Minggu, 12 September 2010

Hari ini 9 Tahun yang Lalu

Hari itu, Selasa 11 September 2001, kupikir akan menjadi hari biasa seperti yang sudah-sudah. Aku masih menjadi seorang mahasiswa tahun ketiga yang mencoba menapaki sendi-sendi keilmuan yang kupercaya mampu membawaku ke depan pintu gerbang kesuksesan. Naif, idealis, spontan, dan emosional. Khas anak muda …..

Hari masih pagi. Kuliahku akan dimulai pukul 10. Ah masih lama …..! Kusempatkan untuk menonton siaran televisi sejenak. Kulihat kegaduhan yang amat sangat. Dua gedung pencakar langit rontok akibat dihantam pesawat jet. Hancur lebur bagai abu. Waktu itu aku berpikir: “Orang-orang Hollywood memang gila. Setelah Titanic, Independence Day, dan Armagedon, ….kini mau film apa lagi?”

Aku tidak tahu bila adegan yang baru saja kusaksikan ternyata sungguhan terjadi. Nyata, mengerikan, sekaligus brilian. Nyata, karena nggak ada bintang film macam Bruce Willis, Will Smith, ataupun para stuntman yang terlibat di dalamnya. Mengerikan, karena yang seperti ini belum pernah ada semenjak bom laknat Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa pagi itu telah membuat 3000 lebih manusia kehilangan nyawa seketika. Brilian, karena para teroris dengan perencanaan yang matang mampu menerobos pengamanan superketat negeri adidaya Amerika Serikat. Hey man….., kita bicara tentang Amerika Serikat, bukan negara antah berantah yang baru berdiri kemarin sore.

Semenjak kejadian itu dunia tidak akan pernah sama lagi.

Sebagian orang kutahu persis bersorak atas kejadian itu. Mereka menganggap azab Allah telah tiba, menghantam sang setan besar Amerika. Negara kafir, pendukung free sex, dan tempat merosotnya akhlak moralitas memang pantas mendapat hukuman dari Sang Khalik. Teriakan sukacita berkumandang di negeri-negeri seteru negara Paman Sam. Bagaimana dengan Indonesia? C’mon, jangan munafiklah….! Pasti ada di antara kita yang tertawa terbahak-bahak melihat kejadian itu.
Bagiku kejadian ini amat memilukan. Tidak ada satu pun alasan yang membenarkan bagi kita untuk bersukacita terhadap hilangnya nyawa manusia. Aku cuma merasa akan terjadi kengerian global yang dipicu kejadian runtuhnya menara kembar World Trade Center tersebut. Kengerian yang melibatkan banyak orang, fundamentalisme agama, serta dikotomi antara Barat dan Timur.

Presiden Bush menyerukan apa yang disebutnya sebagai war against terror. Amerika siap berperang terbuka kepada pihak-pihak yang dianggap sebagai teroris. Tidak sampai sebulan, Afganistán yang dikuasai oleh rezim Taliban luluh lantak dihajar Amerika Serikat. Aski cowboy ini terus berlanjut. Irak pun dibuat porak poranda. Presiden Sadam Hussein pun berhasil digulingkan. Tapi apa yang mereka cari? Nothing. Yang muncul adalah teror baru, militansi, Islamofobia, dan sejuta permasalahan rumit yang belum terselesaikan hingga detik ini.

Ketika tulisan ini dibuat, seorang Pastor Kristen bernama Terry Jones sedang menggalang gerakan untuk membakar kitab suci Al Quran. Niat tersebut didasari atas penolakan rencana pembangunan masjid di kawasan yang berdekatan dengan wilayah Ground Zero Gedung World Trade Center. Tentu saja niat Pastor Jones tersebut bukan gambaran dari iman Kristen itu sendiri. Namun hal itu diyakini akan mampu memancing pertikaian horizontal di antara penganut Islam dan Kristen di seluruh penjuru dunia.

Hari ini 9 tahun yang lalu…..

Semenjak itu dunia tidak akan pernah sama lagi ….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar