Jumat, 13 Agustus 2010

Pembawa Damai


Setiap manusia selalu mendambakan kedamaian di setiap aspek kehidupannya. Kata orang, kedamaian perlu dipelihara, perlu ditegakkan, dan perlu dibudayakan. Dengan segala upaya, semua orang ingin mencapai kedamaian. Tidak perduli bagaimanapun caranya. Bahkan di belahan bumi yang lain, orang merasa perlu berperang guna meraih kedamaian. Sungguh ironis!
Agama yang seharusnya memainkan peran sebagai agen perdamaian juga telah dipengaruhi oleh distorsi kekerasan. Saya tidak mau mengomentari kekerasan atas nama agama lain. Tanpa bermaksud melakukan generalisasi, marilah kita menengok apa sudah terjadi dalam dunia kekristenan. Fakta menegaskan bahwa Yesus harus mati di tangan orang-orang yang mengaku mengenal Tuhan. Sejarah juga mencatat bahwa gereja pernah melegalkan peperangan atas nama Tuhan dalam bingkai Perang Salib. Ada juga kisah-kisah yang mengonfirmasi bahwa penguasa gereja pernah memobilisasi massa untuk melakukan eksekusi terhadap orang-orang yang dianggap bidat atau pun tukang sihir. Sungguh kenyataan yang tragis, bukan? 
Lalu adakah adakah kedamaian di muka bumi ini saat ini? Bukankah bumi penuh dengan rupa-rupa kejahatan? Untuk menjawabnya, izinkan saya menuliskan sebuah kisah nyata di bawah ini.
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?"
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya profesor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"
"Tentu saja," jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?" "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"
Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"
Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya. Kejahatan juga muncul sebagai akibat dari orang-orang baik yang berdiam diri saja.
Profesor itu terdiam.
Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.
Kasih Tuhan sanggup meniadakan kejahatan. Bila seseorang telah dikuasai oleh kasih karunia-Nya, maka ia akan memiliki kemampuan untuk menghadirkan damai di muka bumi ini. Ia bukan lagi menjadi orang yang pasif, tetapi menjadi figur yang dinamis dalam menciptakan perdamaian.
Maukah kita bertindak.......?
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
Matius 5:9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar