Setelah peristiwa mujizat piknik bersama 5000 orang yang dikenyangkan hanya
dengan 5 roti dan 2 ikan, Yesus seakan menjadi top figure yang selalu dicari orang. Kemanapun dan dimanapun Dia pergi,
dipastikan ada banyak orang mengikutiNya. Namun ternyata Yesus tidak terkesan
dengan besarnya jumlah pengikut. Ia malah mencela para pengikutnya tersebut
karena mereka mengikuti Yesus hanya semata-mata supaya bisa makan dengan
kenyang. Saya pikir, Yesus bukannya anti dengan popularitas. Yesus hanya mau
bertindak benar. Mantan Presiden Notre Dame University, Theodore Hesenburg,
pernah berkata bahwa kita tidak mengambil keputusan karena hal itu mudah. Kita
juga tidak akan mengambil keputusan karena hal itu murah. Tidak juga kita
mengambil keputusan untuk sekedar meraih popularitas. Kita mengambil keputusan
karena hal itu BENAR.
Bisa jadi keputusan kita untuk menjadi orang percaya didasari oleh beberapa
motivasi. Mungkin kita ingin diberkati. Ingin hidup sehat dan panjang umur.
Atau juga ingin dipuji orang oleh karena lihainya kita bermain musik dalam tim
praise and worship. Ingin menjadi pusat perhatian sehingga kita mengambil
pelayanan sebagai singer atau pengkhotbah. Ada juga yang hanya ingin memiliki
aktivitas gerejawi sehingga menarik kesan calon mertua. Bahkan mungkin juga
kita memutuskan untuk jadi Kristen karena Alkitabnya menggunakan Bahasa
Indonesia sehingga mudah dimengerti (aduh konyol sekali ...!).
Berbagai macam motivasi di atas tidak sepenuhnya salah. Boleh kok
diberkati. That’s ok for being rich. Tidak apa-apa lho bila mendapat jodoh di
dalam gereja. Tidak masalah bila kemudian terjun ke Indonesia Idol hanya
gara-gara awalnya belajar musik dan menyanyi di gereja. That’s fine. Tapi
ternyata Yesus mencari substansi yang lain yang lebih hakiki. Ia mencari
pengikut Kristus, bukan penggemar Kristus.
Secara sepintas, para pengikut Kristus dan para penggemar Kristus sama
sekali tidak bisa dibedakan. Mereka sama-sama pergi ke gereja. Sama-sama
memberikan perpuluhan. Mereka juga sama-sama merayakan Natal dan Paskah. Sama-sama
baca Alkitab dan juga mungkin sama-sama berdoa. Yang membedakan adalah para
pengikut Kristus mau menyediakan diri untuk hidup berpadanan dengan Firman
Tuhan sedangkan para penggemar Kristus tidak. Para penggemar Kristus sudah
cukup puas dengan pelbagai agenda kegiatan rohani. Mereka kagum dan terperangah
melihat mujizat dinyatakan. Mereka juga dengan serempak berkata “amin” untuk
setiap khotbah firman Tuhan yang berkesan di hati tanpa mau untuk
menghidupinya.
Mahatma Gandhi dulu pernah mencela pihak penjajah di India yang notabene
Kristen. “I like your Christ but I don’t like your Christianity,” kata Gandhi
lantang. Kekristenan penjajah Inggris ternyata memuakkan bagi seorang Mahatma Gandhi. Mereka berkata tentang kasih tapi secara bersamaan juga berlaku lalim di India. Seyogyanya Kristus adalah berkat bagi semua orang. Tapi hidup
kekristenan yang cacat dan murahan ternyata menjadi penghalang utama bagi
banyak orang agar dapat melihat kasih Kristus dengan prespektif yang jelas.
Jangan mau jadi penggemar Kristus. Jangan puas hanya berhenti jadi penonton
saja. Terlibatlah dan nikmatilah proses perjalanan bersama Kristus. Terkadang
memang deg-degan. Tapi ketahuilah, Dia memang tidak pernah meninggalkan kita
sedetik pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar