Rabu, 11 Agustus 2010

Mental Juara


Sir Edmund Hillary adalah manusia pertama yang tercatat mampu menaklukkan Gunung Everest. Atas keberhasilannya itu ia dianugrahi gelar kebangsaan oleh Ratu Inggris. Semua orang berdiri memberikan tepuk tangan dan penghormatan atas keberaniannya menaklukkan gunung tertinggi di dunia tersebut. Ketika semua orang berhenti bertepuk tangan, Hillary berkata kepada para penonton, “Gunung Everest pernah menaklukkan saya sekali dan dapat menaklukkan saya kembali. Tetapi saya kembali dan terus kembali. Dan sekarang saya menjadi pemenang karena gunung itu tidak dapat lebih besar tetapi saya dapat menjadi lebih besar.”

Seringkali yang menentukan kemenangan dalam setiap permasalahan hidup adalah mentalitas kita. Seseorang yang memiliki mentalitas seorang pemenang tidak akan mudah menyerah terhadap pelbagai problematika yang menghadang. Ia berani untuk tetap terus mencoba dan mencoba. Penulis teringat akan seorang Thomas Alva Edison, sang penemu bola lampu yang tercatat pernah mengalami 2000 kali kegagalan sebelum mencapai karya masterpiece-nya. Tidak bisa dibayangkan jika ia berhenti pada kegagalan yang ke-1999? Tentunya mungkin kita sekarang masih meraba-raba dalam kegelapan.
Dalam konteks Alkitab, mentalitas pemenang juga dimiliki oleh Kaleb, salah seorang dari 12 pengintai yang diperintahkan Musa untuk mengintai Tanah Kanaan. Ada kemungkinan bahwa apa yang disampaikan 10 orang pengintai yang lain kepada Musa adalah sebuah kebenaran. Memang benar adanya bila Tanah Kanaan dihuni oleh orang-orang perkasa berpostur tinggi besar bak raksasa. Dengan sedikit lebay, mereka juga mengibaratkan diri mereka seperti belalang di hadapan penduduk Kanaan.

Kaleb berbeda dengan para pengintai yang lain. Ia memiliki mentalitas pemenang dan ia tahu kepada siapa ia percaya. Dengan mata kepalanya sendiri ia pernah menyaksikan segala perbuatan ajaib besar Tuhan di tanah Mesir. Kaleb juga saksi hidup peristiwa spektakuler Laut Teberau. Mentalitas pemenangnya terbentuk melalui peristiwa-peristiwa tersebut sehingga dengan penuh keyakinan ia berkata, “kita akan maju dan menduduki negeri itu dan mengalahkannya!" (Bilangan 13:30)

Kepercayaan kepada Tuhan yang juga dilandasi pada kepercayaan pada kemampuan diri menjadi dasar substansial dari mentalitas pemenang yang dimiliki Kaleb. Mungkin benar bahwa permasalahan yang dihadapi sungguh besar. Namun Allah yang kita miliki jauh lebih BESAR dari semua permasalah itu. Di dalam Dia, kita mampu menanggung segala sesuatu (Fil 4:13).
Bagaimana cara memiliki mentalitas pemenang?

Banyak orang dilahirkan dengan potensi dan talenta yang mengagumkan. Tapi tahukah kita bahwa mentalitas pemenang tidak muncul bersamaan dengan proses kelahiran kita? Mental juara tidak dilahirkan tapi dimunculkan melalui proses kehidupan yang penuh liku-liku.
Seorang olahragawan yang paling berbakat sekalipun tidak akan pernah menjadi juara sejati tanpa melewati proses latihan keras dan keikutsertaan dalam pelbagai pertandingan. Tanpa latihan, ia tidak akan memiliki tehnik olahraga yang baik. Ingat, practice makes perfect! Tanpa pernah bertanding dalam pelbagai turnamen, ia tidak akan mempunyai pengalaman.
Masih ingat dengan Ronaldo? Pemain sepakbola asal Brazil bernama lengkap Ronaldo Luiz Nazario de Lima itu dikenal sebagai salah satu pemain paling berbakat yang pernah dilahirkan di muka bumi ini. Dalam usia yang relatif masih muda, ia telah dinobatkan menjadi pemain terbaik dunia edisi 2006 dan 2007.
Namun prestasinya mencapai titik nadir ketika kerap dilanda cedera tatkala bergabung dengan Inter Milan dalam kompetisi Liga Italia. Ia dipersalahkan karena karena tidak mampu membawa tim yang telah membelinya dengan harga mahal itu ke pentas juara. Banyak orang memberinya label sebagai pemain berbakat tanpa memiliki mental juara (baca: mental pemenang). Puncaknya, ia tidak mampu membawa negaranya, Brazil, sebagai juara dalam Piala Dunia 1998. Ronaldo tidak bermain maksimal dalam pertandingan final melawan Pracis. Pertandingan itu sendiri berakhir dengan skor 0-3 dengan kekalahan memalukan di pihak Brazil.
Pasca kegagalan dalam pertandingan itu, Ronaldo sempat dilanda depresi yang luar biasa. Ia dicerca oleh berbagai pihak dan dicap sebagai figur manja yang hanya besar di media tapi tidak di lapangan Akhirnya dalam suatu pertandingan Ronaldo pun kembali cedera dan harus mengikuti program rehabilitasi selama 20 bulan. What a frustrated moment!
Dengan berbagai kontroversi ia mencoba kembali bangkit dan membela Brazil dalam Piala Dunia 4 tahun kemudian. Banyak pihak, termasuk penulis, meragukan penampilan Ronaldo kali ini. Ia bukan lagi the phenomenon seperti ketika menjadi pemain terbaik dunia dua kali. Orang mulai lupa bahwa ia adalah salah satu pemain berbakat yang pernah ada yang sekarang jauh lebih berpengalaman dan matang secara psikologis.
Piala Dunia 2002 menjadi milik Brazil sepenuhnya. Negara ini tidak terkalahkan selama turnamen dan mampu menjadi juara Dunia untuk kali kelima serta mencatatkan Ronaldo sebagai Top Scorer. Apa yang membedakan Ronaldo di tahun 2002 dengan 4 tahun sebelumnya? Potensi dan bakatnya tidaklah tereduksi sedikitpun. Namun kini ia datang dengan membawa satu hal yang tidak dipunyai sebelumnya: MENTAL SEORANG PEMENANG. Dari mental itu muncul? Mental pemenang itu muncul dari pahit getirnya kegagalan, kerja keras, dan kemauan untuk terus mencoba.
Bagaimana dengan kita sekarang? Apakah saat ini kita sedang menghadapi berbagai macam persoalan dan seolah tidak mampu menghadapinya? Kegagalan demi kegagalan terus mengikuti pekerjaan, rumah tangga, studi atau apapun yang sedang kita kerjakan saat ini, jangan putus asa! Sekalipun kita sering gagal atau ada tantangan berat di depan kita, janganlah menyerah! Percayalah bahwa Allah sanggup merubah yang buruk menjadi baik. Milikilah roh yang besar, yaitu Roh Pemenang! Bersama-Nya kita akan melakukan perkara-perkara besar.

“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; “
Mazmur 23:4a

Tidak ada komentar:

Posting Komentar