnya?

Mungkin sewaktu kecil, mamalah yang selalu mendongeng di setiap tidurmu. Tapi tahukah kamu bahwa sepulang papa bekerja, dia selalu menanyakan kabarmu dan apa saja yang kamu lakukan?

Pada saat kamu akan belajar naik sepeda dan papa melepaskan kedua roda bantu, mama akan berkata. “Jangan dulu, Pa. Nanti dia jatuh!” Tapi tahukah kamu bahwa dalam hati kecil seorang papa, dia percaya bahwa anaknya pasti bisa? Maka papa hanya akan menatapmu, membiarkanmu saat terjatuh, dan hanya menjagamu dari kejauhan karena papa ingin anaknya mandiri.

Pada saat kamu beranjak remaja, kamu mulai menuntut papa untuk dapat izin keluar malam dan papa menjawab, “TIDAK BOLEH!!” Tahukah kamu papa melakukannya untuk menjagamu? Karena bagi seorang papa, anak adalah satu hal istimewa di hidupnya. Setelah itu, kamu menjadi marah kepada papa dan kemudian masuk ke kamar sambil membanting pintu. Lalu mama mendatangimu dan membujukmu. Tapi tahukah kamu bahwa saat itu papa memejamkan mata dan menahan gejolak dalam batinnya? Papa sangat ingin memberikan yang kamu minta. Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu.

Ketika kamu dewasa dan kamu harus pergi ke kota lain, papa harus melepaskanmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan papa terasa kaku? Papa hanya tersenyum dan menasehatimu untuk berhati-hati. Tapi tahukah kamu bahwa dia ingin sekali menangis seperti mama dan memelukmu dengan erat. Yang papa lakukan hanyalah mengusap air mata di sudut matanya dan berkata, “jaga dirimu baik-baik, Nak!” Tahukah kamu papa melakukan semua itu agar kamu jadi kuat. Kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Papa itu seperti jembatan yang membiarkan anak-anaknya berjalan melewatinya. Ketika anak-anaknya telah sampai ke seberang, jembatan itu akan roboh dan runtuh dengan penuh sukacita. Dia akan lebih bersukacita ketika anak-anaknya juga menjadi jembatan yang mampu mengantar generasi berikutnya menuju gerbang keberhasilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar